Sabtu, 25 Mei 2013

Summer Rain 5


Bab 5

Berita kematian Celine tentu saja sangat mengejutkan semua orang apa lagi Celine akan menikah . Seharusnya hari ini adalah hari pernikahannya, tapi sekarang hari ini adalah hari pemakamnnya. Banyak orang yang menyayangkan Celine meninggal saat ia baru saja akan menempuh hidup baru bersama dengan pria yang dicintainya. Ada juga beberapa orang yang mengatakan kalau Celine begitu ceroboh sehingga terjatuh dari tangga yang membuatnya meninggal.

Suasana pemakam Celine ramai dikunjungi oleh banyak orang. Triana berdiri disebelah Feby yang sedang menangis terisak-isak dan Stevano berdiri diam di samping papanya. Wajah-wajah sedih terlihat di pemakaman Celine. Triana memang sedikit menyesal dengan kematian Celine, tapi ia juga senang Celine meninggal. Ia bisa kembali mendapatkan Stevano dan mungkin papanya yang sudah menjadi kaya. Triana tersenyum dalam hati ketika ia menyadari kalau ia bisa saja menganti posisi Celine sebagai anak perempuan  dari Satya Razendra.

Ia akan tinggal di rumahnya yang mewah dan ia sudah tidak sabar ingin menikah dengan Stevano. Berkali-kali Triana mencuri pandang pada pria itu. Wajahnya terlihat sangat muram begitu juga dengan papanya. Ketika semua orang satu persatu telah meninggalkan pemakaman dan hanya tinggal mereka yang tersisa disana. Triana menghampri papanya dan mengucapkan belasungkawa kepadanya. Ia merasa senang tidak seorang pun yang tahu kalau ia sudah mendorong Celine dari tangga. Kejadian itu dianggap sebagai kecelakaan.

Tanpa basa basi lagi Triana mengatakan kalau ia anak perempuannya yang sudah lama ditinggalkan oleh ayahnya di Jakarta. ‘’Sebenarnya aku adalah anak papa juga’’. Stevano dan papa tentu saja sangat terkejut dengan pernyataannya tadi yang tidak pernah disangka-sangka oleh mereka.

‘’Apa kau bilang?’’tanya papa.

‘’Aku Triana anak papa. Apa apa sudah melupakanku?’’

Papa mengamati wajah Triana dengan teliti.’’Kau adalah Triana Nakeisha’’.

‘’Benar’’.

‘’Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa kalian kan sudah meninggal’’. Triana mengerutkan dahinya dan terlihat bingung.

‘’Apa maksud papa kami  sudah meninggal?’’

‘’Sebaiknya kita jangan bicara disini. Kita cari tempat yang enak untuk bicara’’kata Stevano menyela pembicaraan mereka.

Mereka bertiga naik mobil dan berhenti disebuah cafe yang cukup sepi. Mereka duduk di meja yang berada di halaman belakang cafe tersebut. Ketiganya memesan secangkir kopi. Papa Triana masih mengamati putrinya dengan pandangan menyelidiki. Triana menyadarinya mungkin sekarang papa masih belum percaya kalau dia adalah putrinya begitu pun juga dengan Stevano.

‘’Sekarang bisa papa jelaskan kenapa papa bisa menganggap kami meninggal. Jelas-jelas kami masih hidup dan kehidupan kami setelah papa pergi begitu buruk. Ibu sering sakit-sakitan. Aku dan Nina harus bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kami berdua sekolah sambil bekerja’’jelas Triana kesal pada ayahnya’’.Dan paling menyakitkan,  papa sudah ngga ingat lagi waktu kita bertemu , tapi Triana ingat papa dengan jelas’’.

‘’Maafkan papa Triana. Papa pasti tahu kau sangat marah sama papa, tapi papa sungguh ngga tahu kalau kalian masih hidup. Papa begitu sedih ketika mengetahui kalian sudah meninggal karena kebakaran’’.

‘’Apa kebakaran? Siapa yang bilang seperti itu?’’

‘’Ibunya Celine’’. Triana semakin terlihat bingung. Ia mengerutkan dahinya berusaha menyerap informasi yang diberikan oleh ayahnya.

Papa Triana mulai bercerita menjawab apa yang dipikiran Triana saat ini.

‘’14 tahun yang lalu saat papa pergi ke Singapura untuk bekerja di pabrik sepatu sebagai asisten general manager. Disanalah papa bertemu dengan Neva, ibunya Celine. Neva adalah atasan papa. Ketika terakhir kali papa menelepon kalian , itu adalah sehari sebelum papa akan berlayar untuk pulang ke indonesia untuk menemui kalian, tapi kapal yang ditumpangi papa mengalami masalah dan tenggelam. Beruntung papa selamat dari kecelakaan itu dan tidak sadarkan diri selama lima hari. Saat papa sadar, Neva memberitahu papa kalau kalian meninggal dalam kebakaran  dan itu membuat papa syok. Setelah sembuh papa memutuskan tidak akan kembali lagi ke Indonesia karena itu akan sangat menyedihkan bagi papa’’.

‘’Triana mendapat kabar kalau papa meninggal karena tenggelam dari seorang teman papa. Saat itu yang menelepon Triana seorang wanita, tapi dia ngga nyebutin namanya, lalu apa yang terjadi setelah itu?’’

‘’Papa berusaha menata kehidupan papa lagi, ngga ingin terus-terusan tenggelam dalam kesedihan. Waktu itu hanya Neva yang selalu berada disisi papa, menghibur papa dan memberi semangat pada papa dan seiring berjalannya waktu hubungan kami semakin dekat. Neva mengakui perasaannya pada papa dan papa pikir Neva adalah wanita yang sangat baik. Kami berdua pun menikah tidak lama kemudian, setelah kami menikah kami pindah ke Moskow tempat kelahiran Neva. Setahun kemudian Neva memberikan seorang anak perempuan dan kami memberinya nama Celine’’. Wajah papanya tiba-tiba berubah sedih saat menyebut Celine.

‘’Jadi papa saat itu sudah menganggap kami meninggal dalam kebakaran, begitu ? Sehingga papa berusaha untuk melupakan kami dan ternyata papa benar-benar melupakanku, Nina dan ibu’’.

‘’Tidak Triana. Papa sama sekali belum melupakan kalian. Papa masih mengingat kalian. Mana mungkin papa dapat melupakan kalian begitu saja karena papa sayang kalian’’.

‘’Tapi buktinya papa ngga ngenali aku waktu kita bertemu’’. Triana memasang wajah cemberut.
‘’Itu karena wajahmu sudah banyak berubah. Papa hanya mengingat wajahmu yang berumur 12 tahun dan sekarang sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Kalau ngga salah kamu sekarang  26 tahun. Papa sudah ngga melihatmu selama 14 tahun. Tentu aja papa ngga ingat wajahmu yang sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Sekarang kamu tinggal dengan siapa disini?’’

‘’Aku tinggal sendirian di apartemen’’.

‘’Kamu kerja dimana?’’

‘’Aku kerja di hotel bagian administrasi’’.

Triana meminum kopinya dan menatap papanya dari balik cangkirnya. Papanya seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu tatapannya beralih pada Stevano yang sesaat keberadaanya dilupakan oleh Triana karena dia terlalu antusias mendengat cerita papanya.

‘’Papa, aku turut bersedih atas kematian Celine. Dia gadis yang sangat baik meskipun aku baru mengenalnya. Sayang kami ngga diberi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain’’. Triana pura-pura bersedih dan ia pun melupakan kebenciannya pada ayahnya.

‘’Terima kasih Triana. Mengetahui kalian masih hidup membuat kesedihan papa sedikit terobati’’.

‘’Sebaiknya kau tinggal dengan papa saja’’tawar papanya. Triana tersenyum senang. Tentu saja ia tidak akan menolak tawaran papanya untuknya . Triana sangat senang akhirnya ia bisa tinggal dengan papanya di rumahnya yangg besar dan mewah. Ambisinya untuk menjadi orang kaya akan segera tercapai. Apa pun akan ia lakukan untuk mencapai ambisinya itu. Tidak perduli dengan cara bersih atau kotor termasuk membunuh Celine adik perempuannya yang baru ia kenal.

‘’Papa sungguh ingin aku tinggal bersamamu?’’

‘’Tentu saja’’. Triana tersenyum dalam hati dan bersorak kegirangan.

‘’Baiklah. Aku akan tinggal dengan papa’’. Triana berusaha memberikan senyuman termanisnya untuk papanya, lalu ia menyesap kopinya sambil tersenyum sinis.

‘’Papa juga ingin mengajak Nina dan ibumu tinggal disini’’. Triana tersedak.

‘’Kamu ngga apa-apa?’’tanya papanya cemas. Stevano membantu Triana menepuk-nepuk punggungnya’’.

‘’Aku ngga apa-apa’’.

‘’Syukurlah’’ujar papanya lega.

‘’Papa ingin mengajak Nina dan ibu tinggal disini’’.

‘’Benar’’. Triana terdiam.

‘’Ada apa?’’

‘’Ah ngga apa-apa. Cuma sudah lama aku ngga dengar kabar dari mereka lagi’’. Triana memang sengaja tidak ingin mendengar kabar dari mereka. Ia sudah tidak ingin berhubungan dengan keluarganya lagi yang sudah melarangnya untuk pergi ke luar negeri menjadi orang kaya dan sukses. Triana masih marah kalau mengingatnya. Nina dan ibunya tidak tahu nomor teleponnya. Selama ini mereka berkomunikasi melalui email , tapi sekarang alamat email yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarganya sudah dihapus.

‘’Kita sebaiknya kembali ke Jakarta melihat keadaan mereka’’. Triana hanya bengong mendengar usulan papanya.

‘’Tapi Triana masih banyak kerjaan’’.

‘’Ngga ada salahnya kan cuti dulu sebentar’’.

‘’Tapi aku akan baru masuk kerja masa sudah mengambil cuti’’.

‘’Kalau itu serahkan saja padaku. Kau bisa ambil cuti beberapa hari untuk melihat keadaan keluargamu’’kata Stevano yang baru membuka mulutnya. Sejak dari tadi Stevano hanya diam dan menjadi pendengar saja. Stevano mengedipkan matanya.

‘’Memangnya kamu bisa membuat aku ambil cuti’’tanyanya ragu.

‘’Tentu saja bisa. Hotel tempat kamu bekerja adalah milik ayahku dan sekarang adalah milikku’’. Stevano tersenyum penuh kepuasaan. Triana terkejut sekaligus tidak percaya hotel mewah tempatnya bekerja adalah milik Stevano. Triana merasa beruntung ia dicintai oleh pria yang super keren dan super kaya.

‘’Terima kasih’’. Triana tersenyum manis.

Hari menjelang sore mereka pulang. Triana dan Stevano berjalan di belakang ayahnya. Diam-diam Triana mengenggam tangan Stevano, lalu dipandangnya pria itu dengan wajah senang dan pria itu membalas genggaman tangan Triana.

Triana dan ayahnya telah tiba di Jakarta, lalu mereka berdua langsung menuju rumahnya. Triana melihat papanya diam. Papanya hanya melihat keluar jendela mobil taxi . Sepertinya papanya sedang mengingat masa lalunya. Ini kali pertama papanya kembali ke Jakarta setelah bertahun-tahun menetap di luar negeri. Triana juga merasa cemas. Apa sambutan Nina dan ibunya nanti setelah perpisahan mereka yang tidak mengenakan.

Taxi berhenti di depan sebuah rumah yang begitu dikenal Triana yaitu rumahnya. Keduanya turun dari taxi dan masuk ke halaman rumahnya. Rumah itu terlihat begitu sepi seperti tidak ada kehidupan disana. Triana mengetuk pintu sambil memangil nama adiknya dan juga ibunya.

‘’Nina...ibuuu...Nina....ibuuuu....’’. Triana dan papanya saling berpandangan. ‘’Sepertinya tidak orang dirumah. Seharusnya Nina sudah pulang dari kuliah kalau jam segini dan ibu seharusnya selalu berada di rumah. Ibu kan sedang sakit’’.

‘’Sebaiknya kita tunggu saja. Mungkin Nina dan ibu sedang pergi ke luar’’. Tapi hari sudah menjelang malam tidak ada tanda adik dan ibunya pulang. Papanya sudah mulai cemas.

‘’Apa kamu ngga punya bayangan kira-kira mereka pergi kemana?’’

‘’Maaf. Triana ngga tahu’’.

‘’Ya sudah. Kau tunggu disini. Papa mau nanya ke orang-orang sekitar perumahan ini mungkin ada yang tahu’’.

‘’Baik  pa’’.

Triana menuruti perintah papanya duduk di depan teras rumahnya dengan hati kesal. Baru saja papanya akan pergi salah seorang tetangganya bernama mpok leha yang kebetulan lewat depan rumahnya. Mpok Leha nampak terkejut melihat Triana bersama dengan pria asing. Mpok Leha segera menghampiri Triana tidak meperdulikan pria asing didepannya. ‘’Non Triana kemana aja? Baru pulang sekarang? ‘’

‘’Aku kerja di luar negeri’’.

‘’Aduh non untung non Triana pulang. Sudah banyak yang terjadi selama non pergi’’.

‘’Memangnya apa yang terjadi?’’. Mpok Leha menatap kasihan pada Triana sekaligus sebal.
‘’Beberapa setelah kepergian non Triana. Ibu non sakitnya tambah parah. Sepertinya sakitnya ibu non tambah parah karena depresi karena non Triana pergi. Kasihan Nina harus setiap saat harus merawat ibu. Sampai-sampai Nina berhenti dari kuliahnya’’. Triana dan papanya nampak terkejut.

‘’Lalu apa yang terjadi? Kemana Nina dan ibu?’’

Mpok Leha terdiam wajah terlihat sedih. ‘’Ibu non Triana sudah meninggal’’. Triana dan papanya benar-benar terkejut dan rasa syok terlihat di wajah papanya.

‘’Apa meninggal?’’tanya papanya.

Mpok Leha menatap asing pada pria disebelahnya.’’Mpok Leha , ini papa Triana’’. Kini gilaran Mpok Leha yang terkejut.

‘’Papa non Triana bukannnya sudah meninggal’’.

‘’Papa Triana ternyata belum meninggal. Triana juga baru tahu kalau papa masih hidup’’ kata Triana setenang mungkin.

‘’Lalu Nina ada dimana sekarang?’’tanya ayahnya cemas.

‘’Non Nina pergi setelah kematian ibu. Pergi dengan Davin’’.

‘’Hah ? Pergi dengan Davin?’’

‘’Iya. Setelah ibu meninggal Nina terus-terusan bersedih. Jarang makan sampai tubuhnya lemas dan hampir mau pingsan. Davin membawanya ke rumah sakit dan tidak lama kemudian Davin menikahi Nina, lalu mereka pergi entah kemana. Ngga ada yang tahu’’jelas mpok Leha.

Triana merasa hatinya sedikit terusik dengan penjelasan mpok Leha tadi. Ia tidak menyangka Davin menikahi Nina padahal sebelum pergi Davin memohonnya untu tetap tinggal dan menikah dengannya bahkan sempat menciumnya dan mengatakan cinta kepadanya. Triana kembali teringat dengan ciuman Davin yang hangat saat itu dan ia kembali masih merasakan hangatnya bibir Davin di bibirnya. Triana mendengus kesal di dalam hatinya.

Triana melihat papanya yang sudah duduk dengan wajah pucat dan rasa bersalah yang terlihat jelas diwajahnya.

‘’Mpok Leha , terima kasih sudah memberitahu kami’’. Triana pura-pura memasang wajah sedih di hadapannya dan mengeluarkan air mata palsu.

‘’Yang sabar ya non Triana’’. Setelah mengatakan itu mpok Leha  berlalu pergi dan Triana menghampiri ayahnya yang sedang menangis.

Sebelum kembali ke Rusia, Triana dan ayahnya menyempatkan diri mengunjungi makan ibunya. Jauh dilubuk hatinya Triana merasa sedih telah kehilangan ibunya, tapi ia berusaha untuk mengingkarinya. Ia tidak ingin menjadi orang cengeng dan lemah.

Bersambung

Kamis, 23 Mei 2013

Summer Rain 4


Bab 4

‘’Kamu serius apa yang kamu bilang tadi?’’tanya Feby ketika mereka berdua sudah sampai di apartemen Triana.

‘’Iya aku serius’’. Triana menjatuhkan dirinya disofa.

‘’Tapi bagaimana mungkin papanya Celine dan papa kamu orang yang sama. Bukannya papa kamu sudah meninggal?’’

‘’Dulunya aku percaya, tapi sekarang tidak lagi’’.

‘’Satya Razendra adalah papaku dan papa Celine juga’’.

Feby masih belum bisa mempercayai hal ini. Ia terus meneror Triana dengan berbagai pertanyaan dan itu membuat Triana sedikit terusik.Feby tidak akan pulang jika Triana belum bercerita kepadanya. Triana pun menyerah dan mulai bercerita pada Feby. ‘’Papa, pergi meninggalkan kami ke luar negeri untuk kerja waktu aku masih kecil kira-kira umur 12 tahun. Seminggu sekali papa selalu memberitahukan kabarnya kepada kami dan tiap bulan kami mendapatkan uang hasil kerja papa di luar negeri’’.

‘’Setelah 3 tahun papa bekerja di luar negeri, papa ngga sekali pun pulang. Kata papa sih uang untuk ongkos pulang ke Jakarta lebih baik digunakan untuk keperluan hidup kami sekeluarga. Awalnya hubungan komunikasi dengan papa lancar, tapi setelah dua minggu ngga ada kabar dari papa, lalu ada salah seorang teman papa menghubungi kami dan teman papa bilang kalau papa menghilang karena sebuah kecelakaan di laut. Kapalnya tenggelam dan papa tidak pernah ditemukan. Jadi kami menganggap papa sudah meninggal, tapi sekarang apa yang aku lihat tidak seperti dugaanku sebelumnya. Papa masih hidup dan aku ngga tahu kenapa papa ngga pernah mengkabari kami dan menikahi wanita lain. Aku benci papa’’.

‘’Papa sudah tidak ingat aku lagi. Itu bisa dilihat sewaktu kami bertemu kembali disana. Itu yang buat aku bertambah kesal. Papa suda bener-bener ngga ingat ama wajah anaknya sendiri’’.
‘’Mungkin papa kamu emang ngga ingat lagi. Waktu itu kan kamu masih kecil, jadi ngga hafal wajah kamu setelah dewasa kayak apa’’.

‘’Kalau itu mungkin bisa aku terima. Yang buat aku ngga ngerti kenapa papa ngga ngehubungi kami lagi. Jadi aku kan bisa tahu kalau papa masih hidup dan yang buat aku terkejut papa disini jadi orang kaya raya. Hebat juga. Seharusnya aku juga berhak menikmati sebagian kekayaan papa, tapi hanya Celine yang menikmatinya’’.

‘’Kau salah Triana’’.

‘’Apa maksud kamu Feb?’’

‘’Yang kaya itu bukan papa kamu, tapi ibunya Celine. Ibunya Celine itu salah satu orang terkaya di Rusia. Keluarganya memiliki beberapa perusahaan. Ibunya Celine adalah pemilik tunggalnya. Mungkin aja papa kamu dan ibunya Celine saling jatuh cinta, lalu mereka nikah. Karena sekarang ibunya Celine sudah meninggal karena sakit , jadi sekarang papamulah yang mengurus semuanya’’.

‘’Tetep aja aku benci papa karena sudah membuat kami mengira kalau papa sudah meninggal. aku ngga nyangka kalau Celine itu adikku’’.

‘’Iya bener juga. Celine adalah adik kamu dan kau selingkuh dengan Stevano tunangan adikmu’’.

‘’Aku ngga selingkuh. Kami berdua saling mencintai. Stevano ngga pernah mencintai Celine’’.

‘’Kamu tau dari mana kalau Stevano ngga cinta ama Celine?’’.

‘’Stevano sendiri yang bilang ke aku kalau dia ngga cinta ama Celine. Dia hanya anggap Celine sebagai saudaranya sendiri. Dia terpaksa nikah ama Celine karena Stevano sangat berhutang budi ama papa, makanya dia mau nikahi Celine meski ngga cinta’’.

Feby terlihat terkejut dengan penjelasan Triana.’’Kasihan Celine. Padahal dia cinta banget ama Stevano. Sejak dulu sampe sekarang. Dia seneng banget dapat menikah pria pujaan hatinya’’.

‘’Tapi Stevano ngga cinta ama Celine. Dia mencintaiku dan aku berharap mereka ngga jadi menikah hanya gara-gara Stevano merasa kasihan pada Celine yang sedang sakit karena leukimia’’.

‘’Apa Celine sakit? Leukimia? Kamu dapat pikiran itu dari mana sih Celine sehat-sehat aja’’.
‘’Stevano yang bilang ke aku kalau Celine terkena leukimia’’. Mata Feby terbelalak lebar seakan ngga percaya dengan penjelasannya.

‘’Itu ngga mungkin. Celine ngga pernah cerita ke aku soal ini’’.

‘’Masa iya sih, kan kamu sahabat Celine seharusnya sebagai sahabatnya pasti tahu dong penyakit Celine’’.

Triana memperhatikan Feby yang termenung seperti sedang mengingat sesuatu. Triana tidak tahu apa yang sedang Feby pikirkan. Rasa tidak percaya sangat jelas terlihat di wajahnya. Berkali-kali Feby mengumamkan sesuatu , kemudian dia menatap Triana. Triana sudah bersiap diri dengan apa yang akan dikatakan Feby.  Perasaan Triana mengatakan kalau ia akan mendapat sesuatu yang baru mengenai Celine dan perasaan Triana itu tidak meleset.

‘’Aku yakin Celine ngga pernah punya panyakit leukimia’’.

‘’Kenapa kamu begitu yakin?’’

‘’Karena sebelumnya aku dan Celine pernah check up kesehatan sebelum pesta musim panas dan hasilnya sangat bagus. Kondisi kesehatan Celine ngga ada masalah begitu juga denganku. Ini aneh jika Celine tiba-tiba punya penyakit itu. Rasanya ngga masuk akal’’. Triana mengangkat kedua alisnya. Ia merasa senang mendapat kenyataan kalau Celine baik-baik saja.

‘’Mungkin Celine sudah berbohong mengenai kondisi kesehatan tubuhnya’’.

‘’Kalau benar begitu untuk apa dia ngelakuin semua itu’’.

‘’Untuk mendapatkan perhatian Stevano tentu aja. Dia ingin Stevano ngga ninggalin dia’’.

‘’Ngga mungkin Celine bisa menggunakan alasan selicik itu untuk mendapat perhatian Stevano’’.

‘’Sepertinya kamu belum pernah jatuh cinta. Cinta kadang membuat seseorang bersikap egois termasuk Celine’’.

‘’Aku sudah kenal baik Celine. Rasanya ngga percaya aja’’.

‘’Kamu tanya aja sendiri ke  Celine tentang ini, lalu kasih tahu aku apa penjelasan dia ke kamu’’. Senyuman sinis muncul di wajah Triana yang cantik.

Celine merasa senang hari pernikahannya sebentar lagi tiba terlebih lagi Stevano membanjirinya dengan perhatiannya. Celine terus menerus memandangi gaun putih pernikahannya. Ia sudah tidak sabar ingin memakainya. Suara ponsel mengejutkan Celine. Ia melihat sebuah pesan dari Feby.

Feby : Kamu sehat-sehat aja kan?

Celine: Iya aku sehat-sehat aja. Emang kenapa?’’

Feby: Ah, ngga apa-apa. Cuma ada yang bilang ke aku kalau kamu sakit leukimia. Apa bener yang aku denger itu?’’

Selama sesaat tidak ada balasan dari Celine, lalu lima menit kemudian.

Celine: siapa yang bilang?

Feby menatap Triana dan Triana hanya mengelengkan kepalanya.

Feby: Stevano

Celine : Jadi dia yang ngasih tahu kamu?

Feby : Yup. Jangan salahkan dia aku yang memakasanya untuk ngasih tahu aku karena waktu ketemu  dia, dia keliatannya sedih banget.

Celine: Kamu jangan bilang siapa-siapa ya. Janji ya.

Feby: Iya aku janji

Celine: sebenernya itu bohong . Aku sehat-sehat aja. Aku sengaja bohong karena aku ngga ingin kehilangan Stevano. Kamu kan tahu aku cinta banget ama dia.

Feby: Aduuuh... kenapa juga kamu harus bohong. Cepat atau lambat dia pasti tahu

Celine: Aku tahu. aku akan bilang  yang sebenernya kalau aku sudah nikah dengan Stevano

Feby: Stevano bakal marah banget ke kamu

Celine: Aku tahu itu

Feby: Ya sudah semoga kamu baik-baik aja dengan Stevano

Hubungan pembicaraan mereka berakhir dan Feby memberikan ponselnya kepada Triana untuk dibaca karena sejak dari tadi Triana sudah tidak sabar ingin melihat hasil perbincangan Feby dengan Celine. Sebuah senyuman menghiasi wajahnya.

Sehari sebelum pernikahan Celine dan Stevano , Triana pergi ke rumah Celine setelah ia pulang bekerja. Dengan rasa percaya diri dan senyuman puas yang selalu menghiasi wajahnya sejak pagi hari, ia memasuki rumah itu. Rumah itu terlihat begitu ramai dengan kesibukan para pelayannya dalam mempersiapkan pesta pernikahan majikannya. Triana berharap tidak akan bertemu dengan ayahnya.Ia merasa jijik dan benci terhadap ayahnya itu.

Triana masuk ke dalam kamar Celine di antar oleh seorang pelayan. Celine tersenyum ketika Triana telah datang. Pada awalanya Celine terkejut tiba-tiba Triana meneleponnya, tapi akhirnya dia mau bertemu dengannya. Triana begitu terpesona dengan kemewahan kamar Celine yang bernuansa emas. Kamarnya begitu luas dilengkapi oleh furniture yang pastinya sangat mahal. Triana membayangkan jika ia menjadi orang kaya pasti kamarnya akan seperti itu. Ambisinya menjadi orang kaya  masih tetap membara di hatinya sampai sekarang.

Andai saja ia menjadi Celine pasti hidupnya tidak akan pernah membosankan. ‘’Halo Triana! Silahkan duduk!’’. Celine bersikap ramah kepadanya. Ini pertemuan kedua Triana dengan Celine setelah pertemuan pertama ia pergi secara tiba-tiba dengan cara yang tidak sopan, tapi apa boleh buat ia sudah muak melihat papanya juga kemesraan yang ditujukan Celine kepada Stevano.

Triana melihat gaun pengantin yang sangat indah yang dipakai oleh sebuah manekin. Gaun pengantin terindah yang pernah dilihatnya. Ia berharap suatu hari nanti dapat memakai gaun pengantin seindah itu.

Triana mencoba mengakhiri kekagumannya pada seisi kamar ini. Ia memandang Celine dengan rasa tidak suka. Triana yakin Celine tahu kalau ia tidak menyukainya, tapi wanita menyebalkan itu tetap memasang wajah ramah kepadanya.

‘’Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan denganku?’’tanya Celine dengan suara lembut.

‘’Aku ingin kau membatalkan pernikahanmu dengan Stevano’’. Celine menegakkan tubuhnya. Terkejut.

‘’Kenapa?’’

‘’Karena Stevano adalah pacarku. Dia mencintaiku’’.

‘’Kau bohong’’. Kini suara Celine terdengar lebih keras ada gemetar dari  nada suaranya.

‘’Aku tidak bohong . Itu kenyataannya. Stevano tidak mencintaimu, dia hanya menganggap kamu sebagai adiknya’’. Celine menundukkan kepalanya dan tubuhnya gemetar sambil memain-mainkan jari-jari tangannya.’’Selama ini Stevano berhubungan denganku bahkan kami telah tidur bersama’’ bohong Triana padahal ia sama sekali belum pernah melakukan itu dengan Stevano, tapi ia tidak perduli jika harus berbohong seperti itu demi mempertahankan Stevano disisinya.

‘’Bohong. Aku ngga percaya’’teriaknya. Celine mulai menangis.

‘’Terserah kau mau percaya atau tidak. Kau juga sangat licik berani-beraninya kau berbohong kalau kau punya penyakit leukimia. Stevano yang mengatakannya kepadaku sehingga ia terpaksa menikahimu karena dia merasa sangat kasihan padamu’’. Triana tersenyum sinis. Ia menikmati kesedihan Celine. ‘’Kalau Stevano tahu kau sudah berbohong kepadanya pasti dia akan langsung meninggalkanmu’’.

‘’Kau...’’teriak Celine gemas sekaligus kesal.

‘’Stevano mencintaiku  jadi tinggalkan dia untuk selamanya’’.

‘’Aku tidak bisa’’.

‘’Kalau begitu aku akan mengatakan kepadanya kalau kau telah berbohong kepadanya. Aku yakin Stevano akan marah besar kepadamu’’. Triana tertawa getir.

‘’Aku mohon jangan katakan apa pun kepadanya. Jangan sekarang’’. Celine meraih lengan Triana dan memasang wajah memohon kepadanya, tapi Triana sudah terlanjur merasa muak,  benci dan marah kepada Celine. Terutama masalah menjadi anak kesayangan papa.

‘’Lepaskan aku! Aku akan tetap mengatakannya pada Stevano’’.

Triana beranjak keluar dari kamar. Celine langsung mengikutinya  mencegah Triana menemui Stevano dan mengatakan kebohongannya. Celine sudah merasa tidak sanggup lagi jika ia harus kehilangan Stevano untuk selamanya.

Celine berhasil mencegat Triana dan mencekal lenganya dengan kuat.’’Kau tidak akan pergi kemana-mana. Kau tidak akan mengatakan apa pun kepada Stevano’’ ancamnya. Tubuh Celine mengeluarkan aura yang sangat mengerikan. Triana tertawa dalam hati. Wanita selembut Celine bisa berubah mengerikan jika sudah menyangkut urusan cinta. Cinta bisa begitu indah dan menyenangkan tapi cinta juga bisa menjadi sangat mengerikan.

‘’Kau mau apa? Mau membunuhku?’’tantang Triana.’’Kau sungguh egois. Sudah merebut papa dariku kau juga mau mengambil Stevano dariku. Apa itu belum cukup bagimu?’’

Mata Celine membelalak lebar.’’Apa maksudmu dengan papa?’’

‘’Papamu adalah papaku juga dan kau adalah adikku’’.

‘’Kau jangan bicara sembarangan’’.

‘’Aku ngga bicara sembarangan. Satya Razendra memang papaku, tapi sayang dia sudah ngga ingat aku lagi dan itu membuatku benci pada papa dan kau juga yang sudah merebut kasih sayang papa dariku’’.

‘’Ini ngga mungkin ‘’. Celine melangkah mundur. Ia memandang Triana dengan tidak percaya.

‘’Bagaimana mungkin kau bisa menjadi anak papa?’’

‘’Ibumu sudah merebut papa dari mamaku. Papa kemudian meninggalkan mamaku untuk menikahi mamamu dan akhirnya papa melupakan keberadaanku juga adikku dan mamaku. Papa tersayangmu ternyata ngga sebaik dugaanmu’’.

‘’Aku ngga percaya papaku adalah orang baik’’.

Triana mengangkat kedua bahunya.’’Terserah mau percaya atau tidak. Sekarang aku mau pergi, jadi jangan menghalangi jalanku lagi’’. Celine yang masih terkejut berdiri mematung, tapi setelah Triana mulai turun kebawah kesadaran Celine kembali dengan sigap ia kembali mencegat Triana.

Triana sudah begitu kesal dengan Celine.’’Sekarang kau mau apa lagi? Pembicaraan kita sudah selesai’’.

‘’Sudah aku bilang, aku ngga akan membiarkan kamu pergi menemui Stevano’’. Triana yang sudah benar-benar marah mendorong Celine hingga terjatuh dari tangga. Celine tidak bergerak dan dengan panik Triana turun memeriksa keadaan Celine.

‘’Ini semua karena ulahmu kalau ngga aku ngga akan mendorongmu dari tangga’’. Triana cepat-cepat meninggalkan Celine yang sudah tidak bergerak sebelum ada orang yang mengetahui perbuatannya.

Bersambung