BAB 9
Satu bulan telah berlalu sejak
pertemuan Triana dengan Davin. Sejak saat itu pula Triana tidak pernah bertemu dengannya lagi
atau pun menghubunginya. Saat ini Triana
sedang dihadapkan oleh masalah suaminya yang sikapnya tiba-tiba berubah tidak
sehangat dulu. Ia tidak tahu apa penyebabnya. Triana juga harus menghadapi
papanya yang selalu terlihat sedih atas kematian Nina. Papa terus memaksanya
untuk dipertemukan dengan Davin dan cucu perempuanya.
Sekarang Triana dan papanya
sudah berada di sebuah rumah berlantai dua yang cukup besar. Triana memencet
bel dan tidak lama kemudian Davin muncul dan membukakan pintu. Sepertinya Davin
terlihat senang dengan kedatangan Triana dan papanya.
Davin berencana akan tinggal
sementara disini sambil mengurus restoran baru yang baru saja di bukanya di
moskow. Pria itu membuka restoran khusus masakan Indonesia. Triana langsung memperkenalkan papanya kepada
Davin. Awalnya Davin terkejut kalau papa Triana dan Nina masih hidup.
Davin pergi ke kamar mengambil
Benita dan wajah papa langsung senang melihat cucunya. Secara diam-diam Triana
selalu melirik ke arah Davin dan wajahnya langsung merona dan hatinya langsung
berdesir tiap kali mengingat isi surat Nina. Davin mencintaimu. Sesaat Triana terdiam. Apa benar Davin masih
mencintainya.
Triana meminum jusnya dan
melihat papanya begitu senang bermain dengan Benita.Tiba-tiba Davin duduk
disebelahnya. ‘’Suamimu tidak ikut? Padahal aku ingin bertemu dengannya?’’.
Triana meletakan gelasnya di atas meja.
‘’Dia sedang sibuk, jadi tidak
bisa ikut’’.
‘’Sayang sekali’’.
‘’Anakmu sangat cantik’’.
‘’Terima kasih. Apa kamu belum
memiliki anak?’’
‘’Belum’’.
Keduanya kembali diam dan
keduanya menjadi kikuk. Entah kenapa jantung Triana kembali berdebar ketika
selalu berdekatan dengan Davin sebelumnnya ia sudah tidak merasa berdebar lagi
ketika berdekatan dengannya. Triana tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan
dirinya.’’Kamu tidak berencana untuk menikah lagi?’’
‘’Saat ini belum karena belum
ada wanita yang ingin aku nikahi’’jawabnya sambil menatap Triana dengan intens.
Wajah Triana kembali merona dan ia langsung memalingkan wajahnya.
‘’Triana ayo kita pulang’’seru
papanya mengagetkan Triana dan Davin.
‘’Cepat sekali kalian pergi
baru saja datang’’.
‘’Nanti kami akan datang
lagi’’jawab papanya.’’Kapan-kapan kamu datang ke rumah . Bagaiamna kalau minggu
depan kamu dan Benita datang ke rumah kita makan siang bersama. Kau mau
kan?’’tawar papanya. Davin tersenyum. ‘’Baiklah’’.
‘’Bagus. Papa tunggu
kedatangan kalian. Ayo Triana !’’. Papanya sudah melangkah keluar. Triana
mengambil tasnya di kursi, lalu tiba-tiba tangan Davin mencengkeram tangannya
membuat Triana terkejut. ‘’Aku senang kau mau datang kesini’’. Davin menatap
Triana dan ekspresi wajahnya tidak terbaca, lalu Davin melepaskan
tangannya.’’Maaf’’.
‘’Ngga apa-apa. Aku pergi
dulu’’. Triana cepat-cepat keluar sambil berusaha meredakan debaran jantungnya.
Kehangatan tangan Davin masih terasa di tangannya.
Triana terkejut ketika
mendapati suaminya telah berada di kamarnya tersenyum hangat kepadanya. Seperti
biasanya suaminya selalu terlihat tampan. Stevano berdiri , langsung memeluk
Triana.’’Aku sudah lama menunggumu dan maafkan aku karena aku sudah bersikap
dingin padamu akhir-akhir ini. Mulai sekarang aku tidak akan mengabaikanmu
lagi’’. Triana menatap suaminya. Heran, bingung. Stevano sudah kembali hangat
seperti dulu. Triana merasa senang.’’Kau sudah bertemu dengan keponakanmu?’’
‘’Sudah. Dia cantik dan
menggemaskan’’.
‘’Lain kali aku akan ikut jika
kau berniat akan mengunjungi adik iparmu’’.
‘’Papa mengundang Davin minggu
depan kesini untuk makan siang bersama ‘’.
‘’Itu bagus. Aku akan hadir.
Sekarang ganti pakaianmu dan kita bersiap untuk tidur’’.
‘’Baiklah’’. Triana pergi ke
kamar mandi yang masih di ikuti oleh tatapan suaminya.
Malam ini Triana tidak bisa
tidur. Ia masih memikirkan Davin dan juga surat dari Nina. Triana seharusnya
tidak perlu memikirkan itu karena sekarang dia sudah punya suami yang
mencintainya. Tapi pikirannya sekarang tidak pernah lepas dari Davin. Ada satu
hal yang selama ini Triana tidak mau mengakuinya dan selama ini ia berusaha
untuk mengikari dan menekan perasaan ini. Waktu itu dia malu untuk mengakuinya
dan berusaha untuk menghilangkan perasaan itu dari hatinya. Ia sebenarnya sudah
jatuh cinta kepada Davin, tapi karena Davin bukan orang kaya Triana berusaha
untuk membunuh perasaan itu. Ia lebih memilih pergi dan meninggalkan semuanya.
Sekarang Davin sudah berubah.
Dia sudah menjadi orang kaya meskipun tidak sekaya suaminya. Perasaan cinta
yang sudah ia kubur untuk Davin kembali mencuat ke permukaan. Sekarang Triana
merasa bingung dengan perasaannya sekarang. Yang Triana tahu ia masih mencintai
Davin. Meskipun ia masih mencintainya , ia tidak mungkin lari kepelukannya
karena ia masih ingin menjadi orang kaya dan hidup mewah yang tidak mungkin
Davin berikan sekarang meskipun ia sudah menjadi orang kaya, tapi tidak sekaya
suaminya.
Davin datang sesuai permintaan
papanya untuk makan siang bersama pada hari minggu. Papanya kelihtan sangat
senang. Ini pertama kalinya Stevano dan Davin bertemu dan berkenalan. Mereka
berdua cukup terlihat akrab terlihat dari cara mereka berbicara seperti orang
yang sudah lama mengenal.
Triana hanya diam-diam mencuri
pandang pada Davin. Ia hanya ingin menyakinkan dirinya apa ia masih mencintai
pria itu atau tidak dan ternyata ia memang masih mencintainya. Triana menghela
napas berat. Selama Davin berada disana
jantung Triana selalu berdebar dengan cepat apa lagi kalau sedang berdekatan
dengannya . Ia berusaha menghindar supaya suaminya tidak curiga dengan perasaan
yang dimilikinya untuk Davin. Triana
akhirnya menyadari, ia memang tidak pernah mencintai suaminya. Ia mau menikahi
karena Stevano pria kaya hanya itu saja dan tentu saja dia juga sangat baik
kepadanya.
Triana duduk terpisah dengan
keduanya sambil memandangi keponakannnya bermain. Ia tidak mau dekat-dekat
dengan mereka. Ia ingin menenangkan perasaannya. Triana merasa lega ketika
Davin telah pulang. Ia duduk disofa kamarnya, lalu Stevano masuk dan duduk
disebelahnya. ‘’Davin orangnya baik. Aku suka dia’’kata suaminya tiba-tiba.
Triana hanya mengiyakan saja. ‘’Pasti dia sangat mencintai Nina karena setiap
kali dia membicarakannya wajahnya selalu terlihat sedih’’. Stevano memeluk
Triana.’’Aku beruntung bisa menikahimu dan kau
selalu berada disisiku. Jangan pernah meninggalkanku!’’. Triana hanya
diam dan hanya menikmati kehangatan pelukan suaminya.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^