Minggu, 09 Juni 2013

Summer Rain 9

BAB 9

Satu bulan telah berlalu sejak pertemuan Triana dengan Davin. Sejak saat itu pula  Triana tidak pernah bertemu dengannya lagi atau pun menghubunginya.  Saat ini Triana sedang dihadapkan oleh masalah suaminya yang sikapnya tiba-tiba berubah tidak sehangat dulu. Ia tidak tahu apa penyebabnya. Triana juga harus menghadapi papanya yang selalu terlihat sedih atas kematian Nina. Papa terus memaksanya untuk dipertemukan dengan Davin dan cucu perempuanya.

Sekarang Triana dan papanya sudah berada di sebuah rumah berlantai dua yang cukup besar. Triana memencet bel dan tidak lama kemudian Davin muncul dan membukakan pintu. Sepertinya Davin terlihat senang dengan kedatangan Triana dan papanya.

Davin berencana akan tinggal sementara disini sambil mengurus restoran baru yang baru saja di bukanya di moskow. Pria itu membuka restoran khusus masakan Indonesia.  Triana langsung memperkenalkan papanya kepada Davin. Awalnya Davin terkejut kalau papa Triana dan Nina masih hidup.

Davin pergi ke kamar mengambil Benita dan wajah papa langsung senang melihat cucunya. Secara diam-diam Triana selalu melirik ke arah Davin dan wajahnya langsung merona dan hatinya langsung berdesir tiap kali mengingat isi surat Nina. Davin mencintaimu. Sesaat Triana terdiam. Apa benar Davin masih mencintainya.

Triana meminum jusnya dan melihat papanya begitu senang bermain dengan Benita.Tiba-tiba Davin duduk disebelahnya. ‘’Suamimu tidak ikut? Padahal aku ingin bertemu dengannya?’’. Triana meletakan gelasnya di atas meja.

‘’Dia sedang sibuk, jadi tidak bisa ikut’’.

‘’Sayang sekali’’.

‘’Anakmu sangat cantik’’.

‘’Terima kasih. Apa kamu belum memiliki anak?’’

‘’Belum’’.

Keduanya kembali diam dan keduanya menjadi kikuk. Entah kenapa jantung Triana kembali berdebar ketika selalu berdekatan dengan Davin sebelumnnya ia sudah tidak merasa berdebar lagi ketika berdekatan dengannya. Triana tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan dirinya.’’Kamu tidak berencana untuk menikah lagi?’’

‘’Saat ini belum karena belum ada wanita yang ingin aku nikahi’’jawabnya sambil menatap Triana dengan intens. Wajah Triana kembali merona dan ia langsung memalingkan wajahnya.

‘’Triana ayo kita pulang’’seru papanya mengagetkan Triana dan Davin.

‘’Cepat sekali kalian pergi baru saja datang’’.

‘’Nanti kami akan datang lagi’’jawab papanya.’’Kapan-kapan kamu datang ke rumah . Bagaiamna kalau minggu depan kamu dan Benita datang ke rumah kita makan siang bersama. Kau mau kan?’’tawar papanya. Davin tersenyum. ‘’Baiklah’’.

‘’Bagus. Papa tunggu kedatangan kalian. Ayo Triana !’’. Papanya sudah melangkah keluar. Triana mengambil tasnya di kursi, lalu tiba-tiba tangan Davin mencengkeram tangannya membuat Triana terkejut. ‘’Aku senang kau mau datang kesini’’. Davin menatap Triana dan ekspresi wajahnya tidak terbaca, lalu Davin melepaskan tangannya.’’Maaf’’.

‘’Ngga apa-apa. Aku pergi dulu’’. Triana cepat-cepat keluar sambil berusaha meredakan debaran jantungnya. Kehangatan tangan Davin masih terasa di tangannya.

Triana terkejut ketika mendapati suaminya telah berada di kamarnya tersenyum hangat kepadanya. Seperti biasanya suaminya selalu terlihat tampan. Stevano berdiri , langsung memeluk Triana.’’Aku sudah lama menunggumu dan maafkan aku karena aku sudah bersikap dingin padamu akhir-akhir ini. Mulai sekarang aku tidak akan mengabaikanmu lagi’’. Triana menatap suaminya. Heran, bingung. Stevano sudah kembali hangat seperti dulu. Triana merasa senang.’’Kau sudah bertemu dengan keponakanmu?’’

‘’Sudah. Dia cantik dan menggemaskan’’.

‘’Lain kali aku akan ikut jika kau berniat akan mengunjungi adik iparmu’’.

‘’Papa mengundang Davin minggu depan kesini untuk makan siang bersama ‘’.

‘’Itu bagus. Aku akan hadir. Sekarang ganti pakaianmu dan kita bersiap untuk tidur’’.

‘’Baiklah’’. Triana pergi ke kamar mandi yang masih di ikuti oleh tatapan suaminya.

Malam ini Triana tidak bisa tidur. Ia masih memikirkan Davin dan juga surat dari Nina. Triana seharusnya tidak perlu memikirkan itu karena sekarang dia sudah punya suami yang mencintainya. Tapi pikirannya sekarang tidak pernah lepas dari Davin. Ada satu hal yang selama ini Triana tidak mau mengakuinya dan selama ini ia berusaha untuk mengikari dan menekan perasaan ini. Waktu itu dia malu untuk mengakuinya dan berusaha untuk menghilangkan perasaan itu dari hatinya. Ia sebenarnya sudah jatuh cinta kepada Davin, tapi karena Davin bukan orang kaya Triana berusaha untuk membunuh perasaan itu. Ia lebih memilih pergi dan meninggalkan semuanya.

Sekarang Davin sudah berubah. Dia sudah menjadi orang kaya meskipun tidak sekaya suaminya. Perasaan cinta yang sudah ia kubur untuk Davin kembali mencuat ke permukaan. Sekarang Triana merasa bingung dengan perasaannya sekarang. Yang Triana tahu ia masih mencintai Davin. Meskipun ia masih mencintainya , ia tidak mungkin lari kepelukannya karena ia masih ingin menjadi orang kaya dan hidup mewah yang tidak mungkin Davin berikan sekarang meskipun ia sudah menjadi orang kaya, tapi tidak sekaya suaminya.

Davin datang sesuai permintaan papanya untuk makan siang bersama pada hari minggu. Papanya kelihtan sangat senang. Ini pertama kalinya Stevano dan Davin bertemu dan berkenalan. Mereka berdua cukup terlihat akrab terlihat dari cara mereka berbicara seperti orang yang sudah lama mengenal.

Triana hanya diam-diam mencuri pandang pada Davin. Ia hanya ingin menyakinkan dirinya apa ia masih mencintai pria itu atau tidak dan ternyata ia memang masih mencintainya. Triana menghela napas berat.  Selama Davin berada disana jantung Triana selalu berdebar dengan cepat apa lagi kalau sedang berdekatan dengannya . Ia berusaha menghindar supaya suaminya tidak curiga dengan perasaan yang dimilikinya untuk Davin.  Triana akhirnya menyadari, ia memang tidak pernah mencintai suaminya. Ia mau menikahi karena Stevano pria kaya hanya itu saja dan tentu saja dia juga sangat baik kepadanya.


Triana duduk terpisah dengan keduanya sambil memandangi keponakannnya bermain. Ia tidak mau dekat-dekat dengan mereka. Ia ingin menenangkan perasaannya. Triana merasa lega ketika Davin telah pulang. Ia duduk disofa kamarnya, lalu Stevano masuk dan duduk disebelahnya. ‘’Davin orangnya baik. Aku suka dia’’kata suaminya tiba-tiba. Triana hanya mengiyakan saja. ‘’Pasti dia sangat mencintai Nina karena setiap kali dia membicarakannya wajahnya selalu terlihat sedih’’. Stevano memeluk Triana.’’Aku beruntung bisa menikahimu dan kau  selalu berada disisiku. Jangan pernah meninggalkanku!’’. Triana hanya diam dan hanya menikmati kehangatan pelukan suaminya.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komen ya, saran ato kritik , sapa, salam, banyak ato sedikit ngga apa2 ....terima kasih ^0^