Minggu, 09 Juni 2013

Summer Rain 8

Bab 8

Triana memperhatikan Davin yang sudah banyak berubah. Penampilannya jauh berbeda  dari dua tahun yang lalu. Dia selalu kelihatan lusuh, tapi masih terlihat tampan dan sekarang wow Triana benar-benar terkejut. Davin sudah tidak terlihat lusuh lagi. Penampilannya sangat rapi  membuat pria itu semakin tampan. Triana masih belum percaya kalau Davin yang ada di hadapannya sekarang adalah Davin yang dua tahun lalu.

‘’Bagaimana kau bisa ada disini?’’tanya Triana yang masih merasa takjub sekaligus tidak percaya.

‘’Aku mencarimu’’.

‘’Aku?’’

‘’Iya’’

‘’Kenapa?’’

‘’Karena aku ingin memarahimu sudah membuat kehidupan ibumu dan adikmu menderita’’. Triana hanya bengong mendengar perkataan dari Davin.

‘’Aku ngga bermaksud membuat hidup mereka menderita. Aku hanya ingin mencari kehidupan yang lebih baik lagi. Itu salah mereka karena melarangku pergi’’ ucap Triana pedas.

‘’Ternyata kau masih belum berubah juga tetap ambisus seperti dulu. Apa menjadi orang kaya lebih penting untukmu dari pada keluargamu sendiri?’’

‘’Kau sudah mengenalku Davin, pasti kau sudah tahu jawabannya. Aku bosan harus menjadi orang miskin terus untuk mencapai tujuanku tentu saja harus ada yang dikorbankan’’.

‘’Termasuk keluargamu sendiri’’.

Keduanya kembali diam. Masing-masing tenggelam dengan pemikirannya masing-masing.
‘’Dua tahun yang lalu aku pulang ke Jakarta untuk bertemu ibu dan Nina’’. Davin langsung memandang Triana. ‘’Dan aku terkejut kalau ibu sudah meninggal. Mpok Leha yang mengatakannya kepadaku juga soal pernikahanmu dengan Nina. Aku ngga nyangka kamu akan nikahi Nina padahal kau kan ngga cinta Nina’’.

‘’Jadi kau pulang ?’’. Triana mengangguk pelan.’’Itu benar. Aku memang menikahi dengan Nina karena aku pikir Nina adalah gadis yang sangat baik tidak seperti dirimu yang selalu mementingkan diri sendiri di atas segalanya. Setelah ibumu meninggal hidup Nina menjadi kesepian kerjaannya hanya terus menangis. Aku khawatir padanya dan selain itu tidak ada seorang pun yang dapat menjaga Nina’’.

‘’Akhirnya kau menikahi Nina. Hebat sekali kau mau bertindak menjadi pahlawan’’kata Triana sinis.

‘’Sekarang dimana Nina dan kenapa kamu bisa ada disini?’’

Wajah Davin terlihat muram dan matanya sendu. Triana memandang Davin dari samping. Hidungnya terlihat mancung, rahangnya kokoh dan juga terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Davin menjadi terlihat lebih tampan sekarang. Hati Triana berdesir dan sedikit terganggu dengan hal itu.

‘’Nina sudah ngga ada’’.

Triana terlihat bingung.

‘’Apa maksudmu Nina sudah ngga ada?’’

‘’Nina sudah meninggal’’.

‘’Apa?’’. Davin menatap Triana yang nampak terkejut.

‘’Tapi bagaimana mungkin. Apa yang terjadi?’’

‘’Nina meninggal setelah ia melahirkan ada masalah dengan kehamilannya’’. Triana kembali diam. Berita tentang Triana begitu mengejutkan dirinya.

‘’Nina meninggal lima bulan yang lalu di Surabaya’’.

‘’Lalu anak Nina dimana sekarang?’’

‘’Kau tertarik ingin melihatnya?’’

‘’Tentu saja. Anak itu juga keponakanku’’.

‘’Benita. Itu namanya. Nina yang memberikan nama itu. Sekarang dia sedang bersama pengasuhnya. Sebelum Nina meninggal, ia menyuruhku untuk mencarimu, jadi disinilah aku. Setelah berhari-hari mencarimu akhirnya secara tidak sengaja aku menemukanmu disini’’.

Lalu Davin bercerita tentang kehidupannya selama dua tahun ini bersama Nina . Ia juga bercerita kalau dirinya telah berhasil menjadi seorang pengusaha restoran . Nina selama ini memberinya semangat dan selalu memberikan dukungan kepadanya. Davin juga mengatakan kalau ia begitu sedih telah kehilangan Nina.

Triana tertegun setelah mendengar cerita Davin. Ia tidak menyangka Davin sekarang sudah menjadi seorang pengusaha dan menjadi orang kaya. Triana menghela napas berat, seandainya dulu Davin kaya pasti sekarang ia sudah menjadi istrinya. Mau tidak mau Triana jadi teringat dengan masa lalunya terutama saat-saat dia bersama Davin.

Berkali-kali Triana selalu mendapat Davin selalu tersenyum kepadanya, selalu memperhatikannya dan selalu menggodanya. Bahkan Davin telah berani memintanya untuk menjadi pacarnya berkali-kali. Davin memang keras kepala meskipun Triana sudah menolaknya tapi Davin tidak menyerah untuk menjadikan dirinya sebagai pacarnya.

‘’Lalu bagaimana denganmu? Apa cita-citamu menjadi orang kaya sudah terlaksana?’’.

Triana mengangguk.

‘’Kau bahagia?’’

‘’Tentu saja. Sekarang aku sudah punya suami dan ayah yang baik’’.

‘’Oh ya, jadi kau sudah menikah. Selamat!’’. Sekilas Triana melihat rasa kecewa disorot mata Davin , tapi  sekarang sudah hilang.

‘’Terima kasih’’.

‘’Ini surat dari Nina. Aku disuruh olehnya untuk memberikannya kepadamu jika aku bertemu denganmu. Sebaiknya kamu baca saja di rumah’’. Triana menerima surat itu dari tangan Davin, lalu menyimpannya di dalam tas.

‘’Sepertinya hidupmu disini sangat bahagia. Dengan begitu aku tidak perlu khawatir lagi padamu. Sebaiknya aku pulang sekarang karena aku sudah terlalu lama meninggalkan anakku’’. Triana hanya mengangguk. Sebelum pergi Davin memberikan kartu namanya kepada Triana.

Sesampainya di rumah Triana langsung masuk kamar , lalu segera membaca surat dari Nina.

Kepada kakakku,

Ketika kakak membaca surat ini mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini lagi. Setelah kakak pergi , aku benci kakak karena telah meninggalkan aku dan ibu. Setelah ibu meninggal , aku tambah benci kakak karena gara-gara kepergian kakak kesehatan ibun semakin menurun. Untung disaat aku merasa sedih dan kesepian muncullah Davin mengulurkan tangannya untuk menolongku.

Davin selalu memberiku semangat  dan juga selalu menghiburku sehingga aku bisa tertawa lagi. Aku jadi semakin mencintai Davin. Kakak benar sejak dulu aku memang mencintainya, tapi sayang Davin tidak pernah mencintaiku. Dia hanya menganggapku sebagai adiknya.

Tiba-tiba Davin datang melamarku. Saat itu aku antara percaya dan tidak percaya , tapi Davin memang melamarku. Awalnya aku ragu karena aku tahu dia tidak mencintaiku. Dia datang menawarkan perlindungan untukku dan dia juga mengatakan akan membuat hidupku bahagia, setelah dibujuk akhirnya aku menerimanya. Davin berjanji kepadaku kalau ia akan mencoba untuk mencintaiku dan dia juga berkata mungkin dengan seiringanya waktu dia akan jatuh cinta kepadaku. Akhirnya kami pun menikah.

Kami berdua hidup bahagia. Davin memenuhi janjinya akan memberikan kehidupan bahagia kepadaku dan aku memang hidup bahagia bersamanya. Tapi setelah hampir setahun kami menikah, aku selalu mendapati Davin memandangi fotomu dengan tatapan penuh cinta dan dari sanalah aku tahu kalau Davin tidak pernah berhenti mencintaimu.

Aku merasa sedih mengetahui itu. Davin tidak pernah bisa mencintaiku meskipun begitu dia selalu bersikap baik dan seolah-olah mencintaiku. Dihadapanku Davin selalu berusaha menunjukkan cintanya kepadaku padahal aku tahu hatinya tidak ada untukku. Aku hanya menangis dalam hati.

Davin akhirnya berkata kepadaku kalau ia akan berusaha melupakanmu dan akan mencintaiku meskipun itu kelihatannya tidak mungkin , tapi Davin berusaha untuk melakukannya. Aku bahagia saat diriku hamil, tapi saat itu keadaanku kurang baik. Kandunganku lemah jadi aku harus banyak beristirahat. Davin begitu memperhatikanku dan menyayangiku.

Ketika waktu tibanya aku melahirkan secara tidak sengaja aku mendengar percakapan Davin dengan sahabatnya. Dia mengatakan kepada temannya kalau ia tidak bisa melupakanmu dan dia masih mencintaimu. Aku sedih mendengarnya dan aku sudah menduga hal itu sebelumnya. Kak Triana, aku memintamu untuk kembali kepada Davin. Menikahlah dengannya! Dan jadi ibu yang baik dari anakku hanya kau yang bisa membuat hidup Davin bahagia karena dia  masih mencintaimu sampai sekarang. Ini adalah permintaanku yang terakhir dan aku sudah memaafkanmu dan aku juga sudah tidak benci lagi padamu.

Kak Triana, Nina akan selalu menyayangi kakak selamanya.

Nina


Triana mendesah. ‘’Sudah terlambat. Aku sudah menikah. Maaf Nina aku tidak bisa memenuhi keinginanmu’’gumamnya. Triana kembali mengingat adiknya saat-saat mereka masih bersama. Tanpa Triana ketahui sebabnya tiba-tiba saja setitik air mata terjatuh.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^