Jumat, 10 Mei 2013

Summer Rain 1



Bab 1

            Triana duduk di kursi di teras rumahnya dengan wajah cemberut sambil memandangi hujan turun di musim panas. Ia baru saja bertengkar dengan  Ibunya yang tidak mengabulkannya untuk bekerja di luar negeri dengan gaji yang sangat besar karena ibunya sedang sakit dan tidak ingin ditinggalkan oleh Triana. Tentu saja Triana menolak keinginan ibunya. Ia tidak ingin kesempatannya untuk bekerja di perusahaan besar di luar  negeri menghilang begitu saja dari genggamannya. 

            Tawaran bekerja di luar negeri berasal dari temannya karena salah satu staff kantor dimana teman Triana bekerja mengundurkan diri dan tawaran itu diberikan kepadanya karena Triana pantas untuk mendapatkan posisi staff  itu karenaTriana adalah pekerja keras dan rajin. Triana pun langsung menerima tawaran itu tanpa di pikir-pikir lagi yang ada di otaknya ialah mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk merubah hidupnya yang biasa-biasa saja. Ia bosan hidup dalam kemiskinan. Baginya uang adalah segalanya. Apa pun yang ia inginkan akan tercapai jika ia memiliki banyak uang. Ia juga bercita-cita ingin menikahi pria kaya.

            Triana tinggal bersama ibunya dan juga adik perempuannya yang masih kuliah sedangkan ayahnya sudah meninggal ketika Triana masih berusia 12 tahun dan sekarang ia menjadi tulang punggung keluarganya. Triana adalah seorang wanita berumur 26 tahun yang berambisius tinggi, cantik juga berbahaya. Ia adalah tipe wanita yang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya yaitu menjadi orang kaya dan ia juga mengandalkan kecantikannya untuk memikat pria-pria kaya. Ia ingin sekali keluar dari rumahnya yang kecil dan sederhana.

            Sejak ada tawaran kerja di luar negeri dengan gaji besar, Triana langsung mengundurkan diri dari tempatnya bekerja .Ia akan mendapatkan pria lebih kaya lagi di luar negeri nanti.  Triana masih mendengar ibunya menangis, tapi ia tidak perduli. Ibunya mau nangis dengan memohon sambil bersujud kepadanya , ia tidak akan merubah keputusannya.

            Hujan masih turun dengan derasnya. Triana melihat adik perempuannya sedang berlari-lari di tengah hujan. ‘’Kakak sedang apa disini hujan-begini?’’

            ‘’Eh Nina, terserah aku mau ngapain disini. Mau duduk disini mau hujan-hujanan itu bukan urusan kamu’’.

            ‘’Eeee..kakak judes amat cuma nanya gitu aja kok sewot amat’’.

            ‘’Ini semua gara-gara ibu bikin aku marah’’.


            ‘’Iya memangnya kenapa?’’

            ‘’Apa ini masalah kakak akan kerja di luar negeri?’’

            ‘’Iya’’jawab Triana cuek.

            ‘’haduuuhhh....ngapain juga kakak kerja di luar negeri, emang enak kerja disana? Belum tentu kan’’.

            ‘’Ngiri ya?’’kata Triana dengan pandangan sedikit jijik pada adiknya Nina.

            ‘’Yeeee....siapa yang ngiri’’. Sayup-sayup masih terdengar tangisan ibu mereka di dalam.
            ‘’Ibu nangis kak’’seru Nina.

            ‘’Aku tahu. Ibu sejak dari tadi nangis mulu’’.

            ‘’Ini pasti kak Triana penyebabnya. Bisa ngga sih ngga bikin ibu nangis. Kak Triana keterlaluan. Kakak ngga sayang ya sama ibu?’’. Nina memasang wajah cemberut dengan menatap kakaknya marah, lalu ia masuk ke dalam mencari ibunya.

            ‘’Cih...urus aja ibu sendiri. Mulai besok aku ngga akan ngurus ibu yang sakit-sakitan lagi’’gumamnya setelah Nina masuk ke dalam rumah. Senyuman seringai mulai muncul di wajahnya yang cantik., lalu tersenyum senang ketika ia membayangkan akan hidup senang di luar negeri.

            Triana yang sudah selesai memasukan semua pakaiannya ke dalam koper dan sudah mengepak semua barang-barangnya yang akan dibawa pada keesokan lusanya mendapat tatapan tidak senang dari Nina.

            ‘’Kak Triana jangan pergi kasihan ibu’’ujar Nina dengan wajah memelas.

            ‘’Aku ngga perduli. Pokoknya kalian berdua ngga ada yang bisa nahan gue untuk tinggal disini lebih lama lagi. Lagian ada elu yang  ngejagain ibu. Lagian kalau gue tetep disini selamanya akan jadi orang miskin. Elu tenang aja uang bulanan  akan dikirim tiap bulannya, jadi elu ngga usah khawatir’’. Nina tambah suka dengan sikap kakaknya yang egois lebih mementingkan dirinya sendiri.

            ‘’Terserah kakak aja. Aku cape terus-terus memohon supaya kak Triana ngga jadi pergi karena omonganku ngga akan di dengar’’.

            ‘’Akhirnya kamu ngerti juga, sekarang minggir aku mau pergi sekarang’’. Nina menurut apa yang dikatakan kakaknya. Ia menatap kepergian kakaknya dengan sedih. Entah kapan lagi ia akan kembali bertemu dengan kakak satu-satunya itu. Nina menghapus air matanya yang baru akan jatuh dari pelupuk matanya.

            ‘’Triana, jangan pergi nak!’’. Triana sangat kesal melihat ibunya yang mencoba melarangnya pergi.

            ‘’Ibu!’’seru Nina.’’ Ngapain ibu keluar kamar kan ibu lagi sakit. Sebaiknya ibu kembali ke kamar aja’’.

            ‘’Ngga. Ibu ngga mau kembali ke kamar sebelum ibu dapat mencegah kepergian Triana’’.

            ‘’Itu percuma bu. Kak Triana ngga bakalan ngedengerin ibu. Biarin aja kak Triana pergi’’.

            ‘’Kok kamu ngomongnya begitu sih Nina. Dia akan kakakkmu satu-satunya’’.

            ‘’Nina sudah sebisa mungkin cegah kak Triana pergi, tapi usaha Nina sia-sia aja, jadi biarin aja kakak pergi’’.  Ibunya berjalan mendekati Triana yang bersiap akan keluar rumah dengan menenteng koper besar  dan memengang lengannya. Ibunya menatap Triana dengan wajah sedih .’’Tetaplah tinggal disini! Ibu mohon!’’. Triana langsung menepis tangan ibunya dengan kasar dan hampir membuatnya terjatuh kalau saja Nina tidak menahan tubuh ibunya.

            ‘’Kakak!’’seru Nina marah.

            ‘’Apa-apaan sih. Dengar ya bu , Triana akan tetap pergi dari sini kalau Triana tetep disini terus kapan Triana ngga akan maju-maju selamanya akan menjadi orang miskin. Ini salah ibu dan ayah yang tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untukku’’ sembur Triana marah.

            ‘’Kak Triana jagan bicara kasar seperti itu kepada ibu nanti kualat loh’’.

            ‘’Masa bodo’’dengan cuek Triana menjawabnya. Nina hanya mengeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap kakaknya yang jahat. Ibunya pun menangis di pelukan Nina.

            ‘’Sepertinya usaha ibu yang terakhir kalinya sudah tidak bisa menahanmu pergi’’.

            ‘’Kalau ibu sudah tahu jangan cegah kepergian Triana lagi’’. Triana berjalan keluar pintu rumah tanpa memperdulikan tangisan ibu dan adiknya.

            ‘’Triana anakku!’’lirih ibunya.

            Baru saja Triana menginjakkan kaki di tanah dan tanah basah oleh rintik-rintik hujab , seorang pria muncul dihadapannya dan langsung mencengkeran tangannya.

            ‘’Ck..ck..ck...Coba siapa yang datang. Satu lagi penganggu yang akan menghalangi gue pergi’’kata Triana dengan suara tidak senang.

            ‘’Jangan pergi Triana. Menikahlah denganku! Kau akan tahu kalau aku mencintaimu Triana’’.
            ‘’Aku sudah bosan mendengar kamu bilang cinta ama aku dan aku ngga cinta ama kamu, jadi biarin aku pergi dan jangan ganggu hidupku lagi. Sebaiknya kamu nikahi aja Nina. Adikku itu sudah diam-diam mencintaimu Davin’’. Otomatis wajah Nina langsung memerah ketika Davin langsung memandangnya.

            ‘’Nina? Itu ngga mungkin. Mana mungkin Nina mencintaiku’’. Triana tertawa.

           ‘’Kalau ngga percaya tanya aja ama orangnya. Benarkan Nina?’’. Nina hanya diam tidak tahu harus berkata apa. Triana memperhatikan adiknya lekat-lekat.’’ Memangnya selama ini aku ngga tahu kalau kalau suka ama Davin. Jangan pikir aku ngga tahu, tiap kali Davin datang kesini , kamu selalu memandangnya dengan penuh cinta. Menjijikkan’’. Wajah Nina tambah merah padam merasa malu sekaligus marah pada kakakknya yang seenaknya saja mengumbar perasaannya pada Davin.

            Triana tersenyum sinis, lalu menatap Davin dari bawah sampai ujung kepalanya. Davin adalah pria yang cukup tampan, bertubuh tinggi dan atletis. Rambutnya yang sedikit gondrong menjadi nilai tambah ketampanannya. Hampir semua perempuan yang berada disekitar komplek perumahan tempatnya tinggal menyukainya, tapi Davin hanya menyukai dirinya. Triana begitu bangga dengan kenyataan itu. Davin juga memiliki mata dan bibir yang cukup seksi yang dapat membuat para wanita melakukan apa aja agar mendapatkan pelukan  dan ciuman darinya, tapi sayang Davin bukan pria kaya seandainya ia pria kaya sudah lama ia menikahinya. Davin hanya seorang penjual makanan di dekat perkantoran yang penghasilannya tidak seberapa.

            Triana menghela napas berat melihat kenyataan Nina juga terjerat oleh pesona Davin. ‘’Sekarang aku mau pergi dulu. Urusi saja urusan kalian’’. Triana kembali melangkah pergi dan Davin kembali mencengkeram lengan Triana.

            ‘’Maumu apa lagi? Kalau terus-terusan begini gue bisa ketinggalan pesawat tahu’’ujar Triana kesal. Davin menatap Triana sangat lekat, tanpa di duga oleh Triana atau pun kedua orang yang sedang memperhatikannya di teras rumah, Davin langsung mencium Triana. ‘’Aku cinta padamu Triana’’bisik Davin dibibir Triana, lalu melepaskan Triana dan tidak lagi menghalangi kepergiannya lagi. Triana masuk ke dalam taxi yang sudah menunggunya di luar pagar rumahnya masih dengan perasaan terkejut. Triana tidak menyangka kalau Davin akan nekat menciumnya di depan ibu dan adiknya. Jauh di lubuk hatinya Triana menyukai apa yang dilakukan Davin tadi.

            Setelah kepergian Triana Davin terlihat begitu sedih. Ia sudah merelakan Triana pergi dari kehidupannya. Ia tersenyum kepada Nina dan ibunya. Wajahnya merona merah setelah ia menyadari kalau ia sudah mencium Triana di hadapan mereka berdua. 

            ‘’Ibuuuuu!’’teriak Nina membuat Davin terkejut dan segera menghampiri Nina yang sedang memeluk ibunya yang pingsan.

            ‘’Kak Davin, ibu kenapa? Pasti ini gara-gara kak Triana. Ibu begitu sedih dengan kepergiannya. Ibu begitu menyayanginya, tapi kak Triana ngga perduli sama ibu’’. Air mata Nina kembali membanjuri wajahnya.

            ‘’Sebaiknya kita bawa ibumu ke rumah sakit’’. Nina pun menyetujuinya karena ia begitu panik dan juga cemas dengan keadaan ibunya sekarang, jika terjadi sesuatu yang buruk kepada ibunya, Nina tidak akan memaafkan kakaknya. Nina tidak akan melupakan perbuatan kakaknya di hari hujan musim panas.

Bersambung

2 komentar:

  1. mba... saya baru baca lompat2. kalau buka dari hp bisa g ya? kyanya ceritanya bagus nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dr hp bisa ato liat di wattpad jg bisa nama akunnya sereluna

      Hapus

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^