Bab 4
‘’Kamu serius apa yang kamu bilang
tadi?’’tanya Feby ketika mereka berdua sudah sampai di apartemen Triana.
‘’Iya aku serius’’. Triana menjatuhkan
dirinya disofa.
‘’Tapi bagaimana mungkin papanya Celine
dan papa kamu orang yang sama. Bukannya papa kamu sudah meninggal?’’
‘’Dulunya aku percaya, tapi sekarang tidak
lagi’’.
‘’Satya Razendra adalah papaku dan papa
Celine juga’’.
Feby masih belum bisa mempercayai hal ini.
Ia terus meneror Triana dengan berbagai pertanyaan dan itu membuat Triana
sedikit terusik.Feby tidak akan pulang jika Triana belum bercerita kepadanya.
Triana pun menyerah dan mulai bercerita pada Feby. ‘’Papa, pergi meninggalkan
kami ke luar negeri untuk kerja waktu aku masih kecil kira-kira umur 12 tahun.
Seminggu sekali papa selalu memberitahukan kabarnya kepada kami dan tiap bulan
kami mendapatkan uang hasil kerja papa di luar negeri’’.
‘’Setelah 3 tahun papa bekerja di luar
negeri, papa ngga sekali pun pulang. Kata papa sih uang untuk ongkos pulang ke
Jakarta lebih baik digunakan untuk keperluan hidup kami sekeluarga. Awalnya
hubungan komunikasi dengan papa lancar, tapi setelah dua minggu ngga ada kabar
dari papa, lalu ada salah seorang teman papa menghubungi kami dan teman papa
bilang kalau papa menghilang karena sebuah kecelakaan di laut. Kapalnya
tenggelam dan papa tidak pernah ditemukan. Jadi kami menganggap papa sudah
meninggal, tapi sekarang apa yang aku lihat tidak seperti dugaanku sebelumnya.
Papa masih hidup dan aku ngga tahu kenapa papa ngga pernah mengkabari kami dan
menikahi wanita lain. Aku benci papa’’.
‘’Papa sudah tidak ingat aku lagi. Itu
bisa dilihat sewaktu kami bertemu kembali disana. Itu yang buat aku bertambah
kesal. Papa suda bener-bener ngga ingat ama wajah anaknya sendiri’’.
‘’Mungkin papa kamu emang ngga ingat lagi.
Waktu itu kan kamu masih kecil, jadi ngga hafal wajah kamu setelah dewasa kayak
apa’’.
‘’Kalau itu mungkin bisa aku terima. Yang
buat aku ngga ngerti kenapa papa ngga ngehubungi kami lagi. Jadi aku kan bisa
tahu kalau papa masih hidup dan yang buat aku terkejut papa disini jadi orang
kaya raya. Hebat juga. Seharusnya aku juga berhak menikmati sebagian kekayaan
papa, tapi hanya Celine yang menikmatinya’’.
‘’Kau salah Triana’’.
‘’Apa maksud kamu Feb?’’
‘’Yang kaya itu bukan papa kamu, tapi
ibunya Celine. Ibunya Celine itu salah satu orang terkaya di Rusia. Keluarganya
memiliki beberapa perusahaan. Ibunya Celine adalah pemilik tunggalnya. Mungkin
aja papa kamu dan ibunya Celine saling jatuh cinta, lalu mereka nikah. Karena
sekarang ibunya Celine sudah meninggal karena sakit , jadi sekarang papamulah
yang mengurus semuanya’’.
‘’Tetep aja aku benci papa karena sudah
membuat kami mengira kalau papa sudah meninggal. aku ngga nyangka kalau Celine
itu adikku’’.
‘’Iya bener juga. Celine adalah adik kamu dan
kau selingkuh dengan Stevano tunangan adikmu’’.
‘’Aku ngga selingkuh. Kami berdua saling
mencintai. Stevano ngga pernah mencintai Celine’’.
‘’Kamu tau dari mana kalau Stevano ngga
cinta ama Celine?’’.
‘’Stevano sendiri yang bilang ke aku kalau
dia ngga cinta ama Celine. Dia hanya anggap Celine sebagai saudaranya sendiri.
Dia terpaksa nikah ama Celine karena Stevano sangat berhutang budi ama papa,
makanya dia mau nikahi Celine meski ngga cinta’’.
Feby terlihat terkejut dengan penjelasan
Triana.’’Kasihan Celine. Padahal dia cinta banget ama Stevano. Sejak dulu sampe
sekarang. Dia seneng banget dapat menikah pria pujaan hatinya’’.
‘’Tapi Stevano ngga cinta ama Celine. Dia
mencintaiku dan aku berharap mereka ngga jadi menikah hanya gara-gara Stevano
merasa kasihan pada Celine yang sedang sakit karena leukimia’’.
‘’Apa Celine sakit? Leukimia? Kamu dapat
pikiran itu dari mana sih Celine sehat-sehat aja’’.
‘’Stevano yang bilang ke aku kalau Celine
terkena leukimia’’. Mata Feby terbelalak lebar seakan ngga percaya dengan
penjelasannya.
‘’Itu ngga mungkin. Celine ngga pernah
cerita ke aku soal ini’’.
‘’Masa iya sih, kan kamu sahabat Celine
seharusnya sebagai sahabatnya pasti tahu dong penyakit Celine’’.
Triana memperhatikan Feby yang termenung
seperti sedang mengingat sesuatu. Triana tidak tahu apa yang sedang Feby
pikirkan. Rasa tidak percaya sangat jelas terlihat di wajahnya. Berkali-kali Feby
mengumamkan sesuatu , kemudian dia menatap Triana. Triana sudah bersiap diri
dengan apa yang akan dikatakan Feby.
Perasaan Triana mengatakan kalau ia akan mendapat sesuatu yang baru
mengenai Celine dan perasaan Triana itu tidak meleset.
‘’Aku yakin Celine ngga pernah punya
panyakit leukimia’’.
‘’Kenapa kamu begitu yakin?’’
‘’Karena sebelumnya aku dan Celine pernah
check up kesehatan sebelum pesta musim panas dan hasilnya sangat bagus. Kondisi
kesehatan Celine ngga ada masalah begitu juga denganku. Ini aneh jika Celine
tiba-tiba punya penyakit itu. Rasanya ngga masuk akal’’. Triana mengangkat
kedua alisnya. Ia merasa senang mendapat kenyataan kalau Celine baik-baik saja.
‘’Mungkin Celine sudah berbohong mengenai
kondisi kesehatan tubuhnya’’.
‘’Kalau benar begitu untuk apa dia
ngelakuin semua itu’’.
‘’Untuk mendapatkan perhatian Stevano
tentu aja. Dia ingin Stevano ngga ninggalin dia’’.
‘’Ngga mungkin Celine bisa menggunakan
alasan selicik itu untuk mendapat perhatian Stevano’’.
‘’Sepertinya kamu belum pernah jatuh
cinta. Cinta kadang membuat seseorang bersikap egois termasuk Celine’’.
‘’Aku sudah kenal baik Celine. Rasanya
ngga percaya aja’’.
‘’Kamu tanya aja sendiri ke Celine tentang ini, lalu kasih tahu aku apa
penjelasan dia ke kamu’’. Senyuman sinis muncul di wajah Triana yang cantik.
Celine merasa senang hari pernikahannya
sebentar lagi tiba terlebih lagi Stevano membanjirinya dengan perhatiannya.
Celine terus menerus memandangi gaun putih pernikahannya. Ia sudah tidak sabar
ingin memakainya. Suara ponsel mengejutkan Celine. Ia melihat sebuah pesan dari
Feby.
Feby :
Kamu sehat-sehat aja kan?
Celine:
Iya aku sehat-sehat aja. Emang kenapa?’’
Feby:
Ah, ngga apa-apa. Cuma ada yang bilang ke aku kalau kamu sakit leukimia. Apa
bener yang aku denger itu?’’
Selama sesaat tidak ada balasan dari
Celine, lalu lima menit kemudian.
Celine:
siapa yang bilang?
Feby menatap Triana dan Triana hanya
mengelengkan kepalanya.
Feby:
Stevano
Celine
: Jadi dia yang ngasih tahu kamu?
Feby :
Yup. Jangan salahkan dia aku yang memakasanya untuk ngasih tahu aku karena waktu
ketemu dia, dia keliatannya sedih
banget.
Celine:
Kamu jangan bilang siapa-siapa ya. Janji ya.
Feby:
Iya aku janji
Celine:
sebenernya itu bohong . Aku sehat-sehat aja. Aku sengaja bohong karena aku ngga
ingin kehilangan Stevano. Kamu kan tahu aku cinta banget ama dia.
Feby:
Aduuuh... kenapa juga kamu harus bohong. Cepat atau lambat dia pasti tahu
Celine:
Aku tahu. aku akan bilang yang
sebenernya kalau aku sudah nikah dengan Stevano
Feby:
Stevano bakal marah banget ke kamu
Celine:
Aku tahu itu
Feby:
Ya sudah semoga kamu baik-baik aja dengan Stevano
Hubungan pembicaraan mereka berakhir dan
Feby memberikan ponselnya kepada Triana untuk dibaca karena sejak dari tadi
Triana sudah tidak sabar ingin melihat hasil perbincangan Feby dengan Celine.
Sebuah senyuman menghiasi wajahnya.
Sehari sebelum pernikahan Celine dan
Stevano , Triana pergi ke rumah Celine setelah ia pulang bekerja. Dengan rasa
percaya diri dan senyuman puas yang selalu menghiasi wajahnya sejak pagi hari, ia
memasuki rumah itu. Rumah itu terlihat begitu ramai dengan kesibukan para
pelayannya dalam mempersiapkan pesta pernikahan majikannya. Triana berharap
tidak akan bertemu dengan ayahnya.Ia merasa jijik dan benci terhadap ayahnya
itu.
Triana masuk ke dalam kamar Celine di
antar oleh seorang pelayan. Celine tersenyum ketika Triana telah datang. Pada
awalanya Celine terkejut tiba-tiba Triana meneleponnya, tapi akhirnya dia mau
bertemu dengannya. Triana begitu terpesona dengan kemewahan kamar Celine yang
bernuansa emas. Kamarnya begitu luas dilengkapi oleh furniture yang pastinya
sangat mahal. Triana membayangkan jika ia menjadi orang kaya pasti kamarnya
akan seperti itu. Ambisinya menjadi orang kaya masih tetap membara di hatinya sampai
sekarang.
Andai saja ia menjadi Celine pasti
hidupnya tidak akan pernah membosankan. ‘’Halo Triana! Silahkan duduk!’’.
Celine bersikap ramah kepadanya. Ini pertemuan kedua Triana dengan Celine
setelah pertemuan pertama ia pergi secara tiba-tiba dengan cara yang tidak
sopan, tapi apa boleh buat ia sudah muak melihat papanya juga kemesraan yang
ditujukan Celine kepada Stevano.
Triana melihat gaun pengantin yang sangat
indah yang dipakai oleh sebuah manekin. Gaun pengantin terindah yang pernah
dilihatnya. Ia berharap suatu hari nanti dapat memakai gaun pengantin seindah
itu.
Triana mencoba mengakhiri kekagumannya
pada seisi kamar ini. Ia memandang Celine dengan rasa tidak suka. Triana yakin
Celine tahu kalau ia tidak menyukainya, tapi wanita menyebalkan itu tetap
memasang wajah ramah kepadanya.
‘’Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan
denganku?’’tanya Celine dengan suara lembut.
‘’Aku ingin kau membatalkan pernikahanmu
dengan Stevano’’. Celine menegakkan tubuhnya. Terkejut.
‘’Kenapa?’’
‘’Karena Stevano adalah pacarku. Dia
mencintaiku’’.
‘’Kau bohong’’. Kini suara Celine
terdengar lebih keras ada gemetar dari nada suaranya.
‘’Aku tidak bohong . Itu kenyataannya.
Stevano tidak mencintaimu, dia hanya menganggap kamu sebagai adiknya’’. Celine
menundukkan kepalanya dan tubuhnya gemetar sambil memain-mainkan jari-jari
tangannya.’’Selama ini Stevano berhubungan denganku bahkan kami telah tidur
bersama’’ bohong Triana padahal ia sama sekali belum pernah melakukan itu
dengan Stevano, tapi ia tidak perduli jika harus berbohong seperti itu demi
mempertahankan Stevano disisinya.
‘’Bohong. Aku ngga percaya’’teriaknya.
Celine mulai menangis.
‘’Terserah kau mau percaya atau tidak. Kau
juga sangat licik berani-beraninya kau berbohong kalau kau punya penyakit
leukimia. Stevano yang mengatakannya kepadaku sehingga ia terpaksa menikahimu
karena dia merasa sangat kasihan padamu’’. Triana tersenyum sinis. Ia menikmati
kesedihan Celine. ‘’Kalau Stevano tahu kau sudah berbohong kepadanya pasti dia
akan langsung meninggalkanmu’’.
‘’Kau...’’teriak Celine gemas sekaligus
kesal.
‘’Stevano mencintaiku jadi tinggalkan dia untuk selamanya’’.
‘’Aku tidak bisa’’.
‘’Kalau begitu aku akan mengatakan
kepadanya kalau kau telah berbohong kepadanya. Aku yakin Stevano akan marah
besar kepadamu’’. Triana tertawa getir.
‘’Aku mohon jangan katakan apa pun
kepadanya. Jangan sekarang’’. Celine meraih lengan Triana dan memasang wajah
memohon kepadanya, tapi Triana sudah terlanjur merasa muak, benci dan marah kepada Celine. Terutama
masalah menjadi anak kesayangan papa.
‘’Lepaskan aku! Aku akan tetap
mengatakannya pada Stevano’’.
Triana beranjak keluar dari kamar. Celine
langsung mengikutinya mencegah Triana
menemui Stevano dan mengatakan kebohongannya. Celine sudah merasa tidak sanggup
lagi jika ia harus kehilangan Stevano untuk selamanya.
Celine berhasil mencegat Triana dan mencekal
lenganya dengan kuat.’’Kau tidak akan pergi kemana-mana. Kau tidak akan
mengatakan apa pun kepada Stevano’’ ancamnya. Tubuh Celine mengeluarkan aura
yang sangat mengerikan. Triana tertawa dalam hati. Wanita selembut Celine bisa
berubah mengerikan jika sudah menyangkut urusan cinta. Cinta bisa begitu indah
dan menyenangkan tapi cinta juga bisa menjadi sangat mengerikan.
‘’Kau mau apa? Mau membunuhku?’’tantang
Triana.’’Kau sungguh egois. Sudah merebut papa dariku kau juga mau mengambil
Stevano dariku. Apa itu belum cukup bagimu?’’
Mata Celine membelalak lebar.’’Apa
maksudmu dengan papa?’’
‘’Papamu adalah papaku juga dan kau adalah
adikku’’.
‘’Kau jangan bicara sembarangan’’.
‘’Aku ngga bicara sembarangan. Satya
Razendra memang papaku, tapi sayang dia sudah ngga ingat aku lagi dan itu
membuatku benci pada papa dan kau juga yang sudah merebut kasih sayang papa
dariku’’.
‘’Ini ngga mungkin ‘’. Celine melangkah
mundur. Ia memandang Triana dengan tidak percaya.
‘’Bagaimana mungkin kau bisa menjadi anak
papa?’’
‘’Ibumu sudah merebut papa dari mamaku.
Papa kemudian meninggalkan mamaku untuk menikahi mamamu dan akhirnya papa
melupakan keberadaanku juga adikku dan mamaku. Papa tersayangmu ternyata ngga
sebaik dugaanmu’’.
‘’Aku ngga percaya papaku adalah orang
baik’’.
Triana mengangkat kedua bahunya.’’Terserah
mau percaya atau tidak. Sekarang aku mau pergi, jadi jangan menghalangi jalanku
lagi’’. Celine yang masih terkejut berdiri mematung, tapi setelah Triana mulai
turun kebawah kesadaran Celine kembali dengan sigap ia kembali mencegat Triana.
Triana sudah begitu kesal dengan
Celine.’’Sekarang kau mau apa lagi? Pembicaraan kita sudah selesai’’.
‘’Sudah aku bilang, aku ngga akan
membiarkan kamu pergi menemui Stevano’’. Triana yang sudah benar-benar marah
mendorong Celine hingga terjatuh dari tangga. Celine tidak bergerak dan dengan
panik Triana turun memeriksa keadaan Celine.
‘’Ini semua karena ulahmu kalau ngga aku
ngga akan mendorongmu dari tangga’’. Triana cepat-cepat meninggalkan Celine
yang sudah tidak bergerak sebelum ada orang yang mengetahui perbuatannya.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^