Jumat, 17 Agustus 2012

Fanfik TK : When Love Falls 2


Chapter 2


Maya mengambil air dan memasukkan ke dalam ember kecil yang telah disediakan . Ditangannya tergengenggam beberapa tangkai bunga.Ia menaiki beberapa anak tangga dan tidak lama ia sudah berada di makam ibunya . Maya menyirami batu nisan ibunya dengan air, lalu meletakan bunga dan juga menyalakan dupa. Ia duduk di depan makam dan menangkupkan kedua tangannya dan berdoa.Maya mengelus-elus batu nisan yang terukir nama ibunya.

‘’Ibu aku datang. Maaf aku baru mengunjungi ibu lagi disini. Akhir-akhir ini aku sibuk dengan pementasan bidadari merah. Mereka semua sangat menyukai aktingku dan sekarang aku telah menjadi aktris terkenal. Aku juga baru membaca pesan terakhir dari ibu. Aku sungguh tidak tahu kalau selama ini pesan itu berada dalam jimat pemberian ibu dan aku juga sudah menghubungi orang yang ibu maksud, tapi belum berhasil aku hubungi. Sekarang ibu tidak perlu mencemaskanku lagi. Hidupku sudah cukup bahagia bersama teman-temanku yang menyayangiku dan aku juga telah menemukan pria yang aku cintai. Ibu pasti tahu siapa dia. Dia adalah Masumi Hayami yang pernah mengurung ibu dirumah sakit dan telah menyebabkan ibu meninggal. Dulu aku sangat membencinya, tapi sekarang aku sangat mencintainya, dia adalah belahan jiwaku dan aku ingin bersama dengannya. Aku sudah memaafkannya bu, aku harap ibu juga memaafkannya, bukankah ibu bilang siapa pun dia ibu akan merestuinya asalkan pria itu baik terhadapku. Pak Masumi sangat baik padaku  dan selalu melindungiku. Berada disisinya aku merasa nyaman dan aman. Maafkan aku karena aku telah mencintainya’’. Maya meneteskan air matanya dan kemudian berdiri. Ia melihat sebuket mawar yang sudah benar-benar kering dan warna sudah menjadi coklat letaknya berada dibawah nisan ibunya, tapi Maya dapat melihat sekilas warna ungu.’’Pak Masumi....apakah ia pernah datang kesini?’’tanyanya dalam hati.

Tiba-tiba langit menjadi gelap dan suara petir saling bersahutan, angin berhembus kencang menerbangan daun-daun kering. Maya cepat-cepat pergi sebelum hujan turun dengan deras. Sebelum mencapai kuil, hujan sudah turun dan Maya berlari terburu-buru menuju kuil untuk berteduh. Maya menepuk-nepuk pakaiannya dan melihat ke langit yang terlihat sangat kelabu sesekali Maya dapat melihat kilatan petir.’’Sepertinya hujan turun akan lama. Bagaimana ini?’’. Maya memeluk dirinya dan akhirnya masuk ke dalam kuil. Di dalam ada beberapa bikkhu yang sedang membersihkan lantai. Kuil tersebut sangat bersih dan juga terawat . Maya dapat melihat sekilas di belakang kuil terdapat banyak pohon mapel yang daunnya masih terlihat hujau, dia dapat membayangkan jika musim gugur tiba pasti warnanya akan sangat indah dan kuil akan dipenuhi oleh warna kuning keemasan dan juga merah.

‘’Maaf nona, silahkan duduk disana’’kata salah seorang bikkhu muda sambil menunjukkan sebuah kursi didekat meja.

‘’Terima kasih’’.

Salah seorang bikkhu kemudian membawakan sepoci teh panas.’’Silahkan diminum’’.

‘’Maaf jadi merepotkan’’.

‘’Itu tidak masalah. Di luar sedang hujan deras pasti nona kedinginan, teh panas setidaknya dapat menghangatkan tubuh Anda kembali’’.

Maya tersenyum. ‘’Terima kasih banyak’’. Segelas teh hijau panas yang uapnya masih mengepul berada dihadapannya. Kedua tangannya ditempelkan pada gelas tersebut dan perlahan-lahan ia meminumnya.

Sebuah mobil hitam meluncur dengan cepat ditengah guyuran hujan.Seorang pria di dalam mobil sedang membaca sebuah dokumen dengan serius.’’Sepertinya hari cuaca sangat buruk. Seharusnya kita tadi kembali ke hotel saja setelah rapat dengan pak Matsuyama tadi’’.

‘’Tidak Mizuki. Aku ingin mengunjungi seseorang dan terima kasih kau sudah mengosongkan sedikit jadwalku di Yokohama’’.

Tidak jauh dari Maya berada sebuah mobil hitam berhenti di depan kuil.’’Pak Hayami sepertinya hujan masih turun, apa Anda akan berteduh dulu di kuil?’’

‘’Tidak Mizuki. Berikan payungnya!’’. Masumi keluar dari mobil begitu pun juga Mizuki. Mereka berdua telah berada di depan makam ibu Maya dan Masumi terkejut melihat karangan bunga yang masih segar tersimpan disana.’’Sepertinya baru ada orang yang datang kemari’’kata Masumi.

‘’Menurut Anda siapa?’’

‘’Aku tidak tahu. Mungkinkah....’’.

‘’Ada apa pak Hayami?’’

‘’Tidak, aku hanya berpikir tadi mungkinkah Maya baru saja datang kemari’’.

‘’Itu mungkin saja’’.

‘’Kalau pun itu benar pasti dia sudah pergi jauh’’. Tatapan Masumi terlihat sendu. Buket bunga mawar ungu, ia letakan diatas nisan Kitajima Haru.

Maya yang sedang menikmati teh hijau panasnya di dalam kuil tiba-tiba gelas yang dipegangnya terjatuh dan cukup menimbulkan suara yang keras seisi kuil. Tangan mungilnya terlihat memegangi kepalanya dan ia meringis kesakitan.Tubuhnya limbung hendak jatuh jika saja ia tidak berpegangan di meja ‘’Nona ada apa?’’

‘’Saya merasa pusing. Mungkin karena kelelahan’’keluhnya. Bercak-bercak keringat mulai bermunculan di keningnya.

‘’Apa perlu saya panggilkan dokter?’’

‘’Tidak perlu. Saya sudah tidak apa-apa’’jawab Maya.

‘’Tapi wajah Anda terlihat pucat’’.

‘’Sekarang saya baik-baik saja’’. Maya kemudian duduk kembali di kursi. Para bikkhu saling memandang cemas.

‘’Baiklah, kalau Anda bilang sudah merasa baikan. Sebaiknya Anda beristirahat disini saja dulu. Apa nanti akan ada orang yang menjemput Anda disini?’’

‘’Tidak ada. Saya datang kesini sendirian’’.

‘’Hati-hatilah dijalan kalau pulang nanti!’’

‘’Tentu. Maaf sudah membuat kalian cemas tadi’’. Maya berdiri, lalu membungkukkan dirinya.Para bikkhu satu persatu meninggalkan Maya.

Masumi dan Mizuki menuruni tangga, hujan masih turun meskipun tidak sederas tadi. ‘’Bukankah Anda pak Hayami?’’tanya kepala bikkhu.

‘’Benar...’’.

‘’Sekarang Anda datang lagi rupanya. Anda selalu datang kemari setiap bulannya. Saya pikir kali ini Anda tidak datang’’.

‘’Pasti saya akan datang meskipun saya sibuk dengan pekerjaan’’.

‘’Sebaiknya Anda dan nona ini berteduh dulu di kuil. Akan saya ambilkan handuk untuk kalian berdua’’.

‘’Terima kasih’’. Masumi melirik Mizuki supaya ia mengikutinya.

‘’Silahkan duduk! Ah kemana gadis itu ?’’

‘’Siapa?’’tanya Masumi.

‘’Tadi ada seorang gadis disini, tapi sekarang dia sudah tidak ada mungkin sudah pulang. Saya akan segera kembali membawakan handuk untuk kalian’’. Kepala bikkhu itu menghilang di balik dinding.

‘’Rupanya Anda sering datang kesini untuk mengunjungi makam ibunya Maya. Saya baru tahu. Apa Anda masih merasa bersalah dan belum masih memaafkan diri Anda?’’

‘’Benar. Berapa kali pun aku datang kesini dan meminta maaf, rasa bersalahku tidak pernah hilang’’. Wajah tampannya kembali terlihat sedih seakan-akan ia dapat kembali merasakan luka dihatinya yang masih belum sembuh benar. Hatinya masih merasakan sakit telah menyebabkan ibu dari wanita yang dicintainya meninggal. Ada rasa penyesalan yang dalam di dalam dirinya.

‘’Ini handuknya dan kalian bisa meminum teh hangat yang ada di meja sana’’.

‘’Terima kasih’’. Masumi dan Mizuki sibuk mengerikan badan mereka yang terguyur hujan tadi meskipun mereka telah memakai payung. Tanpa mereka sadari Maya telah berdiri di depan mereka dengan wajah terkejut.’’Pak Masumi....’’panggilnya. Spontan Masumi berhenti mengeringkan tubuhnya dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Suara yang selama ini ia rindukan.’’Mayaa....’’. Mizuki juga tidak kalah terkejutnya dengan kehadiran Maya disini. Selama beberapa detik mereka berdua saling memandang dan tidak berbicara seolah-olah waktu berhenti begitu saja. Tatapan keduanya saling memencarkan rasa rindu. Masumi segera mendekati Maya.’’Apa yang sedang kau lakukan disini?’’

‘’Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Sedang apa Anda disini?’’

‘’Aku sudah mengunjungi makam seseorang disini’’.

‘’Jadi pak Masumi telah mengunjungi makam ibuku, ternyata pak Masumi sebelumnya pernah datang kemari’’bisik hati Maya.

‘’Maya, kau datang sendirian kesini?’’

‘’Iya. Teman-temanku sibuk bekerja, jadi aku datang kesini sendiri’’. Suasana kembali hening. Masumi masih menatap Maya dengan tatapan penuh cinta dan tanpa sadar ia menyentuh wajah Maya dengan sebelah tangannya.’’Maya sayangku....’’bisik hatinya.Sentuhannya membuat Maya sedikit terkejut dan seketika kahangatan itu menjalar keseluruh tubuhnya . Ia merasa senang dapat kembali bertemu dan berbicara dengannya setelah berbulan-bulan mereka tidak bertemu.

‘’Ehmm....ehmmm....’’. Suara Mizuki mengejutkan mereka berdua yang sejak tadi berdiri memperhatikan mereka . Wajahnya sedikit memerah.Masumi segera melepaskan tangannya dari wajah Maya dan keduanya menjadi salah tingkah.Masumi kembali mendapatkan ketenangannya kembali.’’Ini bukan saatnya kalian untuk bermesraan. Diluar hujan sudah reda dan kalian sudah berada dalam posisi tadi hampir hampir 10 menit’’. Maya menundukkan kepalanya  karena malu. Rona-rona merah telah memenuhi seluruh wajahnya.

‘’Siapa yang bermesraan? Kami tidak bermesraan seperti yang kau kira’’sangkal Masumi.

‘’Itu terserah Anda saja karena saat ini saya sedang tidak ada minat untuk berdebat dengan Anda. Sebaiknya sekarang kita kembali ke hotel karena dua jam lagi kita masih ada pertemuan dengan pak Hiroyama di hotel. Kita jangan sampai terlambat menemuinya karena dia adalah salah satu investor kita yang penting’’.

‘’Aku tahu...’’. Masumi kemudian melirik Maya yang sejak dari tadi menundukkan kepalanya.

‘’Maya , apa kau baik-baik saja?’’

Maya mengangkat wajahnya dan matanya kembali bertemu dengan Masumi.Maya menangguk pelan. Ia masih merasakan suhu di wajahnya masih memanas walaupun diluar sangat dingin. ‘’Sebaiknya aku segera pulang sekarang. Aku tidak ingin kemalaman di jalan’’.Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya ia masih tidak rela jika harus kembali berpisah dengannya setelah sekian lama akhirnya ia dapat kembali dengan Masumi. Ia ingin lebih lama lagi dengannya dan berbicara banyak dengannya.

‘’Maya, ikutlah denganku ke hotel!’’.

‘’Eh...’’. Maya terkejut  begitu pun juga dengan Mizuki.

‘’Kau bisa pulang besok bersamaku nanti. Aku tidak mungkin membiarkanmu pulang sendirian saat ini dengan cuaca seperti ini. Aku rasa sebentar lagi hujan akan turun kembali. Kau tidak berkeberatan kan?’’

‘’Apa..apa nanti aku akan menganggu Anda?’’

‘’Tentu saja tidak. Kau sama sekali tidak menganggu malah sebaliknya, aku sangat senang bisa ada bersamamu’’. Suaranya melembut. Maya merasa senang mendengar perkataannya. Hatinya terasa hangat dan juga senang. Maya mengangguk pelan. Masumi tersenyum senang, lalu diraihnya tangan Maya. Digenggamnya dengan erat. Maya teringat kembali saat Masumi mengenggam tangannya di lembah bunga plum ketika pulang dari melihat bintang. Tangan yang besar dan juga hangat. Mizuki telah berada di kursi pengemudi disusul Maya dan Masumi. Mobil pun melaju meninggalkan kuil dibelakangnya.

‘’Mizuki, bisa kau pesankan kamar untuk Maya disebelah kamarku. Aku rasa kamar disebelahku masih kosong’’.

Tanpa menunggu perintah lagi Mizuki segera menghubungi hotel dengan menggunakan earphone. Maya merasakan debaran jantungnya semakin tidak beraturan , ia pun tidak berani menatap Masumi. Tangannya masih mengenggam tangan Maya dan tidak ada tanda-tanda untuk melepaskannya.
‘’Kamu sudah menerima naskah dramanya?’’tanya Masumi memecahkan keheningan diantara mereka berdua.’’Aku harap kamu dapat memerankannya dengan baik’’.

‘’Tentu saja. Aku akan memerankannya sebaik mungkin. Ini bukan untuk diriku saja, tapi juga untuk mawar ungu’’.

‘’Pasti dia akan senang mendengarnya’’.

‘’Aku harap dia segera memperkenalkan dirinya kepadaku’’.

‘’Kau ingin bertemu dengannya?’’

‘’Itu adalah keinginan terbesarku’’.Masumi meremas tangan Maya dengan lembut . Mizuki melihat mereka berdua dari kaca spion dan menghela nafas. Kadang-kadang Mizuki merasa kesal sekaligus gemas dengan sikap Masumi yang tidak kunjung mau mengungkapkan identitasnya sebagai mawar ungu. Seandainya saja dia mau mengungkapkan perasaan sebenarnya pada Maya lebih awal dan lebih sedikit berani mungkin saja saat ini mereka berdua sudah bersama pikir Mizuki. Mobil telah memasuki pintu depan hotel. Seorang pelayan membukakan pintu mobil.  Saat ini Masumi sudah tidak perduli lagi jika ada wartawan melihatnya sedang mengenggam tangan Maya karena dia berniat untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis mungil disampingnya di depan umum, tidak perlu ada rahasia lagi. Ia sudah tidak ingin kehilangan Maya lagi dan tidak tahan lagi jika ada pria yang mencoba mendekatinya.

Mizuki sedang melakukan check in untuk Maya dan berhasil medapatkan kamar disebelah kamar Masumi. Mereka bertiga memasuki lift menuju lantai 20.
‘’Maya, ini kamarmu’’kata Mizuki.

‘’Kamarku ada disini di sebelahmu’’ sambung Masumi. ‘’Sebaiknya sekarang kamu istirahat dan ganti pakaianmu. Aku tidak ingin kamu masuk angin. Nanti kita akan makan malam bersama’’.

‘’Baik. Aku mau istirahat dulu’’. Masumi tidak kunjung melepaskan tangannya.’’Pak Masumi, bisakah Anda melepaskan tanganku?’’

‘’Ah maaf....’’

‘’Tidak apa-apa’’. Wajah keduanya merona merah. Mereka masuk kamar bersamaan. Maya melepaskan pakaian bagian atas yang terasa sudah lembab, lalu membongkar tasnya. Ia sudah mempersiapkan segalanya dengan membawa pakaian ganti dan juga beberapa perlengkapan lainnya. Ia teringat harus segera menghubungi Rei kalau dirinya tidak akan pulang.

‘’Rei, ini aku. Hari ini sepertinya aku tidak akan pulang. Sekarang ini aku sedang berada di hotel bersama dengan pak Masumi’’.

‘’DI hotel? Bersama pak Hayami?’’

‘’Rei, jangan berpikiran yang macam-macam, tadi kebetulan aku bertemu dengannya disini dan aku akan pulang bersamanya besok’’.

‘’Baiklah, jaga dirimu baik-baik!’’

‘’Sampaikan salamku untuk semuanya’’. Maya menutup teleponnya lalu membuka pintu jendela dan keluar menuju balkon kamar. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Hari sudah mulai beranjak sore, langit masih terlihat kelabu dan rintik-rintik hujan kembali membasahi bumi. Gemerlapnya kota sudah mulai terlihat. Terdengar suara pintu dibuka dan dilihatnya Masumi keluar dengan pakaian yang sudah diganti. Rambutnya tampak basah dan berkilau. Kini dimata Maya, pria dihadapannya terlihat tampan, tiba-tiba saja wajah Maya merona merah. Kenapa dia baru menyadarinya beberapa hari belakangan ini pikirnya. Pantas saja banyak wanita yang menyukainya termasuk Shiori. Aku bodoh sekali menyamakannya dengan kecoa sepertinya hanya aku saja yang menganggapnya seperti itu pikirnya lagi. Maya kembali muram dan sedih ketika teringat dengan Shiori. Sejak terakhir bertemu dengannya di pelabuhan, ia tidak pernah mendapat kabar sedikit pun mengenai Shiori dan Maya juga tidak tahu bagaimana sekarang hubungan Masumi dengannya. Apa mereka masih tetap bertunangan atau sudah putus? Dihatinya Maya mengharapkan kalau Masumi sudah mengakhiri hubungannya dengan Shiori.

‘’Ah, Maya ternyata kau ada disini’’.

‘’Pak Masumi sudah terlihat rapi, apakah akan pergi lagi?’’

‘’Setengah jam lagi aku ada pertemuan penting dengan rekan bisnis. Nanti aku akan menunggumu di bawah untuk makan malam bersama. Mizuki nanti yang akan menjemputmu’’.

‘’Baik....’’

‘’Pemandangannya sangat indah’’.

‘’Benar. Pemandangan disini sangat indah. Aku bisa melihat kota Yokohama dari sini’’.

Masumi berdehem.’’Maksudku bukan itu’’. Masumi menunjuk ke arah bra Maya yang menyembul keluar dari kaos dalamnya. Langsung saja wajah Maya memerah.

‘’Kyaaaaaa.....’’. Maya langsung menutupinya dengan kedua tangannya, lalu berlari masuk kamar. Masumi memasang wajah jahil dan tersenyum dikulum. Sementara itu Maya masih belum tenang dengan keterkejutannya. Ia sama sekali tidak menyadari kalau ia belum memakai pakaian dengan benar. Rasa malu menghinggapi dirinya.’’Bagaimana ini? Kalau begini aku malu bertemu dengan pak Masumi lagi’’. Maya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, lalu ia teringat lagi dengan kejadian tadi. Wajahnya semakin memerah.Pessss.....

♪♪♪♪

Paris
Seorang wanita bertubuh langsing dengan rambut sedikit beruban duduk disamping suaminya yang sedang membaca koran.

‘’Sepertinya anak itu sudah memasuki umur 20 tahun. Tidak terasa dia sudah tumbuh besar’’kata si wanita.

‘’Siapa yang kamu maksud?’’

‘’Siapa lagi tentu saja Kitajima Maya’’.

‘’Oh dia.Maya memang sudah tumbuh jadi wanita dewasa. Waktu tidak terasa berlalu dengan cepat.’’

‘’Benar. Bahkan aku masih ingat terakhir kali aku melihat wajahnya dan aku tidak akan pernah bisa melupakan tatapan wajah anak itu dengan berurai air mata . Kasian dia. Pasti Maya sangat shock dengan kejadian itu’’.

‘’Tidak disangka dia sekarang sudah menjadi aktris terkenal’’.

‘’Benar, dari dulu Maya memang sudah menyukai akting dan film’’.

‘’Kalau saja Gin masih hidup pasti dia akan senang melihat Maya sekarang’’.

‘’Gin memang sangat menyayangi Maya. Itu tidak diragukan lagi’’.
Sayoko meminum tehnya lalu bersandar pada bahu suaminya.’’Aku harap semuanya akan baik-baik saja nanti’’.

♪♪♪♪


Ketukan di pintu mengejutkan Maya yang sejak tadi termangu di sofa. Maya membukakan pintu .’’Malam Maya! Sudah siap? Pak Hayami sudah menunggumu di bawah’’.

‘’Nona Mizuki sebaiknya malam ini aku tidak makan malam bersamanya’’.
‘’Memangnya kenapa? Jangan bicara seperti itu. Semuanya sudah siap, kalau kamu tiba-tiba membatalkannya pak Hayami bisa marah dan aku juga akan kena marahnya. Apa telah terjadi sesuatu?’’

Wajah Maya kembali merona merah setiap kali mengingat kejadian tadi.’’Maya, ada apa sebenarnya?’’

‘’Sebenarnya aku malu bertemu dengannya’’jawab Maya pelan dan malu-malu.

‘’Malu kenapa?’’

‘’Ah nona Mizuki jangan menyuruhku untuk mengingatnya lagi. Katakan saja padanya kalau aku sudah tidur’’.

‘’Maya, jangan bersikap seperti ini. Pak Hayami sudah menunggumu direstoran kalau kau tidak segera datang kesana mungkin dia yang akan menyeretmu’’. Tanpa buang-buang waktu lagi Mizuki segera menyeret Maya.’’Nona Mizuki lepaskan tanganku!’’. Mizuki tidak mendengarkannya dan terus saja menyeretnya pergi.

‘’Saya benar-benar tidak tahu apa yang sudah terjadi antara kamu dan pak Hayami sampai membuatmu malu bertemu dengannya, tapi kali ini aku rasa pak Hayami akan mengatakan sesuatu yang penting padamu’’.

‘’Memangnya pak Masumi akan mengatakan apa?’’

‘’Entalah aku tidak tahu, tapi aku punya perasaan kuat kalau kali ini bukanlah makan malam biasa’’. Maya memandang Mizuki dengan wajah heran. Pintu lift terbuka .Maya keluar dengan langkah pelan-pelan.’’Cepatlah sedikit pak Hayami sudah terlalu lama menunggumu Maya!’’. Maya mempercepat langkahnya dan berjalan di belakang Mizuki.

‘’Pak Hayami, Maya sudah datang’’.Maya muncul di belakang Mizuki dengan kepala menunduk. Masumi melihatnya dengan heran.’’Duduklah!’’ . Pelan-pelan Maya duduk dikursinya.

‘’Kau boleh pergi Mizuki’’.

‘’Permisi!’’

Masumi menatap Maya yang masih saja menunduk.’’Kau kenapa?’’

‘’Tidak...tidak ada apa-apa’’jawabnya sedikit gugup.

Masumi akhirnya menyadarinya dan tersenyum jahil.’’Kamu tidak perlu memikirkan kejadian di balkon tadi’’katanya tidak peduli.Pesss...

Maya menudukkan kepalanya semakin dalam dan ia merasa kalau wajahnya sekarang semakin memerah. Ia tidak ingin Masumi melihat wajahnya sekarang. Tapi tangan Masumi telah meraih dagunya dan membuatnya untuk melihat ke arah dirinya.’’Lihat aku! Kau tidak perlu malu padaku’’. Masumi tersenyum.’’Sekarang pesan makananmu’’. Maya cepat-cepat meraih daftar menu untuk menutupi wajahnya karena malu.

Masumi mengangkat tangan , lalu seorang pelayan datang dan segera memasan makanan untuk dirinya dan juga Maya.

Masumi tersenyum geli melihat Maya dengan wajah yang merona merah, lalu senyuman jahil menghiasi wajahnya kembali.’’Waktu di balkon tadi kau terlihat sangat seksi’’godanya. Spontan wajahnya kembali memerah. ‘’Tapi aku suka’’kata Masumi kemudian.

‘’Pak...pak Masumi....jangan bicarakan itu lagi. Aku benar-benar sangat malu’’

‘’Kamu tidak perlu malu padaku. Lain kali kau harus hati-hati berpakaian jangan sampai ada pria lain yang melihatnya selain aku. Kau mengerti’’. Maya mengangguk pelan, lalu Masumi tersenyum. ‘’Anak baik...’’ sambil mengelus kepala Maya.Kemudian makanan datang. ‘’Sekarang makanlah pasti aku sudah sangat lapar’’. Maya mulai makan dengan lahap.’’ Apa kau suka dengan makanannya?’’

‘’Aku suka. Pak Masumi,bagaimana kabar nona Shiori?’’tanyanya sambil mengiris steak dagingnya.Rasa penasaran akan keadaan Shiori yang ia ketahui dari Masumi tiga bulan yang lalu membuatnya memberanikan diri untuk menanyakannya sekarang.

‘’Shiori keadaannya sudah lebih baik, tiga bulan terakhir ini aku yang merawatnya’’.

‘’Jadi Anda yang merawatnya?’’tangannya mulai bergetar ketika ia mengiris dagingnya kembali, rasa sedih dan cumburu bercampur aduk menjadi satu dalam perasaannya. Kini daging yang dimakannya terasa tidak enak.

‘’Anda baik sekali mau merawatnya’’.

‘’Ini sudah menjadi tanggung jawabku. Shiori sakit karena aku, jadi aku harus merawatnya sampai sembuh. Sekarang keadaannya sudah lebih baik dan aku sudah mulai berhenti merawatnya. Sesekali aku hanya melihat keadaannya. Aku senang dia sudah membaik dengan begitu tanggung jawabku pada Shiori sudah terpenuhi dan aku  juga sudah terlepas dari keluarga Takamiya dengan begini aku bisa dengan bebas mengejar kebahagiaanku’’.

‘’Pak Masumi...’’. Maya tertegun mendengar perkataannya.’’ Apa Anda sudah memutuskan pertunangan Anda dengan nona Shiori?’’tanya Maya dengan suara pelan.

‘’Aku sudah memutuskan pertunanganku dengan Shiori. Antara aku dan dia sudah tidak ada apa-apa lagi’’.

Maya mengakui kalau ia sangat senang mendengar Masumi sudah putus dengan Shiori dan daging yang ia makan sekarang menjadi terasa enak lagi.

‘’Lalu siapa wanita pilihan hati Anda?’’. Maya merasa berdebar-debar mendengar jawaban yang akan di berikan Masumi.’’ Apa aku mengenalnya?’’

Masumi merasa ini sudah saatnya mengatakan perasaan yang sebenarnya pada Maya. Dirinya sudah tidak ingin kehilangan Maya lagi.‘’Kamu sangat mengenalnya. Wanita itu adalah....’’. Masumi menelan ludah dan menatap Maya tajam yang sedang menyuapkan irisan daging ke mulutnya.’’ Wanita itu adalah....’’

KRIIIINGG....

Suara deringan ponsel milik Maya berbunyi dengan keras sampai mengagetkan keduanya.’’Maaf pak Masumi...’’.

Masumi mengangguk mengerti meskipun dihatinya kesal sekali karena ada gangguan tidak tepat pada waktunya.’’Wanita itu adalah kamu Maya. Aku mencintaimu. Kaulah yang aku inginkan berada disisiku sampai akhir hidupku’’batinnya sambil menatapnya sendu.Maya menjauh dari Masumi dan berhenti di depan sebuah jendela besar yang menyajikan pemandangan indah malam hari di Yokohama.’’Ada apa meneleponku Rei?’’

‘’Maaf Maya, kalau aku menganggumu, tapi tadi ada kiriman sebuah boneka  untukmu dan ada sebuah pesan  untukmu’’.

‘’Pesan apa Rei?’’

‘’Pesannya singkat dan membuatku ketakutan juga mencemaskan dirimu. Pesan itu mengatakan aku akan membunuhmu. Maya hanya berdiri mencengkeram kuat ponselnya. Maya terlihat pucat dan terlintas rasa takut dimatanya.’’Siapa yang mengirimkannya?’’tanyanya setelah berhasil mengatasi rasa terkejutnya dan rasa takutnya.

‘’Aku tidak tahu disini tidak tertulis siapa yang mengirimkannya hanya inisial S.T. Apa kau tahu kira-kira siapa?’’

‘’Tidak, aku tidak tahu’’.

‘’Maya, aku benar-benar cemas. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padamu. Sebaiknya kau cepat pulang’’.

‘’Aku akan baik-baik saja’’.

‘’Tapi Maya...’’

‘’Secepatnya aku akan pulang. Bisakah kamu merahasiakan ini?Aku tidak ingin ada orang yang lain yang tahu. Mungkin saja ini adalah perbuatan iseng seseorang’’.

‘’Baiklah aku mengerti’’.

‘’Terima kasih’’.

‘’Maya, kau tidak punya musuh kan? Atau seorang penggemar gila?’’

‘’Te..tentu saja tidak ada’’jawabnya tidak yakin sambil mengingat-ingat apa selama ini dirinya memiliki seorang musuh atau seorang penggemar gila.
‘’Baiklah, kau harus berhati-hati’’.

‘’Aku akan selalu berhati-hati. Sampai jumpa!’’.Maya menghela nafas panjang, lalu melirik ke arah Masumi yang menatapnya dengan cemas. Maya pun tersenyum dan kembali duduk.’’Apa ada masalah?’’

‘’Tidak ada’’. Maya kembali tersenyum tidak ingin Masumi mencemaskannya dan kembali makan.

‘’Tapi tadi aku lihat kamu seperti ada masalah’’.

‘’Sungguh, tidak ada apa-apa. Tadi itu hanya Rei yang menelepon’’.

‘’Baiklah’’. Masumi masih menatapnya curiga.

 ‘’Tadi Anda mau bilang apa?’’

‘’Memangnya aku tadi mau bilang apa?’’

‘’Pak Masumi, Anda ini kenapa Anda balik bertanya, tadi Anda mau mengatakan siapa wanita pilihan hati Anda’’.

‘’Oh itu. Kau ingin tahu?’’

Maya mengangguk cepat meskipun ia tidak siap siapa wanita yang dipilih olehnya. Kalau boleh berharap ia ingin Masumi memilih dirinya, tapi ia tidak boleh terlalu besar berharap ,kemungkinannya kecil sekali dan tidak mungkin ia akan memilih dirinya, seandainya itu benar, hal itu akan menjadi mimpi terindahnya menjadi kenyataan.Maya berharap-harap cemas mendengar jawabannya. Tangannya terasa dingin dan juga sedikit gemetar.Masumi menatap lembut Maya lalu berkata,’’Dia sangat cantik, baik dan juga lembut, tapi dia juga sangat ceroboh. Berada disisinya diriku merasa damai dan diriku merasa lengkap karena dia adalah belahan jiwaku’’.

‘’Siapa dia? Anda bilang aku mengenalnya’’.

‘’Benar. Kamu sangat mengenalnya.Dia adalah....’’

‘’Hentikan!’’teriaknya.

Seluruh tamu restoran memperhatikan Maya dan membuat Masumi terkejut. Mizuki yang sedang duduk di lain meja juga tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.’’Ada apa Maya?’’

‘’Sebaiknya Anda jangan mengatakannya’’.

‘’Tapi kenapa?’’tanya Masumi bingung.

‘’Pokoknya aku tidak ingin tahu. Sebaiknya aku kembali ke kamarku. Aku lelah’’. Maya meninggalkan meja begitu saja dan berjalan keluar restoran.

‘’Maya tunggu!Bukankah kamu ingin tahu siapa dia’’.

‘’Aku berubah pikiran’’.

Maya berjalan semakin cepat. Ia masih belum siap mengetahui siapa wanita yang dicintai Masumi. Ia merasa lebih baik tidak mengetahuinya jika itu akan membuatnya sedih dan kembali patah hati. Maya bergegas menuju lift yang sudah terbuka dan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh, tapi Masumi berhasil menangkap lengannya., lalu pintu lift tertutup.’’Katakan sebenarnya ada apa?’’tanyanya menatap Maya dengan tatapan menuntut jawaban.

‘’Tidak ada apa-apa’’.

‘’Apanya yang tidak apa-apa. Kamu pergi begitu saja sebelum mengatakan siapa wanita yang aku cintai’’.

‘’Tapi aku tidak ingin tahu siapa dia, jadi Anda jangan mengatakannya padaku’’.

‘’Kalau itu maumu baiklah. Aku tidak akan mengatakannya padamu’’katanya kesal.Ketika pintu lift terbuka Maya segera pergi dengan cepat menuju kamarnya.

Langkah Maya terhenti , Ia mendadak kembali pusing dan pandangan sekitarnya mengelap dan ada rasa sakit yang hebat dikepalanya. Maya pun pingsan.Masumi segera berlari dan mendekati Maya dengan perasaan cemas. Dipangkunya Maya dalam pangkuannya.’’Maya, kau kenapa?’’. Masumi menatapnya dengan perasaan cemas yang membuncah di dadanya, wajah Maya terlihat pucat pasi.’’Mayaaa....sadarlah! Bertahanlah!...Mayaaa...sayang...’’. Masumi memeluknya dengan erat.

Masumi meremas tangan Maya dengan lembut masih dengan perasaan tidak tenang. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya. Dibelainya kepala Maya dengan perasaan sayang.Tidak lama kemudian Mizuki dan seorang dokter perempuan  masuk ke dalam kamar.Setelah dokter itu memeriksa keadaannya , kemudian pergi, Masumi sepanjang malam berada di kamar Maya sambil terus mengenggam tangannya. Meskipun doter tadi mengatakan Maya hanya kelelahan saja, tetapi tetap saja ia merasa khawatir. Sewaktu ia bertemu dengan Maya di kuil wajahnya terlihat pucat. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi,  Masumi mengecup bibir Maya agak lama sebelum ia kembali ke kamarnya. Ia berusaha untuk memejamkan matanya meski hanya untuk beberapa menit saja.

        Tidur Maya terlihat mulai tidak tenang dan memanggil-manggil ibunya. ‘’Ibu...ibu...’’. Dalam tidurnya Maya melihat ibunya memandangnya dengan tatapan cemas.’’Maya..Maya..cepat bangun nak! Kita harus segera pergi dari sini’’.Maya akhirnya terbangun ketika dilihatnya sinar matahari sudah mulai masuk ke kamarnya.


♪♪♪♪

Shiori sedang duduk di bangku taman sedang memandangi kebunnya yang penuh dengan bunga sambil menikmati hangatnya mentari pagi. Setidaknya mentari pagi dapat sedikit menghangatkan hatinya yang sudah lama dingin. Ia teringat kembali dengan perkataan Masumi kepadanya beberapa hari yang lalu kalau ia mencintai Maya dan akan mengakui perasaannya kepada gadis itu. Ada perasaan tidak rela yang masih tersimpan dalam hatinya.Rasa benci pada gadis itu bukannya hilang tapi ia semakin membencinya. Ia menyalahkan Maya karena gadis itu telah merebut Masumi dan juga kebahagiaannya dan bertekad akan kembali merebutnya setelah ia sembuh. Shiori merasa yakin kalau ia masih mempunyai pendukung agar Masumi menikahi dirinya. Eisuke Hayamilah yang akan membantunya untuk mendapatkan Masumi.Aku benci padamu Maya. Bila perlu aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri . Kau adalah penghalang terbesar dalam mencapai kebahagiaanku dengan Masumi. Seandainya kamu tidak ada pasti Masumi sudah menikahiku sekarang. Aku akan membunuhmu Maya.

♪♪♪♪

13 komentar:

  1. oke siapa gin siapa sayokooo? hiks makin penasarannnn.....dan itu kenapa ada kasus bh tiba2 nyembulll wkwkwkkw

    BalasHapus
  2. selamat liburannnn...mohon maaf lahir batinnnnn :)

    BalasHapus
  3. masih kurang banyak nih,,, heheehee,,,
    Mutia na rival

    BalasHapus
  4. aw...pak masumi...tau aja 'pemandangan yg indah' xixixi...
    Hmm...siapa itu gin dan sayoko?apa hubungannya ama maya?
    Apdetnyah jangan lama-lama, miaaa...penasaran nih ;p

    BalasHapus
  5. ada apa dg masa lalu maya, siapa gin dan sayoko
    jgn lama2 apdetnya ya

    BalasHapus
  6. Ginnnn?????? Michan bikin penasaran euy, siapa gin. Nadumi jngan lemot dong, agresif dikit gapapa koo, banyak jga dijinin :D

    BalasHapus
  7. welehh sapa tuh Gin??? keknya bakalan lama tamatnya.. qiqiqi... lanjudinnn.. thx miaa

    BalasHapus
  8. waduh.... sayoko itu siapa.... jadi penuh misteri sis. lanjutannya lagi dong...

    BalasHapus
  9. st mah hobi aja muncul gangguin....

    BalasHapus
  10. kya....kok bnyk halangn sih tuk ngungkapin cinta masumi ke maya
    *ada lagi nie si ST
    #timpuk pake batu

    BalasHapus
  11. ayooooo...dilanjut lagi ceritanya...makin penasaran saja hehehe.....
    bagus sis ceritanya :D

    * cantik comique *

    BalasHapus
  12. Hmm.. Aq kasih review yg rada2 cerewet,boleh kan sis mia..
    Tuk Masumi: pak direktuur..anda itu 11th lebih tua dr dik maya,masa pndktn nya abg bangeet.. Ayo2..more agressive bro..
    Tuk maya: dik maya,yg sbr atuuh..cb dngarkan kata2 pak direktur. Motong prkataan orng lain itu gak sopan wkwkwk
    tuk shiori: *sabet shiodong2 pke samurai ala killbill* ini perempuan kaga ada tau malunye!

    BalasHapus

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^