Maya mengambil air dan memasukkan ke
dalam ember kecil yang telah disediakan . Ditangannya tergengenggam beberapa
tangkai bunga.Ia menaiki beberapa anak tangga dan tidak lama ia sudah berada di
makam ibunya . Maya menyirami batu nisan ibunya dengan air, lalu meletakan
bunga dan juga menyalakan dupa. Ia duduk di depan makam dan menangkupkan kedua
tangannya dan berdoa.Maya mengelus-elus batu nisan yang terukir nama ibunya.
‘’Ibu aku datang. Maaf aku baru
mengunjungi ibu lagi disini. Akhir-akhir ini aku sibuk dengan pementasan
bidadari merah. Mereka semua sangat menyukai aktingku dan sekarang aku telah
menjadi aktris terkenal. Aku juga baru membaca pesan terakhir dari ibu. Aku
sungguh tidak tahu kalau selama ini pesan itu berada dalam jimat pemberian ibu
dan aku juga sudah menghubungi orang yang ibu maksud, tapi belum berhasil aku
hubungi. Sekarang ibu tidak perlu mencemaskanku lagi. Hidupku sudah cukup
bahagia bersama teman-temanku yang menyayangiku dan aku juga telah menemukan
pria yang aku cintai. Ibu pasti tahu siapa dia. Dia adalah Masumi Hayami yang
pernah mengurung ibu dirumah sakit dan telah menyebabkan ibu meninggal. Dulu
aku sangat membencinya, tapi sekarang aku sangat mencintainya, dia adalah
belahan jiwaku dan aku ingin bersama dengannya. Aku sudah memaafkannya bu, aku
harap ibu juga memaafkannya, bukankah ibu bilang siapa pun dia ibu akan
merestuinya asalkan pria itu baik terhadapku. Pak Masumi sangat baik
padaku dan selalu melindungiku. Berada
disisinya aku merasa nyaman dan aman. Maafkan aku karena aku telah
mencintainya’’. Maya meneteskan air matanya dan kemudian berdiri. Ia melihat
sebuket mawar yang sudah benar-benar kering dan warna sudah menjadi coklat
letaknya berada dibawah nisan ibunya, tapi Maya dapat melihat sekilas warna
ungu.’’Pak Masumi....apakah ia pernah datang kesini?’’tanyanya dalam hati.
Tiba-tiba langit menjadi gelap dan
suara petir saling bersahutan, angin berhembus kencang menerbangan daun-daun
kering. Maya cepat-cepat pergi sebelum hujan turun dengan deras. Sebelum
mencapai kuil, hujan sudah turun dan Maya berlari terburu-buru menuju kuil
untuk berteduh. Maya menepuk-nepuk pakaiannya dan melihat ke langit yang
terlihat sangat kelabu sesekali Maya dapat melihat kilatan petir.’’Sepertinya
hujan turun akan lama. Bagaimana ini?’’. Maya memeluk dirinya dan akhirnya
masuk ke dalam kuil. Di dalam ada beberapa bikkhu yang sedang membersihkan
lantai. Kuil tersebut sangat bersih dan juga terawat . Maya dapat melihat
sekilas di belakang kuil terdapat banyak pohon mapel yang daunnya masih
terlihat hujau, dia dapat membayangkan jika musim gugur tiba pasti warnanya
akan sangat indah dan kuil akan dipenuhi oleh warna kuning keemasan dan juga
merah.
‘’Maaf nona, silahkan duduk
disana’’kata salah seorang bikkhu muda sambil menunjukkan sebuah kursi didekat
meja.
‘’Terima kasih’’.
Salah seorang bikkhu kemudian
membawakan sepoci teh panas.’’Silahkan diminum’’.
‘’Maaf jadi merepotkan’’.
‘’Itu tidak masalah. Di luar sedang
hujan deras pasti nona kedinginan, teh panas setidaknya dapat menghangatkan
tubuh Anda kembali’’.
Maya tersenyum. ‘’Terima kasih
banyak’’. Segelas teh hijau panas yang uapnya masih mengepul berada dihadapannya.
Kedua tangannya ditempelkan pada gelas tersebut dan perlahan-lahan ia
meminumnya.
Sebuah mobil hitam meluncur dengan
cepat ditengah guyuran hujan.Seorang pria di dalam mobil sedang membaca sebuah
dokumen dengan serius.’’Sepertinya hari cuaca sangat buruk. Seharusnya kita
tadi kembali ke hotel saja setelah rapat dengan pak Matsuyama tadi’’.
‘’Tidak Mizuki. Aku ingin mengunjungi
seseorang dan terima kasih kau sudah mengosongkan sedikit jadwalku di
Yokohama’’.
Tidak jauh dari Maya berada sebuah
mobil hitam berhenti di depan kuil.’’Pak Hayami sepertinya hujan masih turun,
apa Anda akan berteduh dulu di kuil?’’
‘’Tidak Mizuki. Berikan payungnya!’’.
Masumi keluar dari mobil begitu pun juga Mizuki. Mereka berdua telah berada di
depan makam ibu Maya dan Masumi terkejut melihat karangan bunga yang masih
segar tersimpan disana.’’Sepertinya baru ada orang yang datang kemari’’kata
Masumi.
‘’Menurut Anda siapa?’’
‘’Aku tidak tahu. Mungkinkah....’’.
‘’Ada apa pak Hayami?’’
‘’Tidak, aku hanya berpikir tadi
mungkinkah Maya baru saja datang kemari’’.
‘’Itu mungkin saja’’.
‘’Kalau pun itu benar pasti dia sudah
pergi jauh’’. Tatapan Masumi terlihat sendu. Buket bunga mawar ungu, ia letakan
diatas nisan Kitajima Haru.
Maya yang sedang menikmati teh hijau
panasnya di dalam kuil tiba-tiba gelas yang dipegangnya terjatuh dan cukup
menimbulkan suara yang keras seisi kuil. Tangan mungilnya terlihat memegangi
kepalanya dan ia meringis kesakitan.Tubuhnya limbung hendak jatuh jika saja ia
tidak berpegangan di meja ‘’Nona ada apa?’’
‘’Saya merasa pusing. Mungkin karena
kelelahan’’keluhnya. Bercak-bercak keringat mulai bermunculan di keningnya.
‘’Apa perlu saya panggilkan dokter?’’
‘’Tidak perlu. Saya sudah tidak apa-apa’’jawab
Maya.
‘’Tapi wajah Anda terlihat pucat’’.
‘’Sekarang saya baik-baik saja’’. Maya
kemudian duduk kembali di kursi. Para bikkhu saling memandang cemas.
‘’Baiklah, kalau Anda bilang sudah
merasa baikan. Sebaiknya Anda beristirahat disini saja dulu. Apa nanti akan ada
orang yang menjemput Anda disini?’’
‘’Tidak ada. Saya datang kesini
sendirian’’.
‘’Hati-hatilah dijalan kalau pulang
nanti!’’
‘’Tentu. Maaf sudah membuat kalian
cemas tadi’’. Maya berdiri, lalu membungkukkan dirinya.Para bikkhu satu persatu
meninggalkan Maya.
Masumi dan Mizuki menuruni tangga,
hujan masih turun meskipun tidak sederas tadi. ‘’Bukankah Anda pak
Hayami?’’tanya kepala bikkhu.
‘’Benar...’’.
‘’Sekarang Anda datang lagi rupanya.
Anda selalu datang kemari setiap bulannya. Saya pikir kali ini Anda tidak
datang’’.
‘’Pasti saya akan datang meskipun
saya sibuk dengan pekerjaan’’.
‘’Sebaiknya Anda dan nona ini
berteduh dulu di kuil. Akan saya ambilkan handuk untuk kalian berdua’’.
‘’Terima kasih’’. Masumi melirik
Mizuki supaya ia mengikutinya.
‘’Silahkan duduk! Ah kemana gadis itu
?’’
‘’Siapa?’’tanya Masumi.
‘’Tadi ada seorang gadis disini, tapi
sekarang dia sudah tidak ada mungkin sudah pulang. Saya akan segera kembali
membawakan handuk untuk kalian’’. Kepala bikkhu itu menghilang di balik
dinding.
‘’Rupanya Anda sering datang kesini
untuk mengunjungi makam ibunya Maya. Saya baru tahu. Apa Anda masih merasa
bersalah dan belum masih memaafkan diri Anda?’’
‘’Benar. Berapa kali pun aku datang
kesini dan meminta maaf, rasa bersalahku tidak pernah hilang’’. Wajah tampannya
kembali terlihat sedih seakan-akan ia dapat kembali merasakan luka dihatinya
yang masih belum sembuh benar. Hatinya masih merasakan sakit telah menyebabkan
ibu dari wanita yang dicintainya meninggal. Ada rasa penyesalan yang dalam di
dalam dirinya.
‘’Ini handuknya dan kalian bisa
meminum teh hangat yang ada di meja sana’’.
‘’Terima kasih’’. Masumi dan Mizuki
sibuk mengerikan badan mereka yang terguyur hujan tadi meskipun mereka telah
memakai payung. Tanpa mereka sadari Maya telah berdiri di depan mereka dengan
wajah terkejut.’’Pak Masumi....’’panggilnya. Spontan Masumi berhenti mengeringkan
tubuhnya dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Suara yang selama ini ia
rindukan.’’Mayaa....’’. Mizuki juga tidak kalah terkejutnya dengan kehadiran
Maya disini. Selama beberapa detik mereka berdua saling memandang dan tidak
berbicara seolah-olah waktu berhenti begitu saja. Tatapan keduanya saling
memencarkan rasa rindu. Masumi segera mendekati Maya.’’Apa yang sedang kau
lakukan disini?’’
‘’Seharusnya aku yang bertanya
seperti itu. Sedang apa Anda disini?’’
‘’Aku sudah mengunjungi makam
seseorang disini’’.
‘’Jadi pak Masumi telah mengunjungi
makam ibuku, ternyata pak Masumi sebelumnya pernah datang kemari’’bisik hati
Maya.
‘’Maya, kau datang sendirian
kesini?’’
‘’Iya. Teman-temanku sibuk bekerja,
jadi aku datang kesini sendiri’’. Suasana kembali hening. Masumi masih menatap
Maya dengan tatapan penuh cinta dan tanpa sadar ia menyentuh wajah Maya dengan
sebelah tangannya.’’Maya sayangku....’’bisik hatinya.Sentuhannya membuat Maya
sedikit terkejut dan seketika kahangatan itu menjalar keseluruh tubuhnya . Ia
merasa senang dapat kembali bertemu dan berbicara dengannya setelah
berbulan-bulan mereka tidak bertemu.
‘’Ehmm....ehmmm....’’. Suara Mizuki
mengejutkan mereka berdua yang sejak tadi berdiri memperhatikan mereka .
Wajahnya sedikit memerah.Masumi segera melepaskan tangannya dari wajah Maya dan
keduanya menjadi salah tingkah.Masumi kembali mendapatkan ketenangannya
kembali.’’Ini bukan saatnya kalian untuk bermesraan. Diluar hujan sudah reda
dan kalian sudah berada dalam posisi tadi hampir hampir 10 menit’’. Maya
menundukkan kepalanya karena malu.
Rona-rona merah telah memenuhi seluruh wajahnya.
‘’Siapa yang bermesraan? Kami tidak
bermesraan seperti yang kau kira’’sangkal Masumi.
‘’Itu terserah Anda saja karena saat
ini saya sedang tidak ada minat untuk berdebat dengan Anda. Sebaiknya sekarang
kita kembali ke hotel karena dua jam lagi kita masih ada pertemuan dengan pak
Hiroyama di hotel. Kita jangan sampai terlambat menemuinya karena dia adalah
salah satu investor kita yang penting’’.
‘’Aku tahu...’’. Masumi kemudian
melirik Maya yang sejak dari tadi menundukkan kepalanya.
‘’Maya , apa kau baik-baik saja?’’
Maya mengangkat wajahnya dan matanya
kembali bertemu dengan Masumi.Maya menangguk pelan. Ia masih merasakan suhu di
wajahnya masih memanas walaupun diluar sangat dingin. ‘’Sebaiknya aku segera
pulang sekarang. Aku tidak ingin kemalaman di jalan’’.Sebenarnya jauh di dalam
lubuk hatinya ia masih tidak rela jika harus kembali berpisah dengannya setelah
sekian lama akhirnya ia dapat kembali dengan Masumi. Ia ingin lebih lama lagi
dengannya dan berbicara banyak dengannya.
‘’Maya, ikutlah denganku ke hotel!’’.
‘’Eh...’’. Maya terkejut begitu pun juga dengan Mizuki.
‘’Kau bisa pulang besok bersamaku
nanti. Aku tidak mungkin membiarkanmu pulang sendirian saat ini dengan cuaca
seperti ini. Aku rasa sebentar lagi hujan akan turun kembali. Kau tidak
berkeberatan kan?’’
‘’Apa..apa nanti aku akan menganggu
Anda?’’
‘’Tentu saja tidak. Kau sama sekali
tidak menganggu malah sebaliknya, aku sangat senang bisa ada bersamamu’’.
Suaranya melembut. Maya merasa senang mendengar perkataannya. Hatinya terasa
hangat dan juga senang. Maya mengangguk pelan. Masumi tersenyum senang, lalu
diraihnya tangan Maya. Digenggamnya dengan erat. Maya teringat kembali saat
Masumi mengenggam tangannya di lembah bunga plum ketika pulang dari melihat
bintang. Tangan yang besar dan juga hangat. Mizuki telah berada di kursi
pengemudi disusul Maya dan Masumi. Mobil pun melaju meninggalkan kuil dibelakangnya.
‘’Mizuki, bisa kau pesankan kamar
untuk Maya disebelah kamarku. Aku rasa kamar disebelahku masih kosong’’.
Tanpa menunggu perintah lagi Mizuki
segera menghubungi hotel dengan menggunakan earphone. Maya merasakan debaran
jantungnya semakin tidak beraturan , ia pun tidak berani menatap Masumi.
Tangannya masih mengenggam tangan Maya dan tidak ada tanda-tanda untuk
melepaskannya.
‘’Kamu sudah menerima naskah
dramanya?’’tanya Masumi memecahkan keheningan diantara mereka berdua.’’Aku
harap kamu dapat memerankannya dengan baik’’.
‘’Tentu saja. Aku akan memerankannya
sebaik mungkin. Ini bukan untuk diriku saja, tapi juga untuk mawar ungu’’.
‘’Pasti dia akan senang
mendengarnya’’.
‘’Aku harap dia segera memperkenalkan
dirinya kepadaku’’.
‘’Kau ingin bertemu dengannya?’’
‘’Itu adalah keinginan
terbesarku’’.Masumi meremas tangan Maya dengan lembut . Mizuki melihat mereka
berdua dari kaca spion dan menghela nafas. Kadang-kadang Mizuki merasa kesal
sekaligus gemas dengan sikap Masumi yang tidak kunjung mau mengungkapkan
identitasnya sebagai mawar ungu. Seandainya saja dia mau mengungkapkan perasaan
sebenarnya pada Maya lebih awal dan lebih sedikit berani mungkin saja saat ini
mereka berdua sudah bersama pikir Mizuki. Mobil telah memasuki pintu depan
hotel. Seorang pelayan membukakan pintu mobil. Saat ini Masumi sudah tidak perduli lagi jika
ada wartawan melihatnya sedang mengenggam tangan Maya karena dia berniat untuk
mengungkapkan perasaannya pada gadis mungil disampingnya di depan umum, tidak
perlu ada rahasia lagi. Ia sudah tidak ingin kehilangan Maya lagi dan tidak
tahan lagi jika ada pria yang mencoba mendekatinya.
Mizuki sedang melakukan check in
untuk Maya dan berhasil medapatkan kamar disebelah kamar Masumi. Mereka bertiga
memasuki lift menuju lantai 20.
‘’Maya, ini kamarmu’’kata Mizuki.
‘’Kamarku ada disini di sebelahmu’’
sambung Masumi. ‘’Sebaiknya sekarang kamu istirahat dan ganti pakaianmu. Aku
tidak ingin kamu masuk angin. Nanti kita akan makan malam bersama’’.
‘’Baik. Aku mau istirahat dulu’’.
Masumi tidak kunjung melepaskan tangannya.’’Pak Masumi, bisakah Anda melepaskan
tanganku?’’
‘’Ah maaf....’’
‘’Tidak apa-apa’’. Wajah keduanya
merona merah. Mereka masuk kamar bersamaan. Maya melepaskan pakaian bagian atas
yang terasa sudah lembab, lalu membongkar tasnya. Ia sudah mempersiapkan
segalanya dengan membawa pakaian ganti dan juga beberapa perlengkapan lainnya.
Ia teringat harus segera menghubungi Rei kalau dirinya tidak akan pulang.
‘’Rei, ini aku. Hari ini sepertinya
aku tidak akan pulang. Sekarang ini aku sedang berada di hotel bersama dengan
pak Masumi’’.
‘’DI hotel? Bersama pak Hayami?’’
‘’Rei, jangan berpikiran yang
macam-macam, tadi kebetulan aku bertemu dengannya disini dan aku akan pulang
bersamanya besok’’.
‘’Baiklah, jaga dirimu baik-baik!’’
‘’Sampaikan salamku untuk semuanya’’.
Maya menutup teleponnya lalu membuka pintu jendela dan keluar menuju balkon
kamar. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Hari sudah mulai beranjak sore,
langit masih terlihat kelabu dan rintik-rintik hujan kembali membasahi bumi.
Gemerlapnya kota sudah mulai terlihat. Terdengar suara pintu dibuka dan dilihatnya
Masumi keluar dengan pakaian yang sudah diganti. Rambutnya tampak basah dan
berkilau. Kini dimata Maya, pria dihadapannya terlihat tampan, tiba-tiba saja
wajah Maya merona merah. Kenapa dia baru menyadarinya beberapa hari belakangan
ini pikirnya. Pantas saja banyak wanita yang menyukainya termasuk Shiori. Aku
bodoh sekali menyamakannya dengan kecoa sepertinya hanya aku saja yang
menganggapnya seperti itu pikirnya lagi. Maya kembali muram dan sedih ketika
teringat dengan Shiori. Sejak terakhir bertemu dengannya di pelabuhan, ia tidak
pernah mendapat kabar sedikit pun mengenai Shiori dan Maya juga tidak tahu
bagaimana sekarang hubungan Masumi dengannya. Apa mereka masih tetap
bertunangan atau sudah putus? Dihatinya Maya mengharapkan kalau Masumi sudah
mengakhiri hubungannya dengan Shiori.
‘’Ah, Maya ternyata kau ada disini’’.
‘’Pak Masumi sudah terlihat rapi,
apakah akan pergi lagi?’’
‘’Setengah jam lagi aku ada pertemuan
penting dengan rekan bisnis. Nanti aku akan menunggumu di bawah untuk makan
malam bersama. Mizuki nanti yang akan menjemputmu’’.
‘’Baik....’’
‘’Pemandangannya sangat indah’’.
‘’Benar. Pemandangan disini sangat
indah. Aku bisa melihat kota Yokohama dari sini’’.
Masumi berdehem.’’Maksudku bukan
itu’’. Masumi menunjuk ke arah bra Maya yang menyembul keluar dari kaos
dalamnya. Langsung saja wajah Maya memerah.
‘’Kyaaaaaa.....’’. Maya langsung
menutupinya dengan kedua tangannya, lalu berlari masuk kamar. Masumi memasang
wajah jahil dan tersenyum dikulum. Sementara itu Maya masih belum tenang dengan
keterkejutannya. Ia sama sekali tidak menyadari kalau ia belum memakai pakaian
dengan benar. Rasa malu menghinggapi dirinya.’’Bagaimana ini? Kalau begini aku
malu bertemu dengan pak Masumi lagi’’. Maya menutupi wajahnya dengan kedua
tangannya, lalu ia teringat lagi dengan kejadian tadi. Wajahnya semakin
memerah.Pessss.....
♪♪♪♪
Paris
Seorang wanita bertubuh langsing
dengan rambut sedikit beruban duduk disamping suaminya yang sedang membaca
koran.
‘’Sepertinya anak itu sudah memasuki
umur 20 tahun. Tidak terasa dia sudah tumbuh besar’’kata si wanita.
‘’Siapa yang kamu maksud?’’
‘’Siapa lagi tentu saja Kitajima
Maya’’.
‘’Oh dia.Maya memang sudah tumbuh
jadi wanita dewasa. Waktu tidak terasa berlalu dengan cepat.’’
‘’Benar. Bahkan aku masih ingat
terakhir kali aku melihat wajahnya dan aku tidak akan pernah bisa melupakan
tatapan wajah anak itu dengan berurai air mata . Kasian dia. Pasti Maya sangat
shock dengan kejadian itu’’.
‘’Tidak disangka dia sekarang sudah
menjadi aktris terkenal’’.
‘’Benar, dari dulu Maya memang sudah
menyukai akting dan film’’.
‘’Kalau saja Gin masih hidup pasti
dia akan senang melihat Maya sekarang’’.
‘’Gin memang sangat menyayangi Maya.
Itu tidak diragukan lagi’’.
Sayoko meminum tehnya lalu bersandar
pada bahu suaminya.’’Aku harap semuanya akan baik-baik saja nanti’’.
♪♪♪♪
Ketukan di pintu mengejutkan Maya
yang sejak tadi termangu di sofa. Maya membukakan pintu .’’Malam Maya! Sudah
siap? Pak Hayami sudah menunggumu di bawah’’.
‘’Nona Mizuki sebaiknya malam ini aku
tidak makan malam bersamanya’’.
‘’Memangnya kenapa? Jangan bicara
seperti itu. Semuanya sudah siap, kalau kamu tiba-tiba membatalkannya pak
Hayami bisa marah dan aku juga akan kena marahnya. Apa telah terjadi sesuatu?’’
Wajah Maya kembali merona merah
setiap kali mengingat kejadian tadi.’’Maya, ada apa sebenarnya?’’
‘’Sebenarnya aku malu bertemu
dengannya’’jawab Maya pelan dan malu-malu.
‘’Malu kenapa?’’
‘’Ah nona Mizuki jangan menyuruhku
untuk mengingatnya lagi. Katakan saja padanya kalau aku sudah tidur’’.
‘’Maya, jangan bersikap seperti ini.
Pak Hayami sudah menunggumu direstoran kalau kau tidak segera datang kesana
mungkin dia yang akan menyeretmu’’. Tanpa buang-buang waktu lagi Mizuki segera
menyeret Maya.’’Nona Mizuki lepaskan tanganku!’’. Mizuki tidak mendengarkannya
dan terus saja menyeretnya pergi.
‘’Saya benar-benar tidak tahu apa
yang sudah terjadi antara kamu dan pak Hayami sampai membuatmu malu bertemu
dengannya, tapi kali ini aku rasa pak Hayami akan mengatakan sesuatu yang
penting padamu’’.
‘’Memangnya pak Masumi akan
mengatakan apa?’’
‘’Entalah aku tidak tahu, tapi aku
punya perasaan kuat kalau kali ini bukanlah makan malam biasa’’. Maya memandang
Mizuki dengan wajah heran. Pintu lift terbuka .Maya keluar dengan langkah
pelan-pelan.’’Cepatlah sedikit pak Hayami sudah terlalu lama menunggumu Maya!’’.
Maya mempercepat langkahnya dan berjalan di belakang Mizuki.
‘’Pak Hayami, Maya sudah
datang’’.Maya muncul di belakang Mizuki dengan kepala menunduk. Masumi
melihatnya dengan heran.’’Duduklah!’’ . Pelan-pelan Maya duduk dikursinya.
‘’Kau boleh pergi Mizuki’’.
‘’Permisi!’’
Masumi menatap Maya yang masih saja
menunduk.’’Kau kenapa?’’
‘’Tidak...tidak ada apa-apa’’jawabnya
sedikit gugup.
Masumi akhirnya menyadarinya dan
tersenyum jahil.’’Kamu tidak perlu memikirkan kejadian di balkon tadi’’katanya
tidak peduli.Pesss...
Maya menudukkan kepalanya semakin
dalam dan ia merasa kalau wajahnya sekarang semakin memerah. Ia tidak ingin
Masumi melihat wajahnya sekarang. Tapi tangan Masumi telah meraih dagunya dan
membuatnya untuk melihat ke arah dirinya.’’Lihat aku! Kau tidak perlu malu
padaku’’. Masumi tersenyum.’’Sekarang pesan makananmu’’. Maya cepat-cepat
meraih daftar menu untuk menutupi wajahnya karena malu.
Masumi mengangkat tangan , lalu
seorang pelayan datang dan segera memasan makanan untuk dirinya dan juga Maya.
Masumi tersenyum geli melihat Maya
dengan wajah yang merona merah, lalu senyuman jahil menghiasi wajahnya
kembali.’’Waktu di balkon tadi kau terlihat sangat seksi’’godanya. Spontan
wajahnya kembali memerah. ‘’Tapi aku suka’’kata Masumi kemudian.
‘’Pak...pak Masumi....jangan
bicarakan itu lagi. Aku benar-benar sangat malu’’
‘’Kamu tidak perlu malu padaku. Lain
kali kau harus hati-hati berpakaian jangan sampai ada pria lain yang melihatnya
selain aku. Kau mengerti’’. Maya mengangguk pelan, lalu Masumi tersenyum.
‘’Anak baik...’’ sambil mengelus kepala Maya.Kemudian makanan datang.
‘’Sekarang makanlah pasti aku sudah sangat lapar’’. Maya mulai makan dengan
lahap.’’ Apa kau suka dengan makanannya?’’
‘’Aku suka. Pak Masumi,bagaimana
kabar nona Shiori?’’tanyanya sambil mengiris steak dagingnya.Rasa penasaran
akan keadaan Shiori yang ia ketahui dari Masumi tiga bulan yang lalu membuatnya
memberanikan diri untuk menanyakannya sekarang.
‘’Shiori keadaannya sudah lebih baik,
tiga bulan terakhir ini aku yang merawatnya’’.
‘’Jadi Anda yang
merawatnya?’’tangannya mulai bergetar ketika ia mengiris dagingnya kembali,
rasa sedih dan cumburu bercampur aduk menjadi satu dalam perasaannya. Kini daging
yang dimakannya terasa tidak enak.
‘’Anda baik sekali mau merawatnya’’.
‘’Ini sudah menjadi tanggung jawabku.
Shiori sakit karena aku, jadi aku harus merawatnya sampai sembuh. Sekarang
keadaannya sudah lebih baik dan aku sudah mulai berhenti merawatnya. Sesekali
aku hanya melihat keadaannya. Aku senang dia sudah membaik dengan begitu
tanggung jawabku pada Shiori sudah terpenuhi dan aku juga sudah terlepas dari keluarga Takamiya
dengan begini aku bisa dengan bebas mengejar kebahagiaanku’’.
‘’Pak Masumi...’’. Maya tertegun
mendengar perkataannya.’’ Apa Anda sudah memutuskan pertunangan Anda dengan
nona Shiori?’’tanya Maya dengan suara pelan.
‘’Aku sudah memutuskan pertunanganku
dengan Shiori. Antara aku dan dia sudah tidak ada apa-apa lagi’’.
Maya mengakui kalau ia sangat senang
mendengar Masumi sudah putus dengan Shiori dan daging yang ia makan sekarang
menjadi terasa enak lagi.
‘’Lalu siapa wanita pilihan hati
Anda?’’. Maya merasa berdebar-debar mendengar jawaban yang akan di berikan
Masumi.’’ Apa aku mengenalnya?’’
Masumi merasa ini sudah saatnya
mengatakan perasaan yang sebenarnya pada Maya. Dirinya sudah tidak ingin
kehilangan Maya lagi.‘’Kamu sangat mengenalnya. Wanita itu adalah....’’. Masumi
menelan ludah dan menatap Maya tajam yang sedang menyuapkan irisan daging ke
mulutnya.’’ Wanita itu adalah....’’
KRIIIINGG....
Suara deringan ponsel milik Maya
berbunyi dengan keras sampai mengagetkan keduanya.’’Maaf pak Masumi...’’.
Masumi mengangguk mengerti meskipun
dihatinya kesal sekali karena ada gangguan tidak tepat pada waktunya.’’Wanita itu adalah kamu Maya. Aku
mencintaimu. Kaulah yang aku inginkan berada disisiku sampai akhir hidupku’’batinnya
sambil menatapnya sendu.Maya menjauh dari Masumi dan berhenti di depan sebuah
jendela besar yang menyajikan pemandangan indah malam hari di Yokohama.’’Ada
apa meneleponku Rei?’’
‘’Maaf Maya, kalau aku menganggumu,
tapi tadi ada kiriman sebuah boneka untukmu
dan ada sebuah pesan untukmu’’.
‘’Pesan apa Rei?’’
‘’Pesannya singkat dan membuatku
ketakutan juga mencemaskan dirimu. Pesan itu mengatakan aku akan membunuhmu.
Maya hanya berdiri mencengkeram kuat ponselnya. Maya terlihat pucat dan
terlintas rasa takut dimatanya.’’Siapa yang mengirimkannya?’’tanyanya setelah berhasil
mengatasi rasa terkejutnya dan rasa takutnya.
‘’Aku tidak tahu disini tidak
tertulis siapa yang mengirimkannya hanya inisial S.T. Apa kau tahu kira-kira
siapa?’’
‘’Tidak, aku tidak tahu’’.
‘’Maya, aku benar-benar cemas. Aku
takut terjadi sesuatu yang buruk padamu. Sebaiknya kau cepat pulang’’.
‘’Aku akan baik-baik saja’’.
‘’Tapi Maya...’’
‘’Secepatnya aku akan pulang. Bisakah
kamu merahasiakan ini?Aku tidak ingin ada orang yang lain yang tahu. Mungkin
saja ini adalah perbuatan iseng seseorang’’.
‘’Baiklah aku mengerti’’.
‘’Terima kasih’’.
‘’Maya, kau tidak punya musuh kan?
Atau seorang penggemar gila?’’
‘’Te..tentu saja tidak ada’’jawabnya
tidak yakin sambil mengingat-ingat apa selama ini dirinya memiliki seorang
musuh atau seorang penggemar gila.
‘’Baiklah, kau harus berhati-hati’’.
‘’Aku akan selalu berhati-hati.
Sampai jumpa!’’.Maya menghela nafas panjang, lalu melirik ke arah Masumi yang
menatapnya dengan cemas. Maya pun tersenyum dan kembali duduk.’’Apa ada
masalah?’’
‘’Tidak ada’’. Maya kembali tersenyum
tidak ingin Masumi mencemaskannya dan kembali makan.
‘’Tapi tadi aku lihat kamu seperti
ada masalah’’.
‘’Sungguh, tidak ada apa-apa. Tadi
itu hanya Rei yang menelepon’’.
‘’Baiklah’’. Masumi masih menatapnya
curiga.
‘’Tadi Anda mau bilang apa?’’
‘’Memangnya aku tadi mau bilang
apa?’’
‘’Pak Masumi, Anda ini kenapa Anda
balik bertanya, tadi Anda mau mengatakan siapa wanita pilihan hati Anda’’.
‘’Oh itu. Kau ingin tahu?’’
Maya mengangguk cepat meskipun ia
tidak siap siapa wanita yang dipilih olehnya. Kalau boleh berharap ia ingin
Masumi memilih dirinya, tapi ia tidak boleh terlalu besar berharap ,kemungkinannya
kecil sekali dan tidak mungkin ia akan memilih dirinya, seandainya itu benar,
hal itu akan menjadi mimpi terindahnya menjadi kenyataan.Maya berharap-harap
cemas mendengar jawabannya. Tangannya terasa dingin dan juga sedikit gemetar.Masumi
menatap lembut Maya lalu berkata,’’Dia sangat cantik, baik dan juga lembut,
tapi dia juga sangat ceroboh. Berada disisinya diriku merasa damai dan diriku
merasa lengkap karena dia adalah belahan jiwaku’’.
‘’Siapa dia? Anda bilang aku
mengenalnya’’.
‘’Benar. Kamu sangat mengenalnya.Dia
adalah....’’
‘’Hentikan!’’teriaknya.
Seluruh tamu restoran memperhatikan
Maya dan membuat Masumi terkejut. Mizuki yang sedang duduk di lain meja juga
tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.’’Ada apa Maya?’’
‘’Sebaiknya Anda jangan
mengatakannya’’.
‘’Tapi kenapa?’’tanya Masumi bingung.
‘’Pokoknya aku tidak ingin tahu.
Sebaiknya aku kembali ke kamarku. Aku lelah’’. Maya meninggalkan meja begitu
saja dan berjalan keluar restoran.
‘’Maya tunggu!Bukankah kamu ingin
tahu siapa dia’’.
‘’Aku berubah pikiran’’.
Maya berjalan semakin cepat. Ia masih
belum siap mengetahui siapa wanita yang dicintai Masumi. Ia merasa lebih baik
tidak mengetahuinya jika itu akan membuatnya sedih dan kembali patah hati. Maya
bergegas menuju lift yang sudah terbuka dan berusaha menahan air matanya agar
tidak jatuh, tapi Masumi berhasil menangkap lengannya., lalu pintu lift
tertutup.’’Katakan sebenarnya ada apa?’’tanyanya menatap Maya dengan tatapan
menuntut jawaban.
‘’Tidak ada apa-apa’’.
‘’Apanya yang tidak apa-apa. Kamu
pergi begitu saja sebelum mengatakan siapa wanita yang aku cintai’’.
‘’Tapi aku tidak ingin tahu siapa
dia, jadi Anda jangan mengatakannya padaku’’.
‘’Kalau itu maumu baiklah. Aku tidak
akan mengatakannya padamu’’katanya kesal.Ketika pintu lift terbuka Maya segera
pergi dengan cepat menuju kamarnya.
Langkah Maya terhenti , Ia mendadak
kembali pusing dan pandangan sekitarnya mengelap dan ada rasa sakit yang hebat
dikepalanya. Maya pun pingsan.Masumi segera berlari dan mendekati Maya dengan
perasaan cemas. Dipangkunya Maya dalam pangkuannya.’’Maya, kau kenapa?’’.
Masumi menatapnya dengan perasaan cemas yang membuncah di dadanya, wajah Maya terlihat
pucat pasi.’’Mayaaa....sadarlah! Bertahanlah!...Mayaaa...sayang...’’. Masumi
memeluknya dengan erat.
Masumi meremas tangan Maya dengan lembut masih dengan perasaan tidak
tenang. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya. Dibelainya kepala
Maya dengan perasaan sayang.Tidak lama kemudian Mizuki dan seorang dokter
perempuan masuk ke dalam kamar.Setelah
dokter itu memeriksa keadaannya , kemudian pergi, Masumi sepanjang malam berada
di kamar Maya sambil terus mengenggam tangannya. Meskipun doter tadi mengatakan
Maya hanya kelelahan saja, tetapi tetap saja ia merasa khawatir. Sewaktu ia
bertemu dengan Maya di kuil wajahnya terlihat pucat. Ketika waktu sudah
menunjukkan pukul 2 pagi, Masumi mengecup
bibir Maya agak lama sebelum ia kembali ke kamarnya. Ia berusaha untuk
memejamkan matanya meski hanya untuk beberapa menit saja.
Tidur Maya terlihat mulai
tidak tenang dan memanggil-manggil ibunya. ‘’Ibu...ibu...’’. Dalam tidurnya
Maya melihat ibunya memandangnya dengan tatapan cemas.’’Maya..Maya..cepat
bangun nak! Kita harus segera pergi dari sini’’.Maya akhirnya terbangun ketika
dilihatnya sinar matahari sudah mulai masuk ke kamarnya.
♪♪♪♪
Shiori sedang duduk di bangku taman
sedang memandangi kebunnya yang penuh dengan bunga sambil menikmati hangatnya
mentari pagi. Setidaknya mentari pagi dapat sedikit menghangatkan hatinya yang
sudah lama dingin. Ia teringat kembali dengan perkataan Masumi kepadanya
beberapa hari yang lalu kalau ia mencintai Maya dan akan mengakui perasaannya
kepada gadis itu. Ada perasaan tidak rela yang masih tersimpan dalam
hatinya.Rasa benci pada gadis itu bukannya hilang tapi ia semakin membencinya.
Ia menyalahkan Maya karena gadis itu telah merebut Masumi dan juga
kebahagiaannya dan bertekad akan kembali merebutnya setelah ia sembuh. Shiori
merasa yakin kalau ia masih mempunyai pendukung agar Masumi menikahi dirinya.
Eisuke Hayamilah yang akan membantunya untuk mendapatkan Masumi.Aku benci padamu Maya. Bila perlu aku akan
membunuhmu dengan tanganku sendiri . Kau adalah penghalang terbesar dalam
mencapai kebahagiaanku dengan Masumi. Seandainya kamu tidak ada pasti Masumi
sudah menikahiku sekarang. Aku akan membunuhmu Maya.
♪♪♪♪
oke siapa gin siapa sayokooo? hiks makin penasarannnn.....dan itu kenapa ada kasus bh tiba2 nyembulll wkwkwkkw
BalasHapusselamat liburannnn...mohon maaf lahir batinnnnn :)
BalasHapusmasih kurang banyak nih,,, heheehee,,,
BalasHapusMutia na rival
aw...pak masumi...tau aja 'pemandangan yg indah' xixixi...
BalasHapusHmm...siapa itu gin dan sayoko?apa hubungannya ama maya?
Apdetnyah jangan lama-lama, miaaa...penasaran nih ;p
ada apa dg masa lalu maya, siapa gin dan sayoko
BalasHapusjgn lama2 apdetnya ya
Ginnnn?????? Michan bikin penasaran euy, siapa gin. Nadumi jngan lemot dong, agresif dikit gapapa koo, banyak jga dijinin :D
BalasHapuswelehh sapa tuh Gin??? keknya bakalan lama tamatnya.. qiqiqi... lanjudinnn.. thx miaa
BalasHapuswaduh.... sayoko itu siapa.... jadi penuh misteri sis. lanjutannya lagi dong...
BalasHapusST : Shori Takamiya >.<
BalasHapusst mah hobi aja muncul gangguin....
BalasHapuskya....kok bnyk halangn sih tuk ngungkapin cinta masumi ke maya
BalasHapus*ada lagi nie si ST
#timpuk pake batu
ayooooo...dilanjut lagi ceritanya...makin penasaran saja hehehe.....
BalasHapusbagus sis ceritanya :D
* cantik comique *
Hmm.. Aq kasih review yg rada2 cerewet,boleh kan sis mia..
BalasHapusTuk Masumi: pak direktuur..anda itu 11th lebih tua dr dik maya,masa pndktn nya abg bangeet.. Ayo2..more agressive bro..
Tuk maya: dik maya,yg sbr atuuh..cb dngarkan kata2 pak direktur. Motong prkataan orng lain itu gak sopan wkwkwk
tuk shiori: *sabet shiodong2 pke samurai ala killbill* ini perempuan kaga ada tau malunye!