Kamis, 23 Mei 2013

Summer Rain 4


Bab 4

‘’Kamu serius apa yang kamu bilang tadi?’’tanya Feby ketika mereka berdua sudah sampai di apartemen Triana.

‘’Iya aku serius’’. Triana menjatuhkan dirinya disofa.

‘’Tapi bagaimana mungkin papanya Celine dan papa kamu orang yang sama. Bukannya papa kamu sudah meninggal?’’

‘’Dulunya aku percaya, tapi sekarang tidak lagi’’.

‘’Satya Razendra adalah papaku dan papa Celine juga’’.

Feby masih belum bisa mempercayai hal ini. Ia terus meneror Triana dengan berbagai pertanyaan dan itu membuat Triana sedikit terusik.Feby tidak akan pulang jika Triana belum bercerita kepadanya. Triana pun menyerah dan mulai bercerita pada Feby. ‘’Papa, pergi meninggalkan kami ke luar negeri untuk kerja waktu aku masih kecil kira-kira umur 12 tahun. Seminggu sekali papa selalu memberitahukan kabarnya kepada kami dan tiap bulan kami mendapatkan uang hasil kerja papa di luar negeri’’.

‘’Setelah 3 tahun papa bekerja di luar negeri, papa ngga sekali pun pulang. Kata papa sih uang untuk ongkos pulang ke Jakarta lebih baik digunakan untuk keperluan hidup kami sekeluarga. Awalnya hubungan komunikasi dengan papa lancar, tapi setelah dua minggu ngga ada kabar dari papa, lalu ada salah seorang teman papa menghubungi kami dan teman papa bilang kalau papa menghilang karena sebuah kecelakaan di laut. Kapalnya tenggelam dan papa tidak pernah ditemukan. Jadi kami menganggap papa sudah meninggal, tapi sekarang apa yang aku lihat tidak seperti dugaanku sebelumnya. Papa masih hidup dan aku ngga tahu kenapa papa ngga pernah mengkabari kami dan menikahi wanita lain. Aku benci papa’’.

‘’Papa sudah tidak ingat aku lagi. Itu bisa dilihat sewaktu kami bertemu kembali disana. Itu yang buat aku bertambah kesal. Papa suda bener-bener ngga ingat ama wajah anaknya sendiri’’.
‘’Mungkin papa kamu emang ngga ingat lagi. Waktu itu kan kamu masih kecil, jadi ngga hafal wajah kamu setelah dewasa kayak apa’’.

‘’Kalau itu mungkin bisa aku terima. Yang buat aku ngga ngerti kenapa papa ngga ngehubungi kami lagi. Jadi aku kan bisa tahu kalau papa masih hidup dan yang buat aku terkejut papa disini jadi orang kaya raya. Hebat juga. Seharusnya aku juga berhak menikmati sebagian kekayaan papa, tapi hanya Celine yang menikmatinya’’.

‘’Kau salah Triana’’.

‘’Apa maksud kamu Feb?’’

‘’Yang kaya itu bukan papa kamu, tapi ibunya Celine. Ibunya Celine itu salah satu orang terkaya di Rusia. Keluarganya memiliki beberapa perusahaan. Ibunya Celine adalah pemilik tunggalnya. Mungkin aja papa kamu dan ibunya Celine saling jatuh cinta, lalu mereka nikah. Karena sekarang ibunya Celine sudah meninggal karena sakit , jadi sekarang papamulah yang mengurus semuanya’’.

‘’Tetep aja aku benci papa karena sudah membuat kami mengira kalau papa sudah meninggal. aku ngga nyangka kalau Celine itu adikku’’.

‘’Iya bener juga. Celine adalah adik kamu dan kau selingkuh dengan Stevano tunangan adikmu’’.

‘’Aku ngga selingkuh. Kami berdua saling mencintai. Stevano ngga pernah mencintai Celine’’.

‘’Kamu tau dari mana kalau Stevano ngga cinta ama Celine?’’.

‘’Stevano sendiri yang bilang ke aku kalau dia ngga cinta ama Celine. Dia hanya anggap Celine sebagai saudaranya sendiri. Dia terpaksa nikah ama Celine karena Stevano sangat berhutang budi ama papa, makanya dia mau nikahi Celine meski ngga cinta’’.

Feby terlihat terkejut dengan penjelasan Triana.’’Kasihan Celine. Padahal dia cinta banget ama Stevano. Sejak dulu sampe sekarang. Dia seneng banget dapat menikah pria pujaan hatinya’’.

‘’Tapi Stevano ngga cinta ama Celine. Dia mencintaiku dan aku berharap mereka ngga jadi menikah hanya gara-gara Stevano merasa kasihan pada Celine yang sedang sakit karena leukimia’’.

‘’Apa Celine sakit? Leukimia? Kamu dapat pikiran itu dari mana sih Celine sehat-sehat aja’’.
‘’Stevano yang bilang ke aku kalau Celine terkena leukimia’’. Mata Feby terbelalak lebar seakan ngga percaya dengan penjelasannya.

‘’Itu ngga mungkin. Celine ngga pernah cerita ke aku soal ini’’.

‘’Masa iya sih, kan kamu sahabat Celine seharusnya sebagai sahabatnya pasti tahu dong penyakit Celine’’.

Triana memperhatikan Feby yang termenung seperti sedang mengingat sesuatu. Triana tidak tahu apa yang sedang Feby pikirkan. Rasa tidak percaya sangat jelas terlihat di wajahnya. Berkali-kali Feby mengumamkan sesuatu , kemudian dia menatap Triana. Triana sudah bersiap diri dengan apa yang akan dikatakan Feby.  Perasaan Triana mengatakan kalau ia akan mendapat sesuatu yang baru mengenai Celine dan perasaan Triana itu tidak meleset.

‘’Aku yakin Celine ngga pernah punya panyakit leukimia’’.

‘’Kenapa kamu begitu yakin?’’

‘’Karena sebelumnya aku dan Celine pernah check up kesehatan sebelum pesta musim panas dan hasilnya sangat bagus. Kondisi kesehatan Celine ngga ada masalah begitu juga denganku. Ini aneh jika Celine tiba-tiba punya penyakit itu. Rasanya ngga masuk akal’’. Triana mengangkat kedua alisnya. Ia merasa senang mendapat kenyataan kalau Celine baik-baik saja.

‘’Mungkin Celine sudah berbohong mengenai kondisi kesehatan tubuhnya’’.

‘’Kalau benar begitu untuk apa dia ngelakuin semua itu’’.

‘’Untuk mendapatkan perhatian Stevano tentu aja. Dia ingin Stevano ngga ninggalin dia’’.

‘’Ngga mungkin Celine bisa menggunakan alasan selicik itu untuk mendapat perhatian Stevano’’.

‘’Sepertinya kamu belum pernah jatuh cinta. Cinta kadang membuat seseorang bersikap egois termasuk Celine’’.

‘’Aku sudah kenal baik Celine. Rasanya ngga percaya aja’’.

‘’Kamu tanya aja sendiri ke  Celine tentang ini, lalu kasih tahu aku apa penjelasan dia ke kamu’’. Senyuman sinis muncul di wajah Triana yang cantik.

Celine merasa senang hari pernikahannya sebentar lagi tiba terlebih lagi Stevano membanjirinya dengan perhatiannya. Celine terus menerus memandangi gaun putih pernikahannya. Ia sudah tidak sabar ingin memakainya. Suara ponsel mengejutkan Celine. Ia melihat sebuah pesan dari Feby.

Feby : Kamu sehat-sehat aja kan?

Celine: Iya aku sehat-sehat aja. Emang kenapa?’’

Feby: Ah, ngga apa-apa. Cuma ada yang bilang ke aku kalau kamu sakit leukimia. Apa bener yang aku denger itu?’’

Selama sesaat tidak ada balasan dari Celine, lalu lima menit kemudian.

Celine: siapa yang bilang?

Feby menatap Triana dan Triana hanya mengelengkan kepalanya.

Feby: Stevano

Celine : Jadi dia yang ngasih tahu kamu?

Feby : Yup. Jangan salahkan dia aku yang memakasanya untuk ngasih tahu aku karena waktu ketemu  dia, dia keliatannya sedih banget.

Celine: Kamu jangan bilang siapa-siapa ya. Janji ya.

Feby: Iya aku janji

Celine: sebenernya itu bohong . Aku sehat-sehat aja. Aku sengaja bohong karena aku ngga ingin kehilangan Stevano. Kamu kan tahu aku cinta banget ama dia.

Feby: Aduuuh... kenapa juga kamu harus bohong. Cepat atau lambat dia pasti tahu

Celine: Aku tahu. aku akan bilang  yang sebenernya kalau aku sudah nikah dengan Stevano

Feby: Stevano bakal marah banget ke kamu

Celine: Aku tahu itu

Feby: Ya sudah semoga kamu baik-baik aja dengan Stevano

Hubungan pembicaraan mereka berakhir dan Feby memberikan ponselnya kepada Triana untuk dibaca karena sejak dari tadi Triana sudah tidak sabar ingin melihat hasil perbincangan Feby dengan Celine. Sebuah senyuman menghiasi wajahnya.

Sehari sebelum pernikahan Celine dan Stevano , Triana pergi ke rumah Celine setelah ia pulang bekerja. Dengan rasa percaya diri dan senyuman puas yang selalu menghiasi wajahnya sejak pagi hari, ia memasuki rumah itu. Rumah itu terlihat begitu ramai dengan kesibukan para pelayannya dalam mempersiapkan pesta pernikahan majikannya. Triana berharap tidak akan bertemu dengan ayahnya.Ia merasa jijik dan benci terhadap ayahnya itu.

Triana masuk ke dalam kamar Celine di antar oleh seorang pelayan. Celine tersenyum ketika Triana telah datang. Pada awalanya Celine terkejut tiba-tiba Triana meneleponnya, tapi akhirnya dia mau bertemu dengannya. Triana begitu terpesona dengan kemewahan kamar Celine yang bernuansa emas. Kamarnya begitu luas dilengkapi oleh furniture yang pastinya sangat mahal. Triana membayangkan jika ia menjadi orang kaya pasti kamarnya akan seperti itu. Ambisinya menjadi orang kaya  masih tetap membara di hatinya sampai sekarang.

Andai saja ia menjadi Celine pasti hidupnya tidak akan pernah membosankan. ‘’Halo Triana! Silahkan duduk!’’. Celine bersikap ramah kepadanya. Ini pertemuan kedua Triana dengan Celine setelah pertemuan pertama ia pergi secara tiba-tiba dengan cara yang tidak sopan, tapi apa boleh buat ia sudah muak melihat papanya juga kemesraan yang ditujukan Celine kepada Stevano.

Triana melihat gaun pengantin yang sangat indah yang dipakai oleh sebuah manekin. Gaun pengantin terindah yang pernah dilihatnya. Ia berharap suatu hari nanti dapat memakai gaun pengantin seindah itu.

Triana mencoba mengakhiri kekagumannya pada seisi kamar ini. Ia memandang Celine dengan rasa tidak suka. Triana yakin Celine tahu kalau ia tidak menyukainya, tapi wanita menyebalkan itu tetap memasang wajah ramah kepadanya.

‘’Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan denganku?’’tanya Celine dengan suara lembut.

‘’Aku ingin kau membatalkan pernikahanmu dengan Stevano’’. Celine menegakkan tubuhnya. Terkejut.

‘’Kenapa?’’

‘’Karena Stevano adalah pacarku. Dia mencintaiku’’.

‘’Kau bohong’’. Kini suara Celine terdengar lebih keras ada gemetar dari  nada suaranya.

‘’Aku tidak bohong . Itu kenyataannya. Stevano tidak mencintaimu, dia hanya menganggap kamu sebagai adiknya’’. Celine menundukkan kepalanya dan tubuhnya gemetar sambil memain-mainkan jari-jari tangannya.’’Selama ini Stevano berhubungan denganku bahkan kami telah tidur bersama’’ bohong Triana padahal ia sama sekali belum pernah melakukan itu dengan Stevano, tapi ia tidak perduli jika harus berbohong seperti itu demi mempertahankan Stevano disisinya.

‘’Bohong. Aku ngga percaya’’teriaknya. Celine mulai menangis.

‘’Terserah kau mau percaya atau tidak. Kau juga sangat licik berani-beraninya kau berbohong kalau kau punya penyakit leukimia. Stevano yang mengatakannya kepadaku sehingga ia terpaksa menikahimu karena dia merasa sangat kasihan padamu’’. Triana tersenyum sinis. Ia menikmati kesedihan Celine. ‘’Kalau Stevano tahu kau sudah berbohong kepadanya pasti dia akan langsung meninggalkanmu’’.

‘’Kau...’’teriak Celine gemas sekaligus kesal.

‘’Stevano mencintaiku  jadi tinggalkan dia untuk selamanya’’.

‘’Aku tidak bisa’’.

‘’Kalau begitu aku akan mengatakan kepadanya kalau kau telah berbohong kepadanya. Aku yakin Stevano akan marah besar kepadamu’’. Triana tertawa getir.

‘’Aku mohon jangan katakan apa pun kepadanya. Jangan sekarang’’. Celine meraih lengan Triana dan memasang wajah memohon kepadanya, tapi Triana sudah terlanjur merasa muak,  benci dan marah kepada Celine. Terutama masalah menjadi anak kesayangan papa.

‘’Lepaskan aku! Aku akan tetap mengatakannya pada Stevano’’.

Triana beranjak keluar dari kamar. Celine langsung mengikutinya  mencegah Triana menemui Stevano dan mengatakan kebohongannya. Celine sudah merasa tidak sanggup lagi jika ia harus kehilangan Stevano untuk selamanya.

Celine berhasil mencegat Triana dan mencekal lenganya dengan kuat.’’Kau tidak akan pergi kemana-mana. Kau tidak akan mengatakan apa pun kepada Stevano’’ ancamnya. Tubuh Celine mengeluarkan aura yang sangat mengerikan. Triana tertawa dalam hati. Wanita selembut Celine bisa berubah mengerikan jika sudah menyangkut urusan cinta. Cinta bisa begitu indah dan menyenangkan tapi cinta juga bisa menjadi sangat mengerikan.

‘’Kau mau apa? Mau membunuhku?’’tantang Triana.’’Kau sungguh egois. Sudah merebut papa dariku kau juga mau mengambil Stevano dariku. Apa itu belum cukup bagimu?’’

Mata Celine membelalak lebar.’’Apa maksudmu dengan papa?’’

‘’Papamu adalah papaku juga dan kau adalah adikku’’.

‘’Kau jangan bicara sembarangan’’.

‘’Aku ngga bicara sembarangan. Satya Razendra memang papaku, tapi sayang dia sudah ngga ingat aku lagi dan itu membuatku benci pada papa dan kau juga yang sudah merebut kasih sayang papa dariku’’.

‘’Ini ngga mungkin ‘’. Celine melangkah mundur. Ia memandang Triana dengan tidak percaya.

‘’Bagaimana mungkin kau bisa menjadi anak papa?’’

‘’Ibumu sudah merebut papa dari mamaku. Papa kemudian meninggalkan mamaku untuk menikahi mamamu dan akhirnya papa melupakan keberadaanku juga adikku dan mamaku. Papa tersayangmu ternyata ngga sebaik dugaanmu’’.

‘’Aku ngga percaya papaku adalah orang baik’’.

Triana mengangkat kedua bahunya.’’Terserah mau percaya atau tidak. Sekarang aku mau pergi, jadi jangan menghalangi jalanku lagi’’. Celine yang masih terkejut berdiri mematung, tapi setelah Triana mulai turun kebawah kesadaran Celine kembali dengan sigap ia kembali mencegat Triana.

Triana sudah begitu kesal dengan Celine.’’Sekarang kau mau apa lagi? Pembicaraan kita sudah selesai’’.

‘’Sudah aku bilang, aku ngga akan membiarkan kamu pergi menemui Stevano’’. Triana yang sudah benar-benar marah mendorong Celine hingga terjatuh dari tangga. Celine tidak bergerak dan dengan panik Triana turun memeriksa keadaan Celine.

‘’Ini semua karena ulahmu kalau ngga aku ngga akan mendorongmu dari tangga’’. Triana cepat-cepat meninggalkan Celine yang sudah tidak bergerak sebelum ada orang yang mengetahui perbuatannya.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^