Sabtu, 25 Mei 2013

Summer Rain 5


Bab 5

Berita kematian Celine tentu saja sangat mengejutkan semua orang apa lagi Celine akan menikah . Seharusnya hari ini adalah hari pernikahannya, tapi sekarang hari ini adalah hari pemakamnnya. Banyak orang yang menyayangkan Celine meninggal saat ia baru saja akan menempuh hidup baru bersama dengan pria yang dicintainya. Ada juga beberapa orang yang mengatakan kalau Celine begitu ceroboh sehingga terjatuh dari tangga yang membuatnya meninggal.

Suasana pemakam Celine ramai dikunjungi oleh banyak orang. Triana berdiri disebelah Feby yang sedang menangis terisak-isak dan Stevano berdiri diam di samping papanya. Wajah-wajah sedih terlihat di pemakaman Celine. Triana memang sedikit menyesal dengan kematian Celine, tapi ia juga senang Celine meninggal. Ia bisa kembali mendapatkan Stevano dan mungkin papanya yang sudah menjadi kaya. Triana tersenyum dalam hati ketika ia menyadari kalau ia bisa saja menganti posisi Celine sebagai anak perempuan  dari Satya Razendra.

Ia akan tinggal di rumahnya yang mewah dan ia sudah tidak sabar ingin menikah dengan Stevano. Berkali-kali Triana mencuri pandang pada pria itu. Wajahnya terlihat sangat muram begitu juga dengan papanya. Ketika semua orang satu persatu telah meninggalkan pemakaman dan hanya tinggal mereka yang tersisa disana. Triana menghampri papanya dan mengucapkan belasungkawa kepadanya. Ia merasa senang tidak seorang pun yang tahu kalau ia sudah mendorong Celine dari tangga. Kejadian itu dianggap sebagai kecelakaan.

Tanpa basa basi lagi Triana mengatakan kalau ia anak perempuannya yang sudah lama ditinggalkan oleh ayahnya di Jakarta. ‘’Sebenarnya aku adalah anak papa juga’’. Stevano dan papa tentu saja sangat terkejut dengan pernyataannya tadi yang tidak pernah disangka-sangka oleh mereka.

‘’Apa kau bilang?’’tanya papa.

‘’Aku Triana anak papa. Apa apa sudah melupakanku?’’

Papa mengamati wajah Triana dengan teliti.’’Kau adalah Triana Nakeisha’’.

‘’Benar’’.

‘’Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa kalian kan sudah meninggal’’. Triana mengerutkan dahinya dan terlihat bingung.

‘’Apa maksud papa kami  sudah meninggal?’’

‘’Sebaiknya kita jangan bicara disini. Kita cari tempat yang enak untuk bicara’’kata Stevano menyela pembicaraan mereka.

Mereka bertiga naik mobil dan berhenti disebuah cafe yang cukup sepi. Mereka duduk di meja yang berada di halaman belakang cafe tersebut. Ketiganya memesan secangkir kopi. Papa Triana masih mengamati putrinya dengan pandangan menyelidiki. Triana menyadarinya mungkin sekarang papa masih belum percaya kalau dia adalah putrinya begitu pun juga dengan Stevano.

‘’Sekarang bisa papa jelaskan kenapa papa bisa menganggap kami meninggal. Jelas-jelas kami masih hidup dan kehidupan kami setelah papa pergi begitu buruk. Ibu sering sakit-sakitan. Aku dan Nina harus bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kami berdua sekolah sambil bekerja’’jelas Triana kesal pada ayahnya’’.Dan paling menyakitkan,  papa sudah ngga ingat lagi waktu kita bertemu , tapi Triana ingat papa dengan jelas’’.

‘’Maafkan papa Triana. Papa pasti tahu kau sangat marah sama papa, tapi papa sungguh ngga tahu kalau kalian masih hidup. Papa begitu sedih ketika mengetahui kalian sudah meninggal karena kebakaran’’.

‘’Apa kebakaran? Siapa yang bilang seperti itu?’’

‘’Ibunya Celine’’. Triana semakin terlihat bingung. Ia mengerutkan dahinya berusaha menyerap informasi yang diberikan oleh ayahnya.

Papa Triana mulai bercerita menjawab apa yang dipikiran Triana saat ini.

‘’14 tahun yang lalu saat papa pergi ke Singapura untuk bekerja di pabrik sepatu sebagai asisten general manager. Disanalah papa bertemu dengan Neva, ibunya Celine. Neva adalah atasan papa. Ketika terakhir kali papa menelepon kalian , itu adalah sehari sebelum papa akan berlayar untuk pulang ke indonesia untuk menemui kalian, tapi kapal yang ditumpangi papa mengalami masalah dan tenggelam. Beruntung papa selamat dari kecelakaan itu dan tidak sadarkan diri selama lima hari. Saat papa sadar, Neva memberitahu papa kalau kalian meninggal dalam kebakaran  dan itu membuat papa syok. Setelah sembuh papa memutuskan tidak akan kembali lagi ke Indonesia karena itu akan sangat menyedihkan bagi papa’’.

‘’Triana mendapat kabar kalau papa meninggal karena tenggelam dari seorang teman papa. Saat itu yang menelepon Triana seorang wanita, tapi dia ngga nyebutin namanya, lalu apa yang terjadi setelah itu?’’

‘’Papa berusaha menata kehidupan papa lagi, ngga ingin terus-terusan tenggelam dalam kesedihan. Waktu itu hanya Neva yang selalu berada disisi papa, menghibur papa dan memberi semangat pada papa dan seiring berjalannya waktu hubungan kami semakin dekat. Neva mengakui perasaannya pada papa dan papa pikir Neva adalah wanita yang sangat baik. Kami berdua pun menikah tidak lama kemudian, setelah kami menikah kami pindah ke Moskow tempat kelahiran Neva. Setahun kemudian Neva memberikan seorang anak perempuan dan kami memberinya nama Celine’’. Wajah papanya tiba-tiba berubah sedih saat menyebut Celine.

‘’Jadi papa saat itu sudah menganggap kami meninggal dalam kebakaran, begitu ? Sehingga papa berusaha untuk melupakan kami dan ternyata papa benar-benar melupakanku, Nina dan ibu’’.

‘’Tidak Triana. Papa sama sekali belum melupakan kalian. Papa masih mengingat kalian. Mana mungkin papa dapat melupakan kalian begitu saja karena papa sayang kalian’’.

‘’Tapi buktinya papa ngga ngenali aku waktu kita bertemu’’. Triana memasang wajah cemberut.
‘’Itu karena wajahmu sudah banyak berubah. Papa hanya mengingat wajahmu yang berumur 12 tahun dan sekarang sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Kalau ngga salah kamu sekarang  26 tahun. Papa sudah ngga melihatmu selama 14 tahun. Tentu aja papa ngga ingat wajahmu yang sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Sekarang kamu tinggal dengan siapa disini?’’

‘’Aku tinggal sendirian di apartemen’’.

‘’Kamu kerja dimana?’’

‘’Aku kerja di hotel bagian administrasi’’.

Triana meminum kopinya dan menatap papanya dari balik cangkirnya. Papanya seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu tatapannya beralih pada Stevano yang sesaat keberadaanya dilupakan oleh Triana karena dia terlalu antusias mendengat cerita papanya.

‘’Papa, aku turut bersedih atas kematian Celine. Dia gadis yang sangat baik meskipun aku baru mengenalnya. Sayang kami ngga diberi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain’’. Triana pura-pura bersedih dan ia pun melupakan kebenciannya pada ayahnya.

‘’Terima kasih Triana. Mengetahui kalian masih hidup membuat kesedihan papa sedikit terobati’’.

‘’Sebaiknya kau tinggal dengan papa saja’’tawar papanya. Triana tersenyum senang. Tentu saja ia tidak akan menolak tawaran papanya untuknya . Triana sangat senang akhirnya ia bisa tinggal dengan papanya di rumahnya yangg besar dan mewah. Ambisinya untuk menjadi orang kaya akan segera tercapai. Apa pun akan ia lakukan untuk mencapai ambisinya itu. Tidak perduli dengan cara bersih atau kotor termasuk membunuh Celine adik perempuannya yang baru ia kenal.

‘’Papa sungguh ingin aku tinggal bersamamu?’’

‘’Tentu saja’’. Triana tersenyum dalam hati dan bersorak kegirangan.

‘’Baiklah. Aku akan tinggal dengan papa’’. Triana berusaha memberikan senyuman termanisnya untuk papanya, lalu ia menyesap kopinya sambil tersenyum sinis.

‘’Papa juga ingin mengajak Nina dan ibumu tinggal disini’’. Triana tersedak.

‘’Kamu ngga apa-apa?’’tanya papanya cemas. Stevano membantu Triana menepuk-nepuk punggungnya’’.

‘’Aku ngga apa-apa’’.

‘’Syukurlah’’ujar papanya lega.

‘’Papa ingin mengajak Nina dan ibu tinggal disini’’.

‘’Benar’’. Triana terdiam.

‘’Ada apa?’’

‘’Ah ngga apa-apa. Cuma sudah lama aku ngga dengar kabar dari mereka lagi’’. Triana memang sengaja tidak ingin mendengar kabar dari mereka. Ia sudah tidak ingin berhubungan dengan keluarganya lagi yang sudah melarangnya untuk pergi ke luar negeri menjadi orang kaya dan sukses. Triana masih marah kalau mengingatnya. Nina dan ibunya tidak tahu nomor teleponnya. Selama ini mereka berkomunikasi melalui email , tapi sekarang alamat email yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarganya sudah dihapus.

‘’Kita sebaiknya kembali ke Jakarta melihat keadaan mereka’’. Triana hanya bengong mendengar usulan papanya.

‘’Tapi Triana masih banyak kerjaan’’.

‘’Ngga ada salahnya kan cuti dulu sebentar’’.

‘’Tapi aku akan baru masuk kerja masa sudah mengambil cuti’’.

‘’Kalau itu serahkan saja padaku. Kau bisa ambil cuti beberapa hari untuk melihat keadaan keluargamu’’kata Stevano yang baru membuka mulutnya. Sejak dari tadi Stevano hanya diam dan menjadi pendengar saja. Stevano mengedipkan matanya.

‘’Memangnya kamu bisa membuat aku ambil cuti’’tanyanya ragu.

‘’Tentu saja bisa. Hotel tempat kamu bekerja adalah milik ayahku dan sekarang adalah milikku’’. Stevano tersenyum penuh kepuasaan. Triana terkejut sekaligus tidak percaya hotel mewah tempatnya bekerja adalah milik Stevano. Triana merasa beruntung ia dicintai oleh pria yang super keren dan super kaya.

‘’Terima kasih’’. Triana tersenyum manis.

Hari menjelang sore mereka pulang. Triana dan Stevano berjalan di belakang ayahnya. Diam-diam Triana mengenggam tangan Stevano, lalu dipandangnya pria itu dengan wajah senang dan pria itu membalas genggaman tangan Triana.

Triana dan ayahnya telah tiba di Jakarta, lalu mereka berdua langsung menuju rumahnya. Triana melihat papanya diam. Papanya hanya melihat keluar jendela mobil taxi . Sepertinya papanya sedang mengingat masa lalunya. Ini kali pertama papanya kembali ke Jakarta setelah bertahun-tahun menetap di luar negeri. Triana juga merasa cemas. Apa sambutan Nina dan ibunya nanti setelah perpisahan mereka yang tidak mengenakan.

Taxi berhenti di depan sebuah rumah yang begitu dikenal Triana yaitu rumahnya. Keduanya turun dari taxi dan masuk ke halaman rumahnya. Rumah itu terlihat begitu sepi seperti tidak ada kehidupan disana. Triana mengetuk pintu sambil memangil nama adiknya dan juga ibunya.

‘’Nina...ibuuu...Nina....ibuuuu....’’. Triana dan papanya saling berpandangan. ‘’Sepertinya tidak orang dirumah. Seharusnya Nina sudah pulang dari kuliah kalau jam segini dan ibu seharusnya selalu berada di rumah. Ibu kan sedang sakit’’.

‘’Sebaiknya kita tunggu saja. Mungkin Nina dan ibu sedang pergi ke luar’’. Tapi hari sudah menjelang malam tidak ada tanda adik dan ibunya pulang. Papanya sudah mulai cemas.

‘’Apa kamu ngga punya bayangan kira-kira mereka pergi kemana?’’

‘’Maaf. Triana ngga tahu’’.

‘’Ya sudah. Kau tunggu disini. Papa mau nanya ke orang-orang sekitar perumahan ini mungkin ada yang tahu’’.

‘’Baik  pa’’.

Triana menuruti perintah papanya duduk di depan teras rumahnya dengan hati kesal. Baru saja papanya akan pergi salah seorang tetangganya bernama mpok leha yang kebetulan lewat depan rumahnya. Mpok Leha nampak terkejut melihat Triana bersama dengan pria asing. Mpok Leha segera menghampiri Triana tidak meperdulikan pria asing didepannya. ‘’Non Triana kemana aja? Baru pulang sekarang? ‘’

‘’Aku kerja di luar negeri’’.

‘’Aduh non untung non Triana pulang. Sudah banyak yang terjadi selama non pergi’’.

‘’Memangnya apa yang terjadi?’’. Mpok Leha menatap kasihan pada Triana sekaligus sebal.
‘’Beberapa setelah kepergian non Triana. Ibu non sakitnya tambah parah. Sepertinya sakitnya ibu non tambah parah karena depresi karena non Triana pergi. Kasihan Nina harus setiap saat harus merawat ibu. Sampai-sampai Nina berhenti dari kuliahnya’’. Triana dan papanya nampak terkejut.

‘’Lalu apa yang terjadi? Kemana Nina dan ibu?’’

Mpok Leha terdiam wajah terlihat sedih. ‘’Ibu non Triana sudah meninggal’’. Triana dan papanya benar-benar terkejut dan rasa syok terlihat di wajah papanya.

‘’Apa meninggal?’’tanya papanya.

Mpok Leha menatap asing pada pria disebelahnya.’’Mpok Leha , ini papa Triana’’. Kini gilaran Mpok Leha yang terkejut.

‘’Papa non Triana bukannnya sudah meninggal’’.

‘’Papa Triana ternyata belum meninggal. Triana juga baru tahu kalau papa masih hidup’’ kata Triana setenang mungkin.

‘’Lalu Nina ada dimana sekarang?’’tanya ayahnya cemas.

‘’Non Nina pergi setelah kematian ibu. Pergi dengan Davin’’.

‘’Hah ? Pergi dengan Davin?’’

‘’Iya. Setelah ibu meninggal Nina terus-terusan bersedih. Jarang makan sampai tubuhnya lemas dan hampir mau pingsan. Davin membawanya ke rumah sakit dan tidak lama kemudian Davin menikahi Nina, lalu mereka pergi entah kemana. Ngga ada yang tahu’’jelas mpok Leha.

Triana merasa hatinya sedikit terusik dengan penjelasan mpok Leha tadi. Ia tidak menyangka Davin menikahi Nina padahal sebelum pergi Davin memohonnya untu tetap tinggal dan menikah dengannya bahkan sempat menciumnya dan mengatakan cinta kepadanya. Triana kembali teringat dengan ciuman Davin yang hangat saat itu dan ia kembali masih merasakan hangatnya bibir Davin di bibirnya. Triana mendengus kesal di dalam hatinya.

Triana melihat papanya yang sudah duduk dengan wajah pucat dan rasa bersalah yang terlihat jelas diwajahnya.

‘’Mpok Leha , terima kasih sudah memberitahu kami’’. Triana pura-pura memasang wajah sedih di hadapannya dan mengeluarkan air mata palsu.

‘’Yang sabar ya non Triana’’. Setelah mengatakan itu mpok Leha  berlalu pergi dan Triana menghampiri ayahnya yang sedang menangis.

Sebelum kembali ke Rusia, Triana dan ayahnya menyempatkan diri mengunjungi makan ibunya. Jauh dilubuk hatinya Triana merasa sedih telah kehilangan ibunya, tapi ia berusaha untuk mengingkarinya. Ia tidak ingin menjadi orang cengeng dan lemah.

Bersambung

2 komentar:

  1. sgla cara dlakukn, baik - buruk tak ada perbedaan
    #sadarny ntr gmn ya

    BalasHapus
  2. waah ada cerita lagi dari mia yg penuh dengan konflik, Triana yg antagonis/protagonis ya :)

    oh ya sis, my miya kok hilang, apa sudah ada epilog nya, klo dari komputer gak bisa buka wattpad niih.. gimana Hik..hik..
    please lanjutan my miya nya..

    thanks - Dewi

    BalasHapus

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^