Minggu, 09 Juni 2013

Summer Rain 7

BAB 7

Dua tahun kemudian

Pernikahan Triana dan Stevano tidak terasa sudah memasuki dua tahun. Kehidupan rumah tangga mereka begitu harmonis , mesra dan bahagia. Stevano begitu memanjakan Triana seperi seorang putri dan selalu membanjarinya dengan cinta, kasih sayang dan perhatian. Stevano begitu memuja Triana. Ia merasa bahagia dengan kehidupannya sekarang meskipun mereka belum memiliki anak, tapi Stevano tidak mempermasalahkan hal itu. Triana dan Stevano masih ingin terus berduaan, sedangkan papanya selalu mendesaknya ingin segera memiliki seorang cucu.

Triana sedang berada di kamarnya pagi itu, sedangkan suaminya sudah pergi bekerja. Sejak kemarin Triana merasa tidak enak badan dan suhu badannya agak tinggi, jadi Triana memutuskan untuk tidak pergi bekerja. Suaminya pun sudah melarangnya untuk bekerja hari ini.

Demam yang dialaminya sekarang gara-gara Triana pulang kehujanan bersama Feby . Dua hari yang lalu Triana dan Feby pergi mengunjungi salah satu teman mereka dan ketika mereka pulang hujan turun dengan deras dan pakaian mereka langsung basah kuyup  sedangkan mobil terpakir jauh dari apartemen temannya. Sekarang ia demam dan terbaring di tempat tidur.

Triana senang karena Stevano begitu memperhatikan dan mencemaskannya. Semalam Stevano menjaganya dengan memeluknya. Tadi pagi sebelum berangkat bekerja suaminya menyempatkan diri untuk menyuapinya sarapan pagi. Triana begitu menikmati perhatian suaminya yang kadang menurutnya terlalu berlebihan.

Ketika hari sudah menjelang malam Triana melihat suaminya terlihat sangat kelelahan dan wajahnya kusut tidak seperti biasanya.’’Kau baik-baik saja?’’

‘’Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu?’’

‘’Sudah lebih baik’’. Stevano hanya tersenyum, lalu ia masuk ke kamar mandi. Triana merasakan keanehan tentang  suaminya, tapi ia tidak tahu apa itu karena sepertinya Stevano memilihnya untuk tidak menceritakannya. Saat makan malam pun suaminya seperti memikirkan sesuatu dan hanya diam karena biasanya Stevano selalu banyak bicara dengan ayahnya setiap kali mereka ada di meja makan.

Setelah selesai makan malam Stevano langsung kembali ke kamar biasanya ia akan berbicara sebentar dengan ayahnya di ruang keluarga, tapi hari ini tidak. Saat Triana kembali ke kamar didapatinya suaminya telah berbaring di tempat tidur biasanya suaminya membaca novel sebelum tidur.Triana pun naik ke tempat tidur dan hanya melihat punggung suaminya biasanya Stevano memeluknya sambil membisikkan kata-kata cinta seperti ritual di malam hari sebelum mereka tidur. Triana sudah tidak tahan dengan keanehan sikap suaminya ini, lalu ia pun bertanya.’’ Kamu sudah tidur?’’.

‘’Hmm...’’.

‘’Hari ini kau aneh sekali. Apa ada masalah?kalau ada kau bisa menceritakannya padaku mungkin aku bisa sedikit membantu’’.

‘’Tidak ada masalah’’ jawabnya sambil masih memunggungi Triana.

‘’Aku istrimu, aku jadi cemas melihatmu yang seperti ini karena tidak biasanya kamu bersikap aneh seperti ini, bahkan malam ini kau pun tidak memelukku seperti biasanya’’. Stevano akhirnya membalikkan diri dan mendapati Triana sedang memandanginya dengan cemas.

‘’Sebenarnya kau ini kenapa?’’tanya Triana sekali lagi sambil mengusap wajah suaminya.’’Apa aku suah berbuat salah padamu?’’. Stevano mengambil tangan Triana di wajahnya dan mengenggamnya.

‘’Percayalah. Aku tidak apa-apa hanya lelah saja. Hari ini di kantor pekerjaanku sangat banyak tidak seperti biasanya’’. Entah kenapa Triana merasa tidak puas dengan jawaban suaminya, lalu tiba-tiba dipkirannya melintas apakah Stevano sudah tidak mencintainya lagi atau dia sudah berselingkuh. Triana berusaha membuang pikiran itu, tapi tetap saja Triana merasa gelisah. Ada ketakutan dalam diri Triana jika suami telah selingkuh karena dia belum bisa memberikannya seorang anak. Triana tidak mau mempercayai semua yang dipikirkannya belum tentu yang dipkirkannya itu benar. Selama dua tahun ini suaminya selalu bersikap mesra kepadanya dan tidak pernah melirik wanita lain selain dirinya. Triana juga takut kalau Stevano sudah merasa bosan kepadanya. Ia tidak ingin itu terjadi. Triana yang sedang disibukan oleh pemikiran buruknya tentang suaminya, Stevano memeluk Triana.’’Maafkan aku Triana’’ ujarnya sebelum suaminya tertidur. Triana tidak mengerti kenapa suaminya harus meminta maaf kepadanya.
Besok paginya Triana mendapati kalau Stevano sudah tidak berada ditempat tidur lagi dan pelayan yang datang ke kamarnya untuk mengantarkan sarapan pagi mengatakan kalau Stevano sudah pergi pagi-pagi sekali ke kantornya. Triana mengernyitkan dahinya. Perasaan Triana memang mengatakan kalau ada yang aneh dengan suaminya dan ia akan segera mencari tahu. Biasanya sebelum pergi Stevano selalu membangunkannya dan memberikan kecupan selamat pagi untuknya dan hari ini pertama kalinya Stevano tidak melakukannya.

Triana pagi ini sudah merasa lebih baik. Demannya juga sudah turun. Ia bisa berjalan-jalan sebentar di kebun menikmati pagi hari yang cerah. Disana Triana mendapati papanya sedang membaca koran di kebun seperti kebiasaannya sebelum pergi bekerja. Triana duduk di kursi di samping ayahnya dan berkali menghela napas. Papanya menyadari kegalauan putrinya. Ia melipat korannya dan memandang Triana.’’Ada apa?’’

‘’Stevano bersikap aneh kemarin dan juga sekarang. Aku rasa dia sedang merahasiakan sesuatu. Apa mungkin dia sudah merasa bosan hidup denganku’’.

Papanya tersenyum.’’Kau terlalu mencemaskan, sehingga kau berpikiran yang macam-macam. Stevano mana mungkin merasa bosan kepadamu, bukankah dia begitu mencintaimu. Stevano begitu memujamu . Papa bisa lihat dari sorot matanya.Jangan khawatir Stevano baik-baik saja’’.

‘’Aku harap begitu. Sebaiknya aku pergi’’.

‘’Kau mau kemana. Baru saja sembuh sudah mau pergi ke luar rumah bagaimana kalau pingsan di jalan’’.

‘’Triana ngga akan pingsan di jalan. Aku sudah merasa lebih baik. Triana hanya ingin jalan-jalan sebentar. Rasanya sumpek jika harus berada di rumah terus’’.

Papanya tersenyum. ‘’Tapi hati-hati dijalan!’’

‘’Triana akan hati-hati’’.

‘’Bawalah seorang pelayan untuk menemani. Papa akan lebih tenang’’.

‘’Terserah papa saja’’. Triana berlalu pergi dengan perasaan tidak karuan karena sikap aneh suaminya.

Triana duduk di bangku di taman kota. Ia memperhatikan orang-orang yang hilir mudik di depannya. Hari ini cuacanya begitu cerah cocok untuk berjalan-jalan. Pelayan yang menemani Triana duduk disebelahnya. Tiba-tiba saja ada yang menyapa Triana dan ia begitu mengenal suara yang memanggilnya. Jantungnya berdebar dengan cepat tanpa di mengerti olehnya. Triana melihat seorang pria tampan dan penampilannya sangat  rapi. Pria itu tubuhnya dibalut oleh jas yang sangat mahal. ‘’Halo Triana!’’


‘’Davin’’. Triana terpekik kaget.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^