Bab 5
Berita kematian Celine tentu saja sangat
mengejutkan semua orang apa lagi Celine akan menikah . Seharusnya hari ini
adalah hari pernikahannya, tapi sekarang hari ini adalah hari pemakamnnya.
Banyak orang yang menyayangkan Celine meninggal saat ia baru saja akan menempuh
hidup baru bersama dengan pria yang dicintainya. Ada juga beberapa orang yang
mengatakan kalau Celine begitu ceroboh sehingga terjatuh dari tangga yang
membuatnya meninggal.
Suasana pemakam Celine ramai dikunjungi
oleh banyak orang. Triana berdiri disebelah Feby yang sedang menangis
terisak-isak dan Stevano berdiri diam di samping papanya. Wajah-wajah sedih
terlihat di pemakaman Celine. Triana memang sedikit menyesal dengan kematian
Celine, tapi ia juga senang Celine meninggal. Ia bisa kembali mendapatkan
Stevano dan mungkin papanya yang sudah menjadi kaya. Triana tersenyum dalam
hati ketika ia menyadari kalau ia bisa saja menganti posisi Celine sebagai anak
perempuan dari Satya Razendra.
Ia akan tinggal di rumahnya yang mewah dan
ia sudah tidak sabar ingin menikah dengan Stevano. Berkali-kali Triana mencuri
pandang pada pria itu. Wajahnya terlihat sangat muram begitu juga dengan
papanya. Ketika semua orang satu persatu telah meninggalkan pemakaman dan hanya
tinggal mereka yang tersisa disana. Triana menghampri papanya dan mengucapkan
belasungkawa kepadanya. Ia merasa senang tidak seorang pun yang tahu kalau ia
sudah mendorong Celine dari tangga. Kejadian itu dianggap sebagai kecelakaan.
Tanpa basa basi lagi Triana mengatakan kalau
ia anak perempuannya yang sudah lama ditinggalkan oleh ayahnya di Jakarta. ‘’Sebenarnya
aku adalah anak papa juga’’. Stevano dan papa tentu saja sangat terkejut dengan
pernyataannya tadi yang tidak pernah disangka-sangka oleh mereka.
‘’Apa kau bilang?’’tanya papa.
‘’Aku Triana anak papa. Apa apa sudah
melupakanku?’’
Papa mengamati wajah Triana dengan
teliti.’’Kau adalah Triana Nakeisha’’.
‘’Benar’’.
‘’Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa kalian
kan sudah meninggal’’. Triana mengerutkan dahinya dan terlihat bingung.
‘’Apa maksud papa kami sudah meninggal?’’
‘’Sebaiknya kita jangan bicara disini.
Kita cari tempat yang enak untuk bicara’’kata Stevano menyela pembicaraan
mereka.
Mereka bertiga naik mobil dan berhenti
disebuah cafe yang cukup sepi. Mereka duduk di meja yang berada di halaman
belakang cafe tersebut. Ketiganya memesan secangkir kopi. Papa Triana masih
mengamati putrinya dengan pandangan menyelidiki. Triana menyadarinya mungkin
sekarang papa masih belum percaya kalau dia adalah putrinya begitu pun juga
dengan Stevano.
‘’Sekarang bisa papa jelaskan kenapa papa
bisa menganggap kami meninggal. Jelas-jelas kami masih hidup dan kehidupan kami
setelah papa pergi begitu buruk. Ibu sering sakit-sakitan. Aku dan Nina harus
bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kami berdua sekolah sambil
bekerja’’jelas Triana kesal pada ayahnya’’.Dan paling menyakitkan, papa sudah ngga ingat lagi waktu kita bertemu ,
tapi Triana ingat papa dengan jelas’’.
‘’Maafkan papa Triana. Papa pasti tahu kau
sangat marah sama papa, tapi papa sungguh ngga tahu kalau kalian masih hidup.
Papa begitu sedih ketika mengetahui kalian sudah meninggal karena kebakaran’’.
‘’Apa kebakaran? Siapa yang bilang seperti
itu?’’
‘’Ibunya Celine’’. Triana semakin terlihat
bingung. Ia mengerutkan dahinya berusaha menyerap informasi yang diberikan oleh
ayahnya.
Papa Triana mulai bercerita menjawab apa
yang dipikiran Triana saat ini.
‘’14 tahun yang lalu saat papa pergi ke
Singapura untuk bekerja di pabrik sepatu sebagai asisten general manager.
Disanalah papa bertemu dengan Neva, ibunya Celine. Neva adalah atasan papa.
Ketika terakhir kali papa menelepon kalian , itu adalah sehari sebelum papa
akan berlayar untuk pulang ke indonesia untuk menemui kalian, tapi kapal yang
ditumpangi papa mengalami masalah dan tenggelam. Beruntung papa selamat dari
kecelakaan itu dan tidak sadarkan diri selama lima hari. Saat papa sadar, Neva
memberitahu papa kalau kalian meninggal dalam kebakaran dan itu membuat papa syok. Setelah sembuh
papa memutuskan tidak akan kembali lagi ke Indonesia karena itu akan sangat
menyedihkan bagi papa’’.
‘’Triana mendapat kabar kalau papa
meninggal karena tenggelam dari seorang teman papa. Saat itu yang menelepon
Triana seorang wanita, tapi dia ngga nyebutin namanya, lalu apa yang terjadi
setelah itu?’’
‘’Papa berusaha menata kehidupan papa
lagi, ngga ingin terus-terusan tenggelam dalam kesedihan. Waktu itu hanya Neva
yang selalu berada disisi papa, menghibur papa dan memberi semangat pada papa
dan seiring berjalannya waktu hubungan kami semakin dekat. Neva mengakui
perasaannya pada papa dan papa pikir Neva adalah wanita yang sangat baik. Kami
berdua pun menikah tidak lama kemudian, setelah kami menikah kami pindah ke
Moskow tempat kelahiran Neva. Setahun kemudian Neva memberikan seorang anak
perempuan dan kami memberinya nama Celine’’. Wajah papanya tiba-tiba berubah
sedih saat menyebut Celine.
‘’Jadi papa saat itu sudah menganggap kami
meninggal dalam kebakaran, begitu ? Sehingga papa berusaha untuk melupakan kami
dan ternyata papa benar-benar melupakanku, Nina dan ibu’’.
‘’Tidak Triana. Papa sama sekali belum melupakan
kalian. Papa masih mengingat kalian. Mana mungkin papa dapat melupakan kalian
begitu saja karena papa sayang kalian’’.
‘’Tapi buktinya papa ngga ngenali aku
waktu kita bertemu’’. Triana memasang wajah cemberut.
‘’Itu karena wajahmu sudah banyak berubah.
Papa hanya mengingat wajahmu yang berumur 12 tahun dan sekarang sudah tumbuh
menjadi wanita dewasa. Kalau ngga salah kamu sekarang 26 tahun. Papa sudah ngga melihatmu selama 14
tahun. Tentu aja papa ngga ingat wajahmu yang sudah tumbuh menjadi wanita
dewasa. Sekarang kamu tinggal dengan siapa disini?’’
‘’Aku tinggal sendirian di apartemen’’.
‘’Kamu kerja dimana?’’
‘’Aku kerja di hotel bagian
administrasi’’.
Triana meminum kopinya dan menatap papanya
dari balik cangkirnya. Papanya seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu
tatapannya beralih pada Stevano yang sesaat keberadaanya dilupakan oleh Triana
karena dia terlalu antusias mendengat cerita papanya.
‘’Papa, aku turut bersedih atas kematian
Celine. Dia gadis yang sangat baik meskipun aku baru mengenalnya. Sayang kami
ngga diberi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain’’. Triana pura-pura
bersedih dan ia pun melupakan kebenciannya pada ayahnya.
‘’Terima kasih Triana. Mengetahui kalian
masih hidup membuat kesedihan papa sedikit terobati’’.
‘’Sebaiknya kau tinggal dengan papa
saja’’tawar papanya. Triana tersenyum senang. Tentu saja ia tidak akan menolak
tawaran papanya untuknya . Triana sangat senang akhirnya ia bisa tinggal dengan
papanya di rumahnya yangg besar dan mewah. Ambisinya untuk menjadi orang kaya
akan segera tercapai. Apa pun akan ia lakukan untuk mencapai ambisinya itu.
Tidak perduli dengan cara bersih atau kotor termasuk membunuh Celine adik
perempuannya yang baru ia kenal.
‘’Papa sungguh ingin aku tinggal bersamamu?’’
‘’Tentu saja’’. Triana tersenyum dalam
hati dan bersorak kegirangan.
‘’Baiklah. Aku akan tinggal dengan papa’’.
Triana berusaha memberikan senyuman termanisnya untuk papanya, lalu ia menyesap
kopinya sambil tersenyum sinis.
‘’Papa juga ingin mengajak Nina dan ibumu
tinggal disini’’. Triana tersedak.
‘’Kamu ngga apa-apa?’’tanya papanya cemas.
Stevano membantu Triana menepuk-nepuk punggungnya’’.
‘’Aku ngga apa-apa’’.
‘’Syukurlah’’ujar papanya lega.
‘’Papa ingin mengajak Nina dan ibu tinggal
disini’’.
‘’Benar’’. Triana terdiam.
‘’Ada apa?’’
‘’Ah ngga apa-apa. Cuma sudah lama aku
ngga dengar kabar dari mereka lagi’’. Triana memang sengaja tidak ingin
mendengar kabar dari mereka. Ia sudah tidak ingin berhubungan dengan
keluarganya lagi yang sudah melarangnya untuk pergi ke luar negeri menjadi
orang kaya dan sukses. Triana masih marah kalau mengingatnya. Nina dan ibunya
tidak tahu nomor teleponnya. Selama ini mereka berkomunikasi melalui email ,
tapi sekarang alamat email yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarganya
sudah dihapus.
‘’Kita sebaiknya kembali ke Jakarta
melihat keadaan mereka’’. Triana hanya bengong mendengar usulan papanya.
‘’Tapi Triana masih banyak kerjaan’’.
‘’Ngga ada salahnya kan cuti dulu
sebentar’’.
‘’Tapi aku akan baru masuk kerja masa sudah
mengambil cuti’’.
‘’Kalau itu serahkan saja padaku. Kau bisa
ambil cuti beberapa hari untuk melihat keadaan keluargamu’’kata Stevano yang
baru membuka mulutnya. Sejak dari tadi Stevano hanya diam dan menjadi pendengar
saja. Stevano mengedipkan matanya.
‘’Memangnya kamu bisa membuat aku ambil
cuti’’tanyanya ragu.
‘’Tentu saja bisa. Hotel tempat kamu
bekerja adalah milik ayahku dan sekarang adalah milikku’’. Stevano tersenyum
penuh kepuasaan. Triana terkejut sekaligus tidak percaya hotel mewah tempatnya
bekerja adalah milik Stevano. Triana merasa beruntung ia dicintai oleh pria
yang super keren dan super kaya.
‘’Terima kasih’’. Triana tersenyum manis.
Hari menjelang sore mereka pulang. Triana
dan Stevano berjalan di belakang ayahnya. Diam-diam Triana mengenggam tangan
Stevano, lalu dipandangnya pria itu dengan wajah senang dan pria itu membalas
genggaman tangan Triana.
Triana dan ayahnya telah tiba di Jakarta,
lalu mereka berdua langsung menuju rumahnya. Triana melihat papanya diam.
Papanya hanya melihat keluar jendela mobil taxi . Sepertinya papanya sedang
mengingat masa lalunya. Ini kali pertama papanya kembali ke Jakarta setelah
bertahun-tahun menetap di luar negeri. Triana juga merasa cemas. Apa sambutan
Nina dan ibunya nanti setelah perpisahan mereka yang tidak mengenakan.
Taxi berhenti di depan sebuah rumah yang
begitu dikenal Triana yaitu rumahnya. Keduanya turun dari taxi dan masuk ke
halaman rumahnya. Rumah itu terlihat begitu sepi seperti tidak ada kehidupan
disana. Triana mengetuk pintu sambil memangil nama adiknya dan juga ibunya.
‘’Nina...ibuuu...Nina....ibuuuu....’’.
Triana dan papanya saling berpandangan. ‘’Sepertinya tidak orang dirumah.
Seharusnya Nina sudah pulang dari kuliah kalau jam segini dan ibu seharusnya
selalu berada di rumah. Ibu kan sedang sakit’’.
‘’Sebaiknya kita tunggu saja. Mungkin Nina
dan ibu sedang pergi ke luar’’. Tapi hari sudah menjelang malam tidak ada tanda
adik dan ibunya pulang. Papanya sudah mulai cemas.
‘’Apa kamu ngga punya bayangan kira-kira
mereka pergi kemana?’’
‘’Maaf. Triana ngga tahu’’.
‘’Ya sudah. Kau tunggu disini. Papa mau
nanya ke orang-orang sekitar perumahan ini mungkin ada yang tahu’’.
‘’Baik
pa’’.
Triana menuruti perintah papanya duduk di
depan teras rumahnya dengan hati kesal. Baru saja papanya akan pergi salah
seorang tetangganya bernama mpok leha yang kebetulan lewat depan rumahnya. Mpok
Leha nampak terkejut melihat Triana bersama dengan pria asing. Mpok Leha segera
menghampiri Triana tidak meperdulikan pria asing didepannya. ‘’Non Triana
kemana aja? Baru pulang sekarang? ‘’
‘’Aku kerja di luar negeri’’.
‘’Aduh non untung non Triana pulang. Sudah
banyak yang terjadi selama non pergi’’.
‘’Memangnya apa yang terjadi?’’. Mpok Leha
menatap kasihan pada Triana sekaligus sebal.
‘’Beberapa setelah kepergian non Triana.
Ibu non sakitnya tambah parah. Sepertinya sakitnya ibu non tambah parah karena
depresi karena non Triana pergi. Kasihan Nina harus setiap saat harus merawat
ibu. Sampai-sampai Nina berhenti dari kuliahnya’’. Triana dan papanya nampak
terkejut.
‘’Lalu apa yang terjadi? Kemana Nina dan
ibu?’’
Mpok Leha terdiam wajah terlihat sedih.
‘’Ibu non Triana sudah meninggal’’. Triana dan papanya benar-benar terkejut dan
rasa syok terlihat di wajah papanya.
‘’Apa meninggal?’’tanya papanya.
Mpok Leha menatap asing pada pria
disebelahnya.’’Mpok Leha , ini papa Triana’’. Kini gilaran Mpok Leha yang
terkejut.
‘’Papa non Triana bukannnya sudah
meninggal’’.
‘’Papa Triana ternyata belum meninggal.
Triana juga baru tahu kalau papa masih hidup’’ kata Triana setenang mungkin.
‘’Lalu Nina ada dimana sekarang?’’tanya
ayahnya cemas.
‘’Non Nina pergi setelah kematian ibu. Pergi
dengan Davin’’.
‘’Hah ? Pergi dengan Davin?’’
‘’Iya. Setelah ibu meninggal Nina
terus-terusan bersedih. Jarang makan sampai tubuhnya lemas dan hampir mau
pingsan. Davin membawanya ke rumah sakit dan tidak lama kemudian Davin menikahi
Nina, lalu mereka pergi entah kemana. Ngga ada yang tahu’’jelas mpok Leha.
Triana merasa hatinya sedikit terusik
dengan penjelasan mpok Leha tadi. Ia tidak menyangka Davin menikahi Nina
padahal sebelum pergi Davin memohonnya untu tetap tinggal dan menikah dengannya
bahkan sempat menciumnya dan mengatakan cinta kepadanya. Triana kembali
teringat dengan ciuman Davin yang hangat saat itu dan ia kembali masih
merasakan hangatnya bibir Davin di bibirnya. Triana mendengus kesal di dalam
hatinya.
Triana melihat papanya yang sudah duduk
dengan wajah pucat dan rasa bersalah yang terlihat jelas diwajahnya.
‘’Mpok Leha , terima kasih sudah
memberitahu kami’’. Triana pura-pura memasang wajah sedih di hadapannya dan
mengeluarkan air mata palsu.
‘’Yang sabar ya non Triana’’. Setelah
mengatakan itu mpok Leha berlalu pergi
dan Triana menghampiri ayahnya yang sedang menangis.
Sebelum kembali ke Rusia, Triana dan
ayahnya menyempatkan diri mengunjungi makan ibunya. Jauh dilubuk hatinya Triana
merasa sedih telah kehilangan ibunya, tapi ia berusaha untuk mengingkarinya. Ia
tidak ingin menjadi orang cengeng dan lemah.
Bersambung